GridHype.ID -Perlahan tapi pasti, virus corona mulai menyebar ke sejumlah negara, termasuk di Asia Tenggara.
Negara Asia Tenggara yang melaporkan penemuan pasien korban virus corona di antaranya Thailand, Malaysia dan Singapura.
Sampai hari Kamis (13/02/2020) Indonesia sendiri masih dinyatakan negatif dari virus Corona.
Sejalan dengan hal tersebut, seluruh ilmuwan dunia masih memburu asal muasal virus corona ini.
Dugaan terkuatnya adalah dari kelelawar, karena itulah peneliti pergi ke sarang kelelawar terbesar yang ada di China untuk melakukan penelitian.
Mengutip Daily Mirror pada Kamis (13/2/2020), tersembunyi jauh di hutan belantara Tiongkok, sebuah gua menjadi tempat tinggal kelelawar liar.
Tempat itu mungkin akan memberikan jawaban pada ilmuwan untuk memecahkan teka-teki soal virus corona.
Lokasinya tepatnya sangat rahasia, namun dikatakan ada di suatu tempat di provinsi Yunnan, China.
Gua itu penuh dengan kelelawar yang kemungkinan membawa virus corona terkait SARS.
Laporan mengatakan para peneliti telah mencatat dan prihatin dengan wabah virus corona seperti SARS yang mungkin melompat dari kelelawar ke manusia.
Ini akan menimbulkan konsekuensi mengerikan.
Namun dalam penelitian ini ada suatu hal yang mengejutkan peneliti, sebuah penemuan aneh dari orang-orang yang tinggal di dekatnya.
Tinggal sangat dekat dengan sarang kelelawar terbesar di China, berdasarkan tes darah penduduk sekitar ini memiliki kekebalan.
Kekebalan mereka secara misterius, menjadi kunci bagi ilmuwan untuk menemukan solusi memerangi wabah yang kini dikenal dengan COVID-19 itu.
Wabah ini telah melampaui SARS dalam jumlah mengerikan dan menyebar ke seluruh dunia.
Penelitian dari penemuan ini juga muncul dalam sorotan dan menarik minat internasional.
Peneliti utamanya Zheng-Li Shi dari Institute Virologi Wuhan mengatakan sedang mencari "ibu iblis" ketika dia dituduh teori virus corona telah lepas dari lab-nya.
Baca Juga: Tak Hanya Wuhan, Shanghai Mendadak Jadi Kota Tak Berpenghuni Akibat Virus Corona
Ilmuwan itu dipaksa menanggapi dan menolak teori bahwa virus corona adalah senjata biologis yang lepas dari lab-nya.
"Aku bersumpah dengan hidupnya bahwa virus itu tidak ada hubungannya dengan laboratorium ku," katanya melalui South China Morning Post.
Baca Juga: Terdengar Sadis, Begini Cara Pemerintah China Perlakukan Ribuan Korban Jiwa Akibat Virus Corona
Kemudian, seorang penulis di New York Times bernama David Quammen mengatakan, "infeksi hewan dan pandemi manusia selanjutnya membuat hubungan antara penemuan ahli virus dan wabah dalam opini."
Dia menunjukkan makalah ahli virus tahun 2005 dan studi kedua Shi tahun 2017 yang melibatkan pengambilan sampel dari kelelawar dan menyelidiki orang yang tinggal di dekatnya.
Penelitian sebelumnya telah mencatat bahwa kelelawar di gua tersebut menjadi tuan rumah berbagai virus corona yang mirip dengan wabah SARS.
Pada saat itu, wabah SARS menewaskan 774 orang dan menginfeksi lebih dari 8.000 di seluruh dunia.
Draft makalah ini belum ditinjau, tetapi penting untuk menguji kemampuan semua studi ilmiah baru.
Namun pada tahun 2017, ahli virologi itu menetapkan temuan kedua setelah lima tahun penelitian yang berfokus pada gua Yunnan, kali ini menyelidiki sampel tinja yang dikumpulkan dari populasi kelelawar.
Mereka menemukan virus corona dalam empat spesies kelelawar yang berbeda, termasuk satu virus dengan genom 96% identik dengan virus yang pertama kali ditemukan muncul pada manusia di Wuhan pada bulan Desember tahun lalu.
Virus yang ditemukan dalam kelelawar memiliki kesamaan genetik dengan virus corona tetapi berbeda dengan virus SARS.
Peter Daszak, presiden EcoHealth Alliance, sebuah organisasi penelitian swasta yang bekerja sama dengan Shi di Yunnan mengatakan pada New York Times.
Peneliti sebenarnya telah memperingatkan jenis virus ini selam bertahun-tahun.
Daszak menceritakan bagaimana beberapa orang di Yunnan pada 2017 termasuk sekitar 400 orang tinggal di dekat gua kelelawar.
Studi menemukan mereka 3% membawa antibodi terhadap virus corona terkait SARS.
Peneliti itu mengatakan hasilnya kepada ilmuwan dan mengatakan pada saat itu virus corona bukanlah fenomena baru.
"Kami tidak tahu apakah mereka pada saat itu sakit. Kami tidak tahu apakah mereka diekspos sebagai anak-anak atau orang dewasa," Daszak mengatakan kepada Times.
"Tapi yang kamu tahu adalah bahwa virus-virus ini membuat lompatan, berulang kali, dari kelelawar ke manusia," katanya.
Laporan awal tentang corona virus baru yang berasal dari pasar makanan di kota Wuhan di Cina, menunjukkan virus baru dapat dikaitkan dengan kelelawar.
Namun asal pastinya belum jelas dan para ilmuwan sedang menyelidiki apakah itu muncul dari sejumlah hewan yang dijual untuk konsumsi manusia di pasar, termasuk ular dan trenggiling.
(*)
Artikel ini telah tayang di intisari dengan judul Ilmuwan Terkejut, Orang-orang di Daerah Terpencil China Ini Memiliki Darah yang 'Kebal' Terhadap Virus Corona, Ternyata Inilah Penyebabnya