Kisah Sedih Dibalik Evakuasi Warga Negara Inggris Pasca Merebaknya Virus Corona, Harus Rela Tinggalkan Istri Hingga Anak Demi Bisa Terbang ke Negaranya

Kamis, 30 Januari 2020 | 20:40
Shanghaiist

Ilustrasi warga Wuhan yang memakai masker demi menghindari Virus Corona.

Laporan Wartawan GridHype.ID, Ruhil I. Yumna

GridHype.ID- Kota Wuhan berubah bak kota mati.

Hiruk-pikuk kota itu seolah 'dipadamkan' pasca kasus penyebaran virus corona merebak.

Penduduk kota itu kini tak dapat lagi beraktivitas normal setelah pemerintah memberlakukan pembatasan di kota itu.

Baca Juga: Lakukan Tindakan Cepat, Tiongkok Targetkan Bangun Rumah Sakit Khusus Corona dengan 1000 Tempat Tidur dalam Waktu Hanya 10 Hari

Beberapa negara mulai melakukan evakuasi pada warga negaranya yang masih berada di Wuhan.

Negara tersebut antara lain Inggris, Jepang maupun Amerika Serikat.

Evakuasi tersebut rupanya tak selalu mendatangkan rasa aman atau ketenangan.

Ada sebuah kisah sedih di balik penyelamatan tersebut.

Kisah tersebut dialami oleh seorang pria warga negara Inggris bernama Nick House.

Dilansir The Guardian, Nick House menyampaikan kesedihannya saat pemerintah Inggris berusaha mengevakuasi warganya yang berada di Wuhan.

Nick House memiliki istri Warga Negara Indonesia (WNI) dan telah dikaruniai dua orang anak.

Usai tersebarnya kasus virus corona, Negeri Ratu Elizabeth itu langsung bertindak cepat mengevakuasi warga negaranya.

Baca Juga: Perawat dan Dokter Sampai Putus Asa, Mayat Pasien Corona Bergeletakan di Lantai Rumah Sakit, Ternyata Ada Fakta Mengerikan Mengenai Wabah ini

Nick rupanya masuk ke dalam daftar warga Inggris yang akan dievakuasi.

Namun sayang, sang istri tak bisa ikut dengannya sebab ia tak memiliki visa Inggris.

"Saya tidak akan pergi tanpa istri saya," ungkap Nick.

Berpisah dengan keluarga

Kisah serupa juga dialami oleh keluarga Inggris lainnya yakni Jeff Siddle.

South China Morning Post
South China Morning Post

Kondisi kota Wuhan terkini.

Jeff datang ke Provinsi Hubei bersama istrinya, Sindy Siddle, dan anaknya yang berusia sembilan tahun, Jasmine.

Keluarga kecil itu menghabiskan tahun baru Imlek dengan kerabatnya di Desa Hongtu.

Kantor Luar Negeri Inggris menyampaikan jika Sindy tidak diizinkan untuk turut dievakuasi warga negara Inggris karena ia memiliki paspor Tiongkok.

Baca Juga: Dalam Satu Tahun Virus Corona Bisa Musnahkan 65 Juta Manusia, Diduga Penyebabnya Akibat Kelalaian China Sendiri

"Saya sangat pusing. Kondisi ini sangat mengerikan," kata Jeff.

Menurutnya, kondisi ini merupakan mimpi terburuknya.

"Bagaimana mereka bisa menempatkan sebuah keluarga dalam posisi seperti ini? Harus meninggalkan Sindy di Tiongkok akan menjadi hal terburuk yang dapat dilalui siapa pun.

Bagaimana saya bisa memberi tahu Jasmine bahwa ibunya tidak bisa ikut pulang?," tambah Jeff.

Youtube/Channel 4 News

Kondisi kota Wuhan

Kantor Luar Negeri (FCO) menjelaskan bahwa mereka akan memberikan memo yang menyatakan bahwa Sindy adalah ibu dari seorang anak berkebangsaan Inggris.

Kendatipun begitu, mereka tidak dapat menjamin tentang kepastian apakah Sindy bisa ikut dievakuasi ataukah tidak.

Keluarga ini bertekad kuat untuk melakukan berbagai upaya agar keputusan FCO dapat dibatalkan sehingga Sindy diizinkan untuk ikut pergi.

Baca Juga: Canggihnya Konstruksi Pembangunan di China, Bangun Rumah Sakit Khusus Virus Corona Hanya dalam Waktu 10 Hari

Sang anak tak bisa ikut dengannya

Kisah yang hampir sama juga dialami oleh Natalie Francis, seorang guru TK berusia 31 tahun dari York, Inggris.

Ia terpaksa harus meninggalkan sang anak di Wuhan di tengah kondisi tak menentu itu.

Usut punya usut, anaknya yang berusia tiga tahun, yang memiliki paspor Tiongkok, dan tidak memenuhi kualifikasi untuk dapat evakuasi.

Anaknya tersebut sebenarnya memiliki hak tinggal di Inggris berdasarkan Undang-Undang Kebangsaan 1981.

World of Buzz
World of Buzz

Saking Takutnya Kena Virus Corona, Para Perempuan di China Nekat Pakai Galon dan Plastik di Atas Kepala!

Namun, Francis mengatakan bahwa ia memperoleh telepon yang menyatakan bahwa anaknya tidak dapat ikut dievakuasi.

"Mereka mengatakan bahwa siapapun yang berkebangsaan Tiongkok atau kewarganegaraan lainnya tidak diizinkan untuk turut serta," kata Francis.

Sebelumnya, Inggris dikabarkan melakukan finalisasi atas rencananya mengevakuasi warga negaranya dari virus corona yang mewabah di Provinsi Hubei, Tiongkok.

Baca Juga: Ahli Virus China Anggap Wabah Corona 10 Kali Lebih Parah dari SARS : Kali Ini Sungguh Ketakutan

Rencananya pada hari ini Kamis (30/1/2020), penerbangan yang membawa warga Inggris pulang ke negaranya akan mulai dilakukan.

Pemerintah Inggris memberi batas waktu hinggapukul 3 pagi waktu Inggris untuk melapor ke konsulat Inggris.

Bagi mereka yang berada di kota Wuhan dan sekitarnya harus segera menghubungi konsulat Inggris terkait keinginannya untuk kembali ke negara asalnya.

Namun, hingga kini warga masih menghadapi hambatan lain, seperti kesulitan untuk dapat mencapai bandara Wuhan karena sebagian besar jalan ditutup.

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : Kompas.com, The Guardian

Baca Lainnya