Gridhype.id- Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat semakin kentar terlihat.
Kedua negara dengan kekuatan militer terbaik di dunia ini bagaikan air dan api yang selalu bermusuhan dan bertolak belakang.
Saling serang hingga eksekusi mati bukan hal baru bagi kedua negara ini.
Belakangan, sebuah laporan intelijen membocorkan jika Iran berencana mengeksekusi Duta Besar (DUBES) Amerika Serikat (AS) untuk Afrika Selatan,iran.
Baca Juga: Diam-diam Iran Mata-matai Indonesia Selama Bertahun-tahun karena Masalah yang Terjadi di Madura
Dilansir dari Politico via New York Post, laporan tersebut dibocorkan oleh dua pejabat AS yang enggan disebutkan namanya, Minggu (13/9/2020).
Dua pejabat tersebut mengatakan telah mengetahui rencana pembunuhan Marks pada musim semi tahun ini.
Selang beberapa waktu, rencana pembunuhan tersebut menjadi lebih spesifik dalam beberapa pekan terakhir.
Pihak intelijen belum mengetahui secara pasti kenapa Marks menjadi target pembunuhan pihak Iran.
Baca Juga: Miris! Seorang Ayah Tega Tebas Leher Anaknya Hingga Tewas dengan Alasan Demi Menjaga Kehormatan
Mereka hanya menduga Marks menjadi sasaran balas dendam atas pembunuhan jenderal top Iran, Qasem Soleimani.
Komandan Pasukan Quds, sayap tentara elite dari Garda Revolusi Iran, itu terbunuh dalam sebuah serangan pesawat nirawak di Baghdad, Irak.
Beberapa hari setelah kematian Soleimani, Iran meluncurkan rentetan rudal balistik yang menargetkan dua pangkalan yang menampung pasukan AS di Irak.
Presiden AS Donald Trump lantas mengumumkan sanksi baru terhadap Iran dan memperingatkan negara tersebut akan adanya pembalasan lain.
Sejumlah pejabat AS percaya bahwa Marks merupakan salah satu dari sejumlah opsi target yang dikembangkan oleh Iran.
Marks merupakan teman mendiang Putri Diana dan telah mengenal Trump selama lebih dari 20 tahun.
Dia dilantik sebagai Dubes AS untuk Afrika Selatan pada Oktober 2019.
Lporan intelijen tersebut juga mengatakan, Marks telah diberitahu tentang kemungkinan ancaman yang bisa membahayakan hidupnya tersebut.
Mengapa Iran dan Amerika Serikat saling membenci?
Rupanya, permusuhan kedua negara tersebut sudah berasal sejak abad 20 saat kunjungan Inggris ke Timur Tengah.
Sebelum Perang Dunia II, Inggris mendominasi industri minyak Iran dengan kerjasama yang mereka sebut 'Anglo-Iranian Oil Company'.
Namun Perang Dunia II telah melemahkan Inggris.
Dilansir dari abc.net.au, Inggris sempat terpuruk dalam bidang ekonomi dan harus mengandalkan fasilitas dan program dari luar negeri untuk bisa bangkit lagi.
Saat itu yang mereka andalkan hanyanya minyak dari Iran.
Di waktu yang sama, kehadiran Rusia di Iran utara menjadi isu kritis bagi AS.
Kala itu, wilayah barat laut Iran menjadi pembatas antara Barat dan Timur, yaitu antara AS dan Rusia, yang kala itu disebut Uni Soviet.
Lalu, AS membujuk pimpinan Iran untuk tetap menjaga pembatas tersebut, dan memastikan 'minyak tetap mengalir'.
Namun kehadiran Mohammad Mosaddegh, seorang figur nasionalis menjadi Perdana Menteri Iran ke - 35 di tahun 1951, membuat kondisi berubah.
Mossadegh percaya jika seharusnya bukan Inggris yang menguasai minyak negara mereka.
Saat itu menjadi titik kritis bagi Iran.
Pada tahun yang sama, Mossadegh membuat bisnis minyak menjadi milik negara.
Sejak saat itu Mossadegh menjadi ancaman bagi Inggris dan AS, dan mereka memastikan jika pemerintahannya berlangsung dalam waktu yang singkat.
Tahun 1952, Inggris diusir dari Iran, dan hubungan diplomatik keduanya gagal.
Kemudian setahun setelahnya, CIA melakukan operasi untuk menggulingkan Mosaddegh.
(*)
Artikel ini telah tayang diKompas.comdengan judul "Laporan Intelijen: Iran Berencana Eksekusi Dubes AS untuk Afrika Selatan