GridHype.ID - Hari Pendidikan Internasional yang jatuh pada tanggal 24 Januari, Majales Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa berupaya menyoroti pendidikan. Menyebut bahwa pendidikan adalah “hak asasi manusia, barang publik, dan tanggung jawab publik.” Di Indonesia, pelajaran seperti matematika dan sejarah tetap menjadi suatu keharusan dalam kurikulum di sekolah/universitas. Namun belakangan ini berinovasi dan menemukan cara untuk mengajar siswa mata pelajaran baru melalui penerapan program Nutrisi Esok Hari. Gagasannya adalah untuk menyediakan menu berbasis nabati. Setidaknya sekali dalam seminggu di ruang makan dan kantin, mereka mendidik siswa, guru, dan juru masak tentang bagaimana memilih makanan. Pilihan makananmemengaruhi dunia di sekitar kita dan itulah kenapa pentingnya makan sehat. "Lembaga pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk generasi masa depan dan menunjukkan cara praktis bagi setiap orang untuk dapat bertindak lebih berkelanjutan," tutur Among Prakosa, Manajer Kebijakan Pangan Nutrisi Esok Hari di Indonesia. Bentara Papua, organisasi yang mempromosikan tanaman pangan masyarakat adat sebagai komoditas berkelanjutan dan Sinergia Animal. LSM yang bekerja di Amerika Latin dan Asia Tenggara ini merupakan organisasi yang mengoordinasi program yang menawarkan dukungan berupa saran dari ahli gizi. Lokakarya dan acara kuliner gratis kepada lembaga publik atau swasta mana pun yang ingin menerapkan gagasan tersebut. "Tujuan kami sederhana: kami ingin mendorong institusi untuk menyediakan makanan yang lebih ramah iklim dan lebih sehat kepada siswa dan staf mereka sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB," jelas Prakosa. Nutrisi Esok Hari diisi oleh para profesional khusus seperti ahli diet, ahli gizi, dan juru masak. Dimana memberikan anjuran kepada institusi swasta dan publik tentang perencanaan, pelatihan, dan dukungan langsung untuk penerapan perubahan menu. Di Indonesia, satu institusi telah mendaftar program Nutrisi Esok di tahun 2021 yang berkomitmen untuk menggantikan makanan hewani dengan menu makanan berbasis nabati.
Beberapa contoh menu baru yang dihidangkan antara lain adalah opor sayur dan sate jamur. “Makan lebih banyak makanan nabati adalah salah satu cara terbaik untuk membantu melindungi kesehatan seseorang dan planet ini,” kata Prakosa. “Semua ini sambil memperkenalkan rasa baru melalui makanan yang lezat dan seimbang sesuai dengan tradisi dan preferensi masing-masing negara, dan ini dibuktikan dengan ulasan positif dari para siswa.” Makan lebih banyak sayuran dan mengurangi konsumsi produk hewani juga berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik. Dan dapat membantu mencegah masalah kronis umum seperti penyakit kardiovaskular, diabetes tipe 2, dan beberapa jenis kanker. Daging sapi dan daging ayam telah dikaitkan dengan kondisi yang sering terjadi seperti penyakit divertikular, polip usus besar atau penyakit kandung empedu, di samping penyakit lainnya. Tak hanya itu, makanan nabati lebih sehat, tapi mengganti produk berbasis hewani dengan hidangan nabati juga secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca, mencegah deforestasi, dan melestarikan serta melindungi sumber daya air. "Ini sangat penting untuk membantu mengurangi perubahan iklim, salah satu tantangan terbesar yang kita hadapi saat ini," catat Prakosa. "Dengan menawarkan lebih banyak makanan nabati, institusi bekerja sama menciptakan model makanan baru untuk kebaikan umat manusia dan menjamin masa depan planet kita sembari menyediakan staf dan siswa mereka makanan yang dapat dinikmati semua orang," kata Prakosa. Institusi-institusi dan para siswa yang tertarik dapat mengunjungi dan mendaftar di situs web www.nutrisiesokhari.org untuk menerima informasi lebih lanjut tentang program ini.