Pilih Hidup dengan Ular, desa Termiskin di China ini Kini Bisa Hasilkan Rp172 Miliar Per Tahun

Rabu, 20 Januari 2021 | 05:15
Scmp.com

Fang mengambil ular yang sedang hamil dari karung jaring.

Gridhype.id- Ular menjadi salah satu jenis reptil yang paling mematikan di dunia.

Hal ini lantaran bisa/racun ular yang bisa membunuh mahkluk lain seketika.

Tak heran jika banyak orang yang akan menghindar atau bahkan membunh ular jika kebetulan bertemu.

Namun sebuah desa di China Timur justru melakukan hal yang berbeda.

Mereka memilih untuk hidup berdampingan dengan ular sebagai petani ular.

Baca Juga: Ketika Rhoma Irama Manggung Dilempar Sendal Oleh Penonton, Begini Reaksi Bang Haji

Ya, desa di China ini merupakan rumah bagi lebih dari 3 juta ular yang diternakkan oleh warga setempat untuk dijual sebagai obat tradisional.

Salah satunya Fang Yin dan isterinyaYang Xiaoxia selama ini hidup sebagai petani ular di China Timur.

Menurut mereka bekerja sebagai petani ular merupakan pilihan tepat.

Bahkan, mereka sama sekali tidak khawatir jika hewan yang mereka ternakkan bisa menhilangkan nyawa mereka.

Gigitan ular sudah menjadi makanan sehari-hari mereka.

Baca Juga: Ditentang Orangtua, Bibi Andriansyah Ungkap Perjuangan Jalin Asmara dengan Vanessa Angel, Sempat Goyah Saat Kasus Prostitusi

"Awalnya saya takut, tapi sekarang saya sudah terbiasa dengan semua ini," kata Fang dikutip dari Scmp.com.

Seolah-olah untuk membuktikannya, pria berusa 30 tahun itu mengenakan baju tanpa lengan saat melakukan aktivitasnya di rumahnya di desa yang sunyi, Zisiqiao, provinsi Zhejiang.

Ya desa sunyi, karena populasi warga di desa tersebut berkurang, kini hanya mencapai 600 jiwa.

Ini membuat Zisiqiao telah dijuluki "desa ular" oleh media, setelah banyak rumah tangga di sana mulai memelihara ular untuk makanan dan obat tradisional China sejak empat dekade lalu.

Baca Juga: Intip Peruntungan Shio Kamu di Tahun Kerbau Logam 2021, dari Bisnis Hingga Percintaan

Sebuah keputusan yang pada akhirnya membantu mengubah ekonomi lokal.

Fang memperlihatkan bagaimana aktivitasnya sehari-hari dalam memelihara ular-ular ini.

Tampak, Fang mengangkat ular yang sedang hamil dari salah satu kantong jaring.

Masing-masing dari kantong jaring di ruangan tersebut berisikan selusin ular.

Gambar yang lain memperlihatkan istrinya, Yang, mengecek kondisi telur ular untuk mengetahui kesehatan embrio di dalamnya.

Baca Juga: Budi Said Menangkan Gugatan Emas 1,1 Ton Lawan Antam, Berikut Profil Sang Crazy Rich Asal Surabaya

Scmp.com
Scmp.com

Telur ular yang sedang dicek kesehatannya.

Peternakan ular mereka adalah salah satu dari lebih dari 100 peternakan, di Kabupaten Deqing, di mana lebih dari tiga juta ular dibesarkan setiap tahun untuk makanan dan obat-obatan.

Peternakan ular di desa tersebut pertamakali diprakarsai oleh Yang Hongchang, yang mencoba membudidayakan ular pada tahun 1980-an

Scmp.com
Scmp.com

Pria yang membudidayakan ular pertamakali.

Dijuluki “raja ular”, pria berusia 67 tahun itu sekarang memiliki perusahaan yang fokus untuk membuat suplemen makanan dari hewan ini.

“Ketika saya masih muda, seluruh desa sangat miskin,” kata Yang.

“Ada banyak danau dan sungai di wilayah ini, dan ada banyak ular yang hidup di air. Jadi kami berpikir untuk menangkap ular dan menjualnya demi uang," tambahnya.

Peternak lain berusia 50-an, Yang Farong, mengatakan dia ingat saat menangkap ular di samping danau dan sungai di daerah itu saat remaja.

Baca Juga: Tak Pernah Konfirmasi Rencana Pernikahannya dengan Lesti Kejora, Rizky Billar Rupanya Hati-Hati Lantaran Pernah Gagal Menikah

Pada tahun 1970-an, "semua orang melakukan ini, pria dan wanita, meskipun kami semua sedikit takut", katanya.

Setelah beberapa tahun, jumlah ular yang tersisa di alam bebas telah punah oleh para pemburu, jadi “raja ular” memutuskan untuk mulai membiakkan mereka sendiri.

Pada tahun pertama, hanya 10 persen dari telur ular menetas, membuatnya merugi lebih dari 10.000 yuan.

Scmp.com
Scmp.com

Ular-ular diletakkan dalam karung diatas pasir.

Tetapi dia bertekad untuk belajar dari kegagalannya.

Tahun berikutnya, tingkat penetasan melonjak hingga 80 persen dan dia berhasil mengangkat lebih dari 30.000 ular.

Jenis ular yang banyak dibudidayakan disana adalah viper dan juga ular berbisa lainnya.

Peternak biasanya menjual ular ke perusahaan farmasi China yang mengubahnya menjadi bubuk, beberapa di antaranya diekspor ke Jepang, Korea Selatan, Amerika, dan Eropa.

Kini perdagangan itu telah memberikan pemasukan pada desa yang dulu miskin, sekitar 80 juta yuan (US $ 12 juta) atau setara Rp172 M per tahun. (*)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judulMengintip Desa Ular di China, Lebih dari 3 Juta Ular Diternakkan di Sini dan Menghasilkan Rp172 M per Tahun

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber : Intisari Online

Baca Lainnya