Virus Corona Varian Baru Belum Masuk ke Indonesia, Berikut 4 Jenis yang Dikhawatirkan Kemunculannya

Selasa, 02 Februari 2021 | 20:15
Photo by Edward Jenner from Pexels

Varian baru virus corona muncul, apakah lebih berbahaya?

Gridhype.id- Covid-19 di Indonesia masih terus mengalami kenaikan angka kasus positif yang signifikan setiap harinya.

Terakhir, Indonesia bahkkan memecahkan rekor dengan penambahan kasus positif terbanyak hingga tembus 14.518 kasus perhari pada Sabtu (30/1/2021) lalu.

Kecemasan akan hadirnya virus corona varian baru yang disebut lebih mudah menular membuat masyarakat hingga para medis khawatir mengenai penyebaran kasus covid-19 di Indonesia yang akan menyebar lebih luas lagi.

Baca Juga: Drama Perselingkuhan Wakil Ketua DPRD Sulut Ramai Dibicarakan, Foto Rumah Bertingkat dan 2 Mobil Mewah Angel Sepang Jadi Sorotan

Terkait hal tersebut, Lembaga penelitian pemerintah bidang biologi molekuler dan bioteknologi kedokteran Eijkman, mengklaim belum menemukan varian baru virus covid-19 di Indonesia.

Hal ini di sampaikan dalam sebuah unggahan di akun media sosial instagram @eijkmaninstitue pada Senin (1/2/2021).

Dalam unggahannya tersebut dikatakan jika Sampai 1 Februari 2021, varian-varian baru belum ditemukan pada 251 sekuens Sars-Cov-2 Indonesia yang sudah dilaporkan ke GISAID.

Baca Juga: 29.000 Karton Es Krim Ditarik Karena Terkontaminasi Covid-19, Benarkah Virus Corona Bisa Menular Lewat Makanan?

Berdasarkan paparan yang dirangkum dalam postingan tersebut, varian baru virus corona telah menghasilkan berbagai mutasi yang berbeda dari genom Sars-Sov-2 yang ditemukan di Wuhan, China.

Eijkman institue juga menjelaskan jika pengawasan genom di Indonesia perlu ditingkatkan lagi agar dapat mendeteksi varian virus Covid-19.

"Walaupun dikorelasikan dengan meningkatnya tingkat fatalitas kasus, varian B.1.17 belum terbukti dapat menyebabkan penyakit Covid-19 yang lebih parah. Demikian juga dengan varian P1 dan B.1.351,"

Mutasi pada virus merupakan hal yang umum terjadi, karena bagian proses evolusi virus agar dapat beradaptasi dan tetap hidup.

Baca Juga: Putri Ustaz Yusuf Mansur Dijodohkan dengan Putra Syekh Ali Jaber, Wirda Mansur Beri Jawaban Tak Terduga

Pada SARS-CoV-2 dikatakan mutasinya empat kali lebih lambat ketimbang virus influenza lantaran memiliki mekanisme proofreading penggandaan materi genetik.

Sebelumnya varian baru virus corona ditemukan di Inggris beberapa waktu lalu.

Kemunculan strain-strain varian baru virus corona ini, tidak mengejutkan para ilmuwan.

Sebab, itulah salah satu cara virus berkembang dan bertahan hidup.

Dengan begitu banyak penyebaran yang tidak terkendali di Amerika Serikat dan di negara lain di dunia, maka virus mendapat banyak kesempatan untuk bermutasi.

Terdapat 4 varian baru virus corona yang berhasil dideteksi dan sangat dikhawatirkan kemunculannya saat ini disejumlah negara.

Berikut keempat varian baru tersebut seperti dilansir dari Kompas.com pada Selasa (2/1/2021).

Baca Juga: 17 Tahun Dipoligami, Rohimah Masih Beri Kesempatan Rujuk dengan Syarat Kiwil Harus Penuhi Hal ini

1. Varian virus corona B.1.1.7

Varian virus corona B.1.1.7 ini pertama kali terdeteksi di Inggris. CDC telah memperingatkan kemunculan strain virus corona ini yang dapat memperburuk pandemi.

Dilaporkan lebih dari 300 kasus Covid-19 dengan varian baru virus corona ini di 28 negara bagian. Namun, itu yang terdeteksi oleh pengurutan genom, dan kemungkinan saja strain tersebut telah meluas di Amerika Serikat.

Kendati mutasi virus baru ini mengkhawatirkan banyak orang, namun sejauh ini, para ilmuwan telah meyakinkan bahwa sistem kekebalan manusia dapat menghadapi atau melawan varian virus corona B.1.1.7 asal Inggris tersebut.

"Sejauh yang kami tahu, transmisi itu dilakukan dengan cara yang persis sama," kata Gregory Armstrong, yang memimpin Kantor Deteksi Molekuler Lanjutan di CDC.

Para ilmuwan kembali mengingatkan upaya untuk mengurangi penyebaran virus ini pun masih tetap sama, yakni dengan memakai masker, menjaga jarak, menghindari keramaian hingga mencuci tangan.

Mutasi virus membuat varian baru virus corona yang baru ini membantunya memasuki sel dengan mudah.

"Untuk menghentikan transmisi, kami memerlukan kecepatan yang lebih tinggi dari apa yang kami lakukan untuk memperlambat transmisi. Kami perlu lebih memperhatikan penggunaan masker. Dan kami perlu meningkatkan cakupan vaksin," kata Armstrong.

Baca Juga: Harta Kekayaannya Capai Ratusan Miliar, Raffi Ahmad Bocorkan Tarif Endorsenya Sekali Posting: 2021 Sudah Naik

2. Varian virus corona B.1.351

Varian virus corona yang terdeteksi di Afrika Selatan ini juga dikenal sebagai strain 501Y.V2, yang dilaporkan pertama kali di AS pada Kamis pekan lalu di Carolina Selatan.

Beberapa hari kemudian, varian virus corona Afrika Selatan ini juga ditemukan di Maryland. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), strain virus corona Afrika Selatan ini telah dilaporkan di lebih dari 30 negara.

"Varian yang pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan telah menyebar dengan cepat keluar Afrika dan apa yang membuat saya terjaga di malam hari saat ini adalah kemungkinan besar beredar di sejumlah negara Afrika," kata Dr. Matshidiso Moeti, direktur regional WHO untuk Afrika.

Pola mutasi pada varian virus corona B.1.351 ini berbeda yang tampaknya menyebabkan lebih banyak perubahan fisik pada struktur protein spike, bagian virus yang menginfeksi sel inangnya.

Satu mutasi penting yang disebut dengan E484K, tampaknya telah memengaruhi domain pengikat reseptor. Hal ini membuat para ilmuwan khawatir, sebab perubahan mutasi virus pada strain ini dapat membantunya lolos dari efek vaksin Covid-19.

"Kabar baiknya adalah vaksin yang ada sekarang masih akan efektif melawan mutan. Kabar serius, saat Anda mendapatkan lebih banyak replikasi, Anda bisa mendapatkan lebih banyak evolusi mutan, yang berarti Anda selalu harus menjadi selangkah lebih maju," kata director of the National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Anthony Fauci.

Tim peneliti di Columbia University, Pusat Penelitian AIDS Aaron Diamond dan tempat lain telah menguji versi mutasi virus yang dibuat di laboratorium terhadap sampel darah orang yang divaksinasi.

Peneliti mengatakan, tampaknya efek vaksinasi agak berkurang, namun tidak cukup melemahkan perlindungan. Akan tetapi, vaksin Covid-19 Novovax telah merilis hasil awal uji klinis dengan efikasi mencapai 89 persen efektif dalam uji coba fase 3 di Inggris.

Sedangkan uji coba fase 2 dengan skala peserta yang lebih kecil juga telah dilakukan di Afrika Selatan, namun hasil sementara efikasi vaksin ini hanya 60 persen.

Baca Juga: Tak Bisa Dipakai Dalam Waktu Lama, Berikut 5 Tanda Masker Kain Sudah Harus Diganti

3. Varian virus corona P.1

Mutasi virus SARS-CoV-2 dengan varian baru juga terdeteksi di Brasil. Varian ini diduga memicu lonjakan penyebaran virus corona di negara ini.

Varian P.1 juga dilaporkan telah memasuki Minnesota yang terdeteksi pertama kali pada Januari lalu, diketahui dibawa oleh pelancong dari Brasil.

P.1 juga membawa mutasi E484K. Varian virus corona tersebut ditemukan pada 42 persen spesimen dalam satu survei yang dilakukan di kota Manaus, Amazon, Brasil.

Pejabat Jepang juga menemukan varian yang sama pada empat pelancong dari Brasil.

"Munculnya varian ini menimbulkan kekhawatiran tentang potensi peningkatan penularan atau kecenderungan untuk infeksi ulang SARS-CoV-2 pada individu," kata CDC.

Baca Juga: Indonesia Kembangkan Vaksin Covid-19 Baru, Vaksin Merah Putih Segera Masuk Tahap Uji Coba

4. Varian virus corona L452R

L452R adalah varian terakhir yang terlihat di California, serta di selusinan negara bagian AS lainnya. Ahli belum terlalu mengetahui tentang varian baru ini. Namun, strain virus corona ini memiliki mutasi dominan pengikat reseptor protein lonjakan.

Jenis virus apa pun bisa menjadi lebih umum karena apa yang dikenal sebagai efek pendiri.

"Efek pendiri adalah masalah virus berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat," kata Armstrong.

Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menunjukkan apakah varian ini dapat meningkatkan penyebaran virus yang sudah astronomis.

Saat ini, AS memiliki lebih dari 25 juta kasus Covid-19 yang terdiagnosis dan lebih dari 430.000 kematian.

Akan tetapi, Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan Universitas Washington sekarang telah mulai memasukkan varian dalam proyeksinya.

Para ahli kembali mengingatkan bahwa dengan terus bermunculannya varian baru virus corona di seluruh dunia, maka tindakan preventif untuk mencegah penyebaran masih harus dilakukan.

Seperti menjaga jarak, memakai masker hingga mencuci tangan dan menghindari kerumunan.

(*)

Tag

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber Kompas.com, Instagram, RRI.co.id