Revisi ini dibuat oleh pihak otoritas setempat setelah mendapatkan data pasien yang sebelumnya tidak dirawat di rumah sakit dan meninggal di rumah.
Karena tidak bisa dipungkiri, sejak virus corona merebak pada awal tahun 2020 lalu, banyak rumah sakit yang kemudian kebanjiran pasien.
Banyak rumah sakit yang kemudian tidak bisa menampung pasien karena keterbatasan fasilitas.
Hal ini pun menyebabkan keterlambatan dalam pengawasan dan pelaporan angka kasus yang ada di Wuhan.
Selain itu, sistem rumah sakit yang tidak terintegrasi secara luas juga memungkinkan adanya kesalahan pelaporan atau penghitungan kasus karena data yang dicatat tidak lengkap.
Baca Juga: Punya Utang Rp 10 Juta, Anwar Sanjaya Ungkap Tak Pernah Ditagih Raffi Ahmad
Puluhan Ribu Orang Tinggalkan Kota
Sebagai tambahan informasi, sejak dicabutnya kebijakan lockdown pada Rabu (08/04/2020) minggu lalu, setidaknya sudah ada 55 ribu orang yang bersiap meninggalkan Wuhan.
Diperkirakan jumlah ini akan meningkat ketika moda transportasi kereta api sudah dapat beroperasi kembali.
Melansir dari Tribunnews.com, rata-rata penduduk Kota Wuhan akan bepergian ke Shanghai atau Beijing.
Selain itu, moda transportasi udara juga akan mulai beroperasi dalam waktu dekat dengan membuka 100 jalur penerbangan domestik untuk mengakomodir kebutuhan penduduk Wuhan.