Dinilai Mampu Hasilkan Lulusan Unggul, Kak Seto Beri Usulan 3 Hari Sekolah ke Nadiem Makarim

Kamis, 05 Desember 2019 | 17:54
pinterest.com

Seragam sekolah

Laporan Wartawan GridHype.ID, Ruhil I. Yumna

GridHype.ID-Sebuah usulan yang mengejutkan baru saja disampaikan oleh Ketua Lemabaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi (Kak Seto).

Usulan yang ingin disampaikannya pada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim itu tak lain adalah sekolah cukup tiga hari.

Usulan yang itu sendiri muncul ternyata bukan tanpa sebab.

Baca Juga: Punya Ladang Panel Surya Terbesar di Dunia, China Justru Akan Hadapi Hal Mengerikan ini Pada 2040 Mendatang dan Belum Ada Solusi Untuk Menyelesaikannya

Kak Seto memiliki beberapa alasan yang ia sampaikan terkait usulannya tersebut.

Pernyataan mengenai usulan itu ia sampaikan saat memberikan masukan di Mapolres Metro Jakarta Utara, Rabu (4/12/2019) terkait tawuran maut di Sunter.

Berikut rangkuman alasan dari usulan sekolah 3 hari yang dikutip dari Kompas.com.

1. Sudah teruji

Rupanya sistem sekolah 3 hari itu telah di uji coba selama 13 tahun di homeschooling milik Kak Seto sendiri di Bintaro, Tangerang Selatan.

""Nah kami sudah membuat percobaan sekolah selama 13 tahun ini.

Sekolah seminggu hanya tiga kali. Per hari hanya tiga jam," ujarnya.

Sebagai perbandingan, Kak Seto juga memiliki sebuah sekolah formal Mutiara Indonesia Internasional bekerja sama dengan Universitas Cambridge di Inggris dan telah berjalan sejak tahun 1982.

Baca Juga: Viral Postingan Soal Tempe Kedelai Kuning yang Dinilai Lebih Baik dari Tempe Kedelai Putih, Ini Pendapat Para Ahli

2. Hasilkan lulusan unggul

Dari dua sekolah yang ia jalankan itu, Kak Seto meyakini proses kegiatan belajar mengajar 3 hari ternyata mampu menghasilkan lulusan yang kompeten dan unggul.

"(Ada) lulusannya yang masuk Kedokteran ada di UI, Gajah Mada, dan Undip. Kemudian USU dan Unhas. ITB, IPB ada," kata Kak Seto.

3. Anak senang sekolah

Baginya anak-anak itu mampu berprestasi tak lain karena mereka merasa senang saat bersekolah.

"Begitu tanya, anak-anak senang enggak sekolah di sini? Seneng banget pak.

Itu yang penting. Kalau zaman now begitu dengar, anak-anak hari ini guru mau rapat. Horeee bebas dari penjara rasanya," tutur Kak Seto.

kompas.com
kompas.com

Kak Seto, 'Semua anak hebat.'

4. Pembelajaran efektif

Kak Seto menjelaskan di sekolahnya itu proses belajar mengajar dibangun secara efektif dengan memanfaatkan diskusi antar sesama.

PR yang diberikan pun harus memicu kreativitas si anak.

Jadi anak-anak tidak jadi "robot" yang diharuskan menerima setiap pelajaran yang ada tanpa mempertimbangkan bakat terpendam mereka yang beda antara satu dan lainnya.

Baca Juga: Dibangun di Bekas Galian Tambang yang Terbengkalai, Hotel Mewah ini Tawarkan Sensasi Menginap yang Tak Biasa

"Nah ini yang saya harapkan idenya Mas Menteri baru. Pokoknya gaya (kurikulum) milenial," pungkas Kak Seto.

5. Pengembangan minat bakat

Dengan waktu yang banyak terpotong, Kak Seto menilai anak-anak memiliki kesempatan mengembangkan minat bakat, tak hanya berprestasi di bidang sekolah saja.

Kak Seto menyampaikan siswa binaannya di sekolah tersebut banyak menjadi pengusaha hingga atlet yang sudah berlaga di kancah Internasional.

"Ada yang tuna rungu, putranya Mbak Dewi Yull lulus diundang ratu Elizabeth di London karena mampu memotivasi sesama tuna rungu," ujar Kak Seto.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) yang baru, Nadiem Makarim

6. Waktu bersama keluarga

Dengan sedikitnya waktu di sekolah, kata Kak Seto, anak-anak bisa meluangkan waktunya bersama keluarga serta mengembangkan minat dan bakat mereka.

Pendapat pengamat pendidikan

Pengamat pendidikan Doni Koesoema menilai, usulan Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi alias Kak Seto agar sekolah hanya tiga hari, tidak cocok diterapkan.

"Tidak cocok, anak-anak diminta sekolah lima hari saja.

Baca Juga: 10 Karakteristik Berikut Tandakan Jika Wanita Miliki Libido yang Tinggi, Salah Satunya Pendiam dan Punya Kumis Tipis

Sabtu Minggu-nya bingung mau ngapain.

Orangtuanya juga bingung. Apalagi kalau tiga hari, suruh ngapain tuh anak-anak yang lain," kata Doni kepada Kompas.com, Kamis (5/12/2019).

Menurutnya perbaikan pendidikan tak harus dengan pengurangan jam sekolah menjadi 3 hari saja.

"Supaya pendidikan itu baik, bukan berarti terus dikurangi tiga hari. Kalau cuma Senin, Selasa, Rabu, terus hari sisanya ngapain anak-anak itu," kata Doni.

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : tribunnews, Kompas

Baca Lainnya