Nyaris Musnahkan Populasi Manuasia di Dunia, Wabah Penyakit ini Tak Kalah Mengerikan dari Pandemi Covid-19

Kamis, 15 Oktober 2020 | 13:15
Toutiao

Penampilan dokter pada masa wabah hitam.

Gridhype.id- Pandemi Covid-19 masih menghantui dunia saat ini.

Setidaknya angka kasus terkonfirmasi di dunia tercatat sebanyak38,351,539 kasus, dengan jumlah kematian akibat corona mencapai1,089,186 jiwa per Kamis (15/10/2020).

Bagi kita yang hidup saat ini, pandemi covid-19 menjadi salah satu pandemi yang mengerikan di era modern ini.

Baca Juga: Indonesia Bisa Akhiri Pandemi Covid-19 Dengan Syarat Dua Faktor ini Terpenuhi, Salah Satunya Peran Aktif Masyarakat

Namun tahukah kamum jauh sebelum pandemi covid-19 menghantui seluruh dunia, manusia memiliki sejarah panjang dalam memerangi, jamur, bakteri dan virus.

Tak jarang, hal itu menyebabkan kematian, seperti halnya dengan pandemi yang pernah nyaris membunuh setengah populasi manusia ini.

Sebuah penyakit yang hampir mirip dengan virus corona tahun 1347-1351 telah membunuh sepertiga populasi di benua biru.

Baca Juga: Hati-hati, Terlalu Sering Gunakan Earphone Telinga Bocah ini Ditumbuhi Jamur

Tak hanya itu, di Asia 75 juta hingga 200 juta nyawa melayang akibat penyakit itu, yang artinya nyaris menghancurkan setengah populasi manusia dunia.

Menurut History.com wabah itu dikenal dengan Black Death, atau kematian hitam akibat virus yang diyakini bernama Yersinia pestis.

Hal itu menyebabkan penyakit pes yang dijuluki penyakit paling maut dalam sejarah manusia dan dunia.

Penyakit ini menyebar dari Eropa ke Asia pada abad ke-14, ke-17 dan awal tahun 1900-an.

Baca Juga: Ngeri, Meski Sudah Sembuh Virus Masih Bisa Bertahan Hingga 2 Bulan di Dalam Tubuh Pasien Covid-19, Epidemiolog Sarankan Hal ini

Orang yang terkena penyakit ini biasanya karena digigit tikus yang membawa bakteri Yersinia pestis.

Selain itu hewan yang terinfeksi seperti anjing dan kucing juga bisa menginfeksi pemiliknya.

Bakteri ini bertahan karena tingkat rendah beredar di antara populasi tikus tertentu.

Hewan yang terinfeksi berfungsu sebagai reservoir jangka panjang bagi bakteri.

Saat ini tak ada vaksin yang bisa melawan wabah ini, tapi antibiotik modern dapat mencegah komplikasi dan kematian jika diberikan secara tepat.

Baca Juga: Produser Film Raam Punjabi dan Istri Positif Covid-19, Diduga Terpapar dari Asisten Rumah Tangganya

Toutiao
Toutiao

Topeng dokter untuk menutupi hidung dan wajah.

Selama wabah itu menyerang, sejumlah besar mayat perlu diproses, dan banyak mayat ditangani oleh dokter.

Ketika itu, orang tidak tahu bahwa wabah itu disebabkan oleh infeksi bakteri, tetapi mereka harus melakukan perlindungan dasar untuk mengisolasi mayat dari pembusukan.

Untuk mencegah bau busuk umumnya menggunakan penutup dari linen atau katun untuk menutupi hidung dan mulut.

Mirip dengan prototipe masker masa kini, tetapi dapat dibayangkan bahwa efek perlindungannya minimal.

Baca Juga: 7 Minggu Setelah Melahirkan Wanita ini Rasakan Ada Bau Busuk Keluar dari Tubuhnya, Saat Diperiksa Rupanya Hal Menjijikan Tertinggal dalam Tubuhnya Saat Persalinan

Pada abad ke-16, dokter Prancis Charles de Lorme (1584-1678), dokter Louis XIII, menemukan setelan dokter anti-infeksi, yang juga dikenal sebagai "jas paruh" untuk para dokter wabah.

Jas paruh itu mencakup topi, topeng berbentuk paruh, dan jubah yang hampir bisa menutupi seluruh tubuh.

Di antara mereka, topi dapat mencegah wajah pasien dari dekat dengan dokter, jubahnya dapat mencegah polusi cairan tubuh, dan topeng itu memiliki misteri besar.

Zika Zakiya

Ilustrasi Black Death yang terjadi di Eropa.

Baca Juga: Picu Jerawat Hingga Kebutaan, 4 Perubahan Pada Tubuh ini Akan Terjadi Jika Kamu Sering Bermain Ponsel Sampai Begadang

Tradisi medis dan humanistik Yunani kuno percaya bahwa orang yang mati karena penyakit menular adalah "najis", dan bau busuk yang mereka keluarkan dapat menyebarkan penyakit itu.

Bagian paruh dari setelan paruh dipenuhi dengan banyak rempah-rempah, dan dokter yang berpartisipasi juga akan memiliki "resep rahasia" sendiri.

Isi rempah-rempah dan paruh panjang memberikan perlindungan yang lebih baik. (*)

Artikel ini telah tayang di Intisari online dengan judul,Merengut 200 Juta Nyawa Manusia, dan Nyaris Musnahkan Populasi Manusia Dunia, Wabah Penyakit Ini Sama Mengerikannya dengan Virus Corona

Tag

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber Intisari Online