"Dalam coronavirus khusus ini 15 persen dari populasi China yang telah terinfeksi memiliki penyakit pernafasan yang parah dan sekitar dua persen telah meninggal - di seluruh dunia penyakit ini tampaknya tidak seburuk itu," lanjutnya.
Baca Juga: Presiden Jokowi Umumkan Indonesia Positif Terjangkit Corona
"Kita belum tahu mengapa itu terjadi - bisa jadi epidemi ini kemudian dalam evolusinya di seluruh dunia. Tetapi kita tahu bahwa di Tiongkok ada tingkat merokok dan COPD yang sangat tinggi," katanya.
Dr Sanjay Agrawal, ketua Kelompok Penasihat Tembakau Royal College of Physicians mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa perokok dua kali lebih mungkin terkena pneumonia dibandingkan dengan bukan perokok.
"Mereka juga lebih mungkin terkena infeksi, dengan alasan bahwa merokok akan memengaruhi pertahanan Anda, sehingga Anda rentan terhadap infeksi virus dan bakteri," katanya.
Dia menambahkan bahwa strategi saat ini untuk mengelola penyakit ini difokuskan pada penahanan dan penundaan.
"Intinya adalah tidak pernah ada waktu yang buruk untuk berhenti. Anda akan melihat manfaat dalam beberapa hari, minggu, dan bulan."
"Jika Anda berhenti merokok hari ini, Anda akan mengurangi risiko (mengambil penyakit) dan dalam dua hingga tiga bulan Anda akan mendapat manfaat," katanya.
Baca Juga: Kini Jadi Penyanyi Termahal, Orangtua Lesti Kejora Tetap Pilih Berjualan Mi Ayam
(Tribunnews.com /Whiesa Daniswara)