Jangan Sampai Kecolongan, Kenali Gejala Baru Covid-19,

Minggu, 13 Desember 2020 | 12:31
Freepik

IDI dan Satgas membantah adanya gejala baru Covid-19, delirium

Gridhype.id- Selain alami demam tinggi, batuk kering hingga gangguan pernapasan, baru-baru ini Delirium disebut juga sebagai gejala baru dari covid-19.

Delirium menjadi salah satu kondisi yang ditemukan pada beberapa pasien Covid-19 saat ini.

Lantas apa sebenarnya deliriun itu?

Baca Juga: Disebut Numpang Hidup dari Harta Lina Jubaedah, Teddy Ungkap Hartanya Ada Ratusan Juta Hasil Kerja di Luar Negeri

Seorang Dikter Divisi Psikiatri Komunitas, Rehabilitasi dan Trauma PsikososialDepartemen Ilmu Kesehatan Jiwa FKUI-RSCM, dr Gina Anindyajati SpKJ menjrlaskan jika delirium merupakan suatu kondisi perubahan kesadaran yang onset-nya akut dan terjadi secara mendadak.

Ia menjelaskan, delirium adalah suatu kondisi perubahan kesadaran yang onset-nya akut dan terjadi secara mendadak.

"Orang yang mengalami delirium menunjukkan adanya gangguan tingkat kesadaran, perhatian, kognitif (kemampuan berpikir), dan persepsi yang terjadi secara fluktuatif (berubah-ubah dari waktu ke waktu)," ujar Gina, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/12/2020).

Sebuah studi menyebutkan, jika delirium umumnya dialami pasien Covid-19 yang berusia lanjut.

Baca Juga: Bukan Ratna Sari Dewi, Rupanya Ada Sosok Wanita Lain yang Jadi Cinta Pertama Soekarno di Jepang, Namun Berakhir dengan Bunuh Diri

Tanda-tanda mengalami delirium

Menurut dia, penyakit ini termasuk keadaan yang sulit dikenali karena tanda-tandanya sangat bervariasi.

Tingkatan derilium ada yang ringan sampai berat, dan kondisi ini bisa dilihat ketika seseorang tidur dan sulit dibangunkan, hingga tampak gelisah.

Gina mengatakan, gambaran utama orang yang mengalami delirium antara lain:

  • Gangguan kesadaran dan perhatian (kesadaran berkabut hingga koma)
  • Gangguan kognitif berupa proses pikir yang kacau, ketidakmampuan membedakan
  • realita dan yang bukan, disorientasi, rendah daya memori
  • Gangguan siklus tidur-bangun, cenderung bangun dan gelisah di malam hari, pola tidur terbalik
  • Gangguan emosional yang tampak sebagai kecemasan hebat, iritabilitas (mudah marah)
Baca Juga: Vaksin Covid-19 Tiba di Indonesia, Diperkirakan akan Diberikan pada Masyarakat Februari 2021 Mendatang

Penyebab pasien Covid-19 alami delirium

Apa penyebab terjadinya delirium? Lebih jauh, Gina menjelaskan, delirium dapat terjadi

pada pasien yang terinfeksi Covid-19 yang disebabkan oleh berbagai sebab, yakni:

  • Infeksi langsung ke jaringan otak
  • Inflamasi (peradangan) jaringan parenkim otak
  • Ensefalopati akibat toksin krn proses perjalanan penyakit Covid-19
  • Gagal nafas yang menyebabkan otak mengalami kekurangan oksigen berat
  • Infeksi berat yang memengaruhi organ2 vital
  • Hiperkoagulasi (pengentalan darah yang hebat) sehingga mengganggu aliran darah ke otak
Baca Juga: Setelah Sang Istri, Kini Sandiaga Uno Dinyatakan Positif Covid-19 Tanpa Gejala

Kondisi yang gawat darurat

Gina mengingatkan, delirium termasuk kondisi gawat darurat sehingga harus ditangani di rumah sakit.

Sebab, penyakit delirium yang tidak dikelola dan tidak dicari penyebabnya bisa berujung pada kematian atau kecacatan jangka panjang.

"Orang yang sudah teratasi delirium, masih mungkin mengalami gejala sisa berupa perubahan kognitif (kemampuan berpikir) maupun gangguan mood (suasana perasaan) yang sifatnya menetap hingga satu tahun pasca kejadian," ujar Gina.

Pengobatan untuk orang yang alami deliriumPenanganan mereka yang mengalami delirium harus disesuaikan dengan penyebabnya.

Jika penyebabnya karena infeksi, maka pengobatannya ditujukan untuk menyelesaikan infeksinya.

Baca Juga: Banyak yang Salah Sangka, Berikut Mitos Seputar Covid-19 yang Perlu Kamu Tahu, Salah Satunya Mengenai Penggunaan Masker

Namun, jika penyebabnya karena pengentalan darah yang berlebihan, maka perlu diberikan terapi agar kekentalan darahnya berkurang.

"Bila pasien mengalami gaduh gelisah, baru diberikan obat-obatan psikiatri sesuai dengan derajat gaduh gelisahnya," ujar Gina.

Ia menambahkan, tindakan terapi juga penting dilakukan untuk membantu pasien yang mengalami derilium bergejala reorientasi.

"Orang dengan delirium dibantu untuk mengenali ruang, waktu, dan orang di sekelilingnya sehingga menurunkan kebingungan dan kegelisahan," kata Gina.

"Orang dengan delirium juga perlu dirawat di ruangan yang nyaman, cukup pencahayaan dan tenang, suhu ruangan yang hangat," lanjut dia.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul, Kenali Tanda-tanda Mengalami Delirium, Gejala Baru Covid-19

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya