Kalang Kabut Dihantam Pandemi Covid-19, Kota yang Terkenal dengan 'Wisata' Rumah Bordilnya Ini Kini Bak Kota Mati, Ditinggalkan oleh Para Pengunjungnya

Minggu, 14 Juni 2020 | 21:15
Photolibrary RM

Red Light District, De Wallen, Amsterdam

GridHype.ID - Seluruh dunia kalang kabut saat pandemi corona mewabah.

Kewaspadaan masyarakat akan penyebaran virus inipun kian meningkat.

Masyaraktpun mengubah kebiasaan dan pola hidup yang selama ini mereka jalankan.

Termasuk pada masyarakat di negara yang satu ini.

Baca Juga: Hadiri Pesta, Tamu Undangan Cium Gelagat Aneh Mempelai Pria, Resepsi Indah Jadi Malapetaka

Ketika pandemi virus corona berkecamuk pada Maret dan April lalu, ada yang berbeda di pusat kota Amsterdam.

Tak ada lagi pekerja seks berpakaian minim yang memamerkan diri dalam jendela-jendela kios-kios di gang kecil Stoofsteeg atau biasa disebut Red Light District.

Begitu juga para wisatawan yang biasa memelototinya pun tak ada lagi.

Kedai kopi di berbagai plaza seperti Rembrandtplein dan Leidseplein yang menawarkan ganja untuk wisatawan isap bersama minuman keras pun harus tutup.

Amsterdam kini bak kota hantu, wisatawan yang saban bulannya berjumlah 1 juta wisatawan ini tak ada lagi yang datang.

Sebelumnya, jumlah wisatawan yang datang itu memang melebih populasi warga setempat di Amsterdam.

Mengutip Bloomberg, Mascha ten Bruggencate, yang memimpin dewan distrik pusat Amsterdam mengatakan kondisi saat ini menunjukkan sesungguhnya wajah kota.

Baca Juga: Bersepeda Jadi Tren Di Tengah Pendemi Corona, Pesepeda Pemula Wajib Waspadai Serangan Jantung!

"Itu menunjukkan betapa sedikit orang yang benar-benar tinggal di pusat itu dan betapa sedikitnya yang ditawarkan penduduk setempat. Kita perlu mengubah itu," ujar Bruggencate.

Momentum penyebaran covid yang meluluhlantakan kota Amsterdam memang ingin dijadikan waktu tepat untuk mengubah ibukota Belanda ini.

Kota-kota dan negara-negara di seluruh dunia sedang mempelajari apa yang perlu mereka lakukan secara berbeda di era pasca-Covid-19.

Untuk Amsterdam, 19 juta wisatawan tahunannya menghasilkan lebih dari 6 miliar euro atau sekitar US$ 6,8 miliar dalam pendapatan.

travelchannel.com

Red Light District Amsterdam bak kota hantu saat pandemi Covid-19

Walikota Amsterdam Femke Halsema menyusun rencana pada akhir Mei untuk melakukan perubahan di kota yang dipimpinnya itu.

Di antara langkah-langkah yang sudah diberitahukan ke dewan setempat termasuk membeli properti dan membatasi izin untuk memastikan bahwa kota tua itu tidak hanya dihiasi dengan toko-toko yang menjual cinderamata, tetapi juga menjadikan rumah sebagai toko dan outlet grosir yang melayani wisatawan.

Ini adalah pertama kalinya upaya semacam itu dilakukan. "Urgensi untuk memikirkan pusat kota di masa depan," kata Halsema.

Baca Juga: Bikin Geger! Bukan Positif Virus Corona, Pria Ini Malah Dinyatakan Reaktif Hamil Setelah Jalani Rapid Test

Tanda-tanda perubahan itu pun datang, setelah Adyen NV, salah satu perusahaan fintech paling sukses di Belanda mengatakan akan menyewa kantor seluas 17.000 kaki persegi di jantung kota.

Karyawan muda Adyen suka bekerja di kota yang semarak, sehingga mereka dapat mengunjungi toko buku saat istirahat atau minum bersama di teras terdekat setelah seharian bekerja seperti yang dituturkan Chief Financial Officer Ingo Uytdehaage.

Amsterdam memang menjadi kota wisata populer dengan hiburan seks, narkoba dan pesta-pesta yang terjadi di kota.

Walaupun menarik banyak wisatawan dan membawa untung, ternyata membuat warga lokal kehilangan kenyamanan karena banyaknya ingar bingar di sekitar mereka.

Lutfi Fauziah

Kawasan hiburan malam yang kondang dengan sebutan \'Red Light District\' di Amsterdam, Belanda.

Menurut penuturan warga setempat, wisatawan tersebut terkadang berbuat hal yang kurang pantas seperti buang air kecil atau muntah di depan pintu warga lokal.

Bahkan, mobil polisi sering berpatroli dikarenakan banyaknya wisatawan yang terkadang terlibat perkelahian.

Hal ini pun membuat warga menginginkan rumah bordil dan kafe ganja juga kedai kopi ditutup dan digantikan dengan pengecer lokal.

Baca Juga: Perempuan Wajib Tahu! Berikut Daftar Kosmetik Ilegal dengan Kandungan Berbahaya yang Beredar di Masyarakat

Sebaliknya, rumah bordil yang tumbuh subur tidak ingin pergi.

Para pelacur yang bekerja di 330 rumah pelacuran di Red Light District menganggap daerah itu sebagai tempat yang aman, dan melihat turis sebagai aliran pendapatan terbesar mereka.

Sayangnya, pandemi corona menghantam bisnis seks dengan keras.

Banyak pekerja seks telah pulang ke negara asal dan walaupun rumah bordil akan dibuka kembali pada bulan September mendatang, pendapatan masih sulit kembali normal dikarenakan wisatawan yang menjauh.

Pun dengan kafe-kafe yang menjual ganja. Pendapatan mereka menurun jauh. Sementara ini, pemerintah sedang melakukan upaya terbaru untuk membuat perekonomian di kota tersebut kembali menggeliat.

(*)

Artikel ini telah tayang di stylo.grid.id dengan judul Dihantam Badai Covid-19, Kota yang Terkenal Sebagai Surga Seks dan Ganja ini Tobat dan Tak Ada Lagi Pekerja Wanita Berpakaian Seksi

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Stylo.ID