Sempat Catat Tingkat Infeksi Tertinggi di Eropa, Swedia Kini Berbangga Hati Sebab 'Langkah Santainya' Kini Buahkan Hasil

Senin, 14 September 2020 | 08:30

Situasi pandemi Covid-19 di Swedia.

GridHype.ID - Negara ini dinilai terlalu santai saat menghadapi pandemi corona.

Ya, Swedia yang dulu dicemooh sebagai negara 'tersantai' hadapi corona kini malah berubah jumawa.

Ketika kasus-kasus Covid-19 di Eropa kembali meningkat, di Swedia angka penambahannya justru menurun meski tidak lockdown.

Tingkat infeksi Swedia pernah jadi yang tertinggi di Eropa, tapi sekarang lebih rendah daripada Inggris, Spanyol, Perancis, atau Italia.

Baca Juga: Nyaris Kena Amuk Massa, Pelajar SMP Rebut iPhone Milik Pegawai Konter, Pakai Cairan Cabai Sebagai Alat

Daily Mail pada Jumat (11/9/2020) mewartakan, Swedia pekan lalu melakukan sejumlah tes virus corona tapi cuma 1,2 persen yang positif lagi.

Angka ini adalah yang terendah di sana sejak pandemi. Mulai "bersihnya" Swedia membuatnya dihapus dari daftar karantina Inggris, dan membuka kembali pintu bagi pariwisata dan perekonomiannya.

Lantas, bagaimana cara santai Swedia bisa menjinakkan virus corona? Tidak ada lockdown di Swedia.

Rakyatnya tidak diperintahkan untuk tetap di rumah, toko-toko, sekolah, dan restoran juga tetap buka meski kurva kasus berada di puncaknya.

Ahli epidemiologi top di negara Nordik itu juga tidak memandang masker sebagai cara efektif, dan bersikeras lockdown penuh tidak akan mencegah kematian di ruang perawatan.

Namun warga Swedia dengan taat selalu melakukan dua hal mendasar, yaitu cuci tangan dan social distancing.

"Alasan di balik penularan yang relatif rendah sekarang sebagian besar karena banyak warga Stockholm mengikuti anjuran untuk tetap di rumah saat sakit, mencuci tangan, dan menjaga jarak," ujar Per Follin kepala badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Stockholm.

Baca Juga: Terdengar Aneh, Siapa Sangka Toner dari Bahan Alami Ini Ampuh Atasi Jerawat hingga Bikin Kulit Cerah Merona, Yuk Cobain!

Pemerintah Swedia juga sudah sering menyebutkan tingkat kepercayaan yang tinggi pada pihak berwenang menjadi alasan, kenapa tindakan pencegahan virus bisa bersifat sukarela bukan paksaan.

Strategi ini mendapat pujian dari WHO sebagai model berkelanjutan untuk mengatasi virus.

Para petinggi Swedia pun mengatakan, akan menerapkan pembatasan lunak lebih lama.

wowkeren.com
wowkeren.com

Terapkan herd immunity hadapi Covid-19, Swedia masih jauh dari target jumlah penduduk yang kebal virus.

Tingkat infeksi Swedia adalah yang tertinggi di Eropa pada pertengahan Juni, dengan hasil skrining menunjukkan lebih dari 1.000 orang positif corona per hari.

Kemudian pada 15 Juni Swedia mencatatkan rata-rata 101 kasus per 1 juta orang per hari di 1 pekan, sedangkan tertinggi berikutnya di Eropa adalah Belarus dengan 79 kasus.

Angka kematian di Swedia juga sempat lebih banyak daripada gabungan Norwegia, Denmark, dan Finlandia, dengan 5.843 kematian.

Baca Juga: Jangan Anggap Remeh karenaBisa Serang Siapa Saja, Begini Tanda-tanda Radang Otak Salah Satunya Linglung

Akan tetapi situasinya kini berbalik total 3 bulan sejak saat itu. Infeksi virus corona melonjak di sebagian besar Eropa tetapi mencapai titik terendah di Swedia.

Swedia mengumumkan 7.131 kasus baru pada Agustus, turun dari 11.971 kasus di Juli bahkan 30.909 di Juni.

Tingkat infeksi tertinggi di Eropa Barat sekarang dipegang Spanyol (200 kasus per 1 juta orang) dan Perancis (118).

Swedia jauh di bawah mereka dengan 17 kasus per 1 juta warganya.

"Tujuan dari pendekatan kami adalah agar orang-orang itu sendiri yang memahami kebutuhan untuk mematuhi rekomendasi dan anjuran yang ada," kata kepala badan kesehatan Johan Carlson di konferensi pers.

"Tidak ada cara lain sebelum ada tindakan medis, terutama vaksin.

Warga Swedia telah melakukannya sepenuh hati," lanjutnya dikutip dari Daily Mail.

Baca Juga: Biasa Jadi Lalapan, Siapa Sangka Daun Ini Ternyata Efektif Sulap Wajah Jadi Glowing hingga Bebas Jerawat

Swedia tidak menerapkan herd immunity, tetapi para pejabatnya merasa hal itu secara bertahap akan membantu membatasi penyebaran penyakit.

Meski begitu para ilmuwan belum sepenuhnya yakin secara tepat berapa banyak atau berapa lama kekebalan muncul setelah pulih dari Covid-19.

Studi dari Royal Society of Medicine Inggris bulan lalu menemukan, hanya 15 persen orang di Stockholm yang memiliki antibodi virus ini pada Mei 2020.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Cara "Santai" Swedia Tangani Virus Corona yang Ternyata Manjur"

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Kompas