PenelitiTemukan Data Tingkat Kematian Akibat COVID-19 Varian Inggris Lebih Tinggi daripada COVID-19 Varian Sebelumnya

Sabtu, 13 Maret 2021 | 06:15
pixabay

5 Provinsi yang Melaporkan Mutasi Virus Corona

GridHype.ID - Sejak munculnya virus corona (covid-19) hingga dinyatakan sebagai pandemi oleh WHO, kini virus tersebut terus bermutasi menghasilkan varian baru seperti varian Inggris yang dinamai B.1.1.7.

Pertama kali ditemukan di Inggris, virus B.1.1.7 diketahui telah menyebar ke beberapa negara di berbagai belahan dunia.

Melansir dari reuters.com, varian covid-19 ini disebut lebih cepat menular dan mematikan.

Baca Juga: Dongkrak Aktivitas Perekonomian Negara, China Luncurkan Sertifikat Vaksinasi Covid-19 Digital untuk Perjalanan Lintas Batas

"Varian COVID-19 yang sangat menular yang telah menyebar ke seluruh dunia sejak pertama kali ditemukan di Inggris akhir tahun lalu, antara 30% dan 100% lebih mematikan daripada varian dominan sebelumnya," kata para peneliti pada Rabu.

Dalam sebuah penelitian yang membandingkan angka kematian dari orang yang terjangkit covid-19 dengan covid-19 varian Inggris, secara signifikan ditemukan angka kematian akibat varian Inggris lebih tinggi.

"Angka kematian yang disebabkan varian baru itu secara signifikan lebih tinggi," kata para ilmuwan.

Baca Juga: Bagaimana Jika Penyuntikan Dosis Kedua Vaksin Pfizer dan Moderna Tertunda? Begini Kata Ahli yang Singgung Soal Waktu

Varian B.1.1.7 pertama kali terdeteksi di Inggris pada September 2020 dan sejak itu juga telah ditemukan di lebih dari 100 negara lain.

Ia memiliki 23 mutasi dalam kode genetiknya yang berjumlah relatif tinggi.

Tak hanya itu, beberapa di antaranya membuatnya jauh lebih mudah menyebar.

Para ilmuwan mengatakan itu sekitar 40% -70% lebih dapat ditularkan daripada varian dominan sebelumnya.

Dalam studi di Inggris yang diterbitkan di British Medical Journal pada Rabu, infeksi dengan varian baru menyebabkan 227 kematian dalam sampel dari 54.906 pasien COVID-19, dibandingkan dengan 141 di antara jumlah pasien yang sama-sama terinfeksi dengan varian lain.

“Ditambah dengan kemampuannya untuk menyebar dengan cepat, ini membuat B.1.1.7 menjadi ancaman yang harus ditanggapi dengan serius,” kata Robert Challen, peneliti di Exeter University yang ikut memimpin penelitian.

Baca Juga: Usai Digerebek hingga Disegel Petugas Gegara Melanggar Protokol Kesehatan Covid-19, Begini Nasib Restoran Rizky Billar

Pakar independen mengatakan temuan studi ini menambah bukti awal sebelumnya yang menghubungkan infeksi dengan varian virus B.1.1.7 dengan peningkatan risiko kematian akibat COVID-19.

Temuan awal dari penelitian ini dipresentasikan kepada pemerintah Inggris awal tahun ini, bersama dengan penelitian lain oleh para ahli di panel New and Emerging Respiratory Virus Threats Advisory, atau NERVTAG.

Lawrence Young, seorang ahli virologi dan profesor onkologi molekuler di Universitas Warwick, mengatakan mekanisme yang tepat di balik tingkat kematian yang lebih tinggi dari varian B.1.1.7 masih belum jelas.

Baca Juga: Pemerintah Kucurkan Berbagai Bantuan Bagi Terdampak Pandemi Covid-19, Mensos Minta Masyarakat Patuhi Prokes dan Program Vaksinasi Agar Bansos Tak Sia-Sia

Namun, hal ini mungkin berkaitan dengan tingkat replikasi virus yang lebih tinggi serta peningkatan penularan.

Dia memperingatkan bahwa varian Inggris kemungkinan memicu lonjakan infeksi baru-baru ini di seluruh Eropa.

Baca Juga: Penelitian Sebut Tingkat Kematian COVID-19 Lebih Tinggi di Negara-negara dengan Populasi Penduduknya yang Sebagian Besar Alami Obesitas

(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : reuters.com

Baca Lainnya