GridHype.ID - Warga Tuban mendadak jadi miliarder usai warga menerima uang pembebasan tanah sampai miliaran rupiah.
Rezeki nomplok warga Tuban tersebut diperoleh usai mereka menjual tanah ke PT Pertamina.
Bahkan tersebar video yang merekam aktivitas warga di Kecamatan Jenu, Tuban ini beramai-ramai memborong mobil viral di sosial media.
Semenjak warga Tuban menerima uang pembebasan tanah dengan nilai miliaran rupiah, daerah ini sampai dijaga TNI-Polri.
Mereka diterjunkan untuk mengamankan wilayah.
"Mungkin aja kan mereka yang membeli mobil itu enggak punya garasi. Mereka kita kasih imbauan agar memastikan keamanan dirinya dan hartanya," kata Kapolres Tuban AKBP Ruruh Wicaksono dikutip dari Kompas.com.
Babinsa Desa Sumurgeneng Serka Heri Purnomo memastikan, dirinya dan sejumlah personel berpatroli hampir setiap hari.
"Sejak ada pembebasan lahan pembangunan kilang minyak, saya hampir setiap hari standby di desa," tutur dia.
Warga Tuban sendiri sampai membeli mobil dalam waktu berdekatan dengan total 176 mobil.
Warga Tuban yang jadi miliarder dadakan tersebut nampaknya tidak dialami oleh sosok Tasimah.
Seperti yang diketahui, lahan yang dijual warga Tuban tersebut nantinya untuk proyek kilang minyak Grass Root Refinery (GRR), patungan Pertamina-Rosneft asal Rusia.
Dilansir dari Surya.co.id, dirinya hanya bisa melihat tetangganya menikmati hasil dari uang pembebasan lahan PT Pertamina tersebut.
"Tidak dapat apa-apa saya, ya hanya lihat orang yang jual tanah saja pada senang," katanya ditemui di rumah, Jumat (19/2/2021).
Ia mengaku, tak punya lahan untuk dijual ke perusahaan plat merah, hingga dia hanya menyaksikan keriuhan di kampungnya saat orang ramai-ramai beli mobil.
Bahkan jangankan tanah, untuk mencukupi kehidupan sehari-hari saja ia harus bertahan dengan bantuan dari pemerintah.
Di dinding depan rumahnya, tertempel pamflet penerima bantuan pangan non tunai (BPNT) dan Program Keluarga Harapan (PKH).
"Tidak punya tanah, ya hanya rumah ini. Saya dan suami sudah tidak kerja, dapat bantuan dari pemerintah," ujarnya.
Di rumah itu ia tinggal bersama Parman (70) suaminya, yang kini mengalami sakit tidak bisa jalan.
Baca Juga: Jadi 'Standar' Orang Terkaya, 5 Miliarder Pemilik Bank Swasta di Indonesia
Kondisi itu membuatnya harus tetap bertahan dengan segala keterbatasan.
Ia juga bercerita saat ini kedua anaknya sudah tidak tinggal serumah, melainkan telah berkeluarga. Ada yang tinggal di luar kota.
"Ya seadanya bertahan, melihat tetangga pada jual tanah ya saya tidak bisa apa-apa, tidak punya lahan untuk dijual juga," ungkap sambil bersandar di pintu masuk.
Baca Juga: Terdengar Gemuruh Disangka Pesawat Jatuh, Ternyata Patung Raksasa Tertinggi di Asia Tenggara Runtuh!
Sementara itu, pendamping Bantuan Sosial Pangan (BSP) atau Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) Jenu, Imron mengatakan, sebelumnya ada 288 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) BPNT di Desa Sumurgeneng.
Namun, setelah diverifikasi atas viralnya kampung miliarder, ditemukan 27 KPM yang dianggap sudah mampu karena telah menjual lahan ke Pertamina.
Kemudian mereka yang dianggap sudah mampu dicoret sebagai penerima BPNT melalui aplikasi sistem informasi kesejahteraan sosial next generation (SIKS-NG).
"Sudah diverifikasi oleh petugas, yang mendapat ganti untung lahan harus dikeluarkan dari penerima BPNT," tutup Imron.
Menurut penuturan kepala desa Sumurgeneng, Guhanto semenjak penjualan tanah warga untuk proyek kilang minyak GRR, sudah ada 176 mobil dibeli.
Mobil yang dibeli warga itupun berbagai macam jenis, seperti Toyota Kijang Innova, Honda HR-V, Toyota Fortuner, Mitsubishi Pajero dan Honda Jazz.
Gihanto menambahkan, ada 840 KK warga di desanya, namun yang lahannya dibeli perusahaan plat merah sekitar 225 KK.
Harga yang diterima warga untuk penjualan tanah per meter mulai dari Rp 600-800 ribu. Sehingga penjualan yang didapat warga rata-rata mencapai miliaran rupiah.
Untuk penjualan tanah paling sedikit Rp 36 juta, paling banyak warga sini Rp 26 miliar, sedangkan ada warga luar mendapat Rp 28 miliar.
"Kalau rata-rata Rp 8 miliar, satu rumah ada yang beli 2-3 mobil. Sisanya buat beli tanah lagi, tabungan, bangun rumah dan usaha," pungkasnya.
Sekadar diketahui, lahan warga dihargai apraisal Rp 600-800 ribu per meter, menyesuaikan lokasi.
Kebutuhan lahan untuk pembangunan kilang minyak GRR seluas 821 hektare. Rinciannya, lahan warga 384 hektare, KLHK 328 hektare dan Perhutani 109 hektare.
Investasi kilang minyak dengan nilai 16 miliar USD atau setara 225 triliun itu rencananya akan beroperasi di 2026. Di mana kilang GRR ditarget mampu produksi 300 ribu barel per hari.
(*)