Padahal Punya Ending yang Bahagia, Siapa Sangka Kisah Nyata di Balik Dongeng Beauty and The Beast Justru Berakhir Tragis

Minggu, 22 Januari 2023 | 08:00
instgram.com/disney

Film beauty and the beast

GridHype.ID -Siapa sih yang tak tahu dongeng seperti Beauty and The Beast?

Pasti kamu semuatahu dan bahkan sebagian dari kamu pasti sudah pernah menonton film Beauty and The Beast ya.

Seperti diketahui, dongengBeauty and The Beast memang diadapatasi menjadi film animasi dan live action.

Dongeng Beauty and the Beast pun memiliki akhir yang bahagia.

Namun siapa sangka, kisah itu justru terinspirasi dari kejadian nyata yang tragis loh.

Cerita yang diterbitkan di Perancis dengan judul La Belle et la Bete pada tahun 1740 ini sebagian terinspirasi oleh kisah kehidupan memilukan seseorang yang disebut pria liar yang dikenal sebagai Petrus Gonsalvus.

Dikutip dari Ancient Origin, Kamis (19/1/2023) ia lahir di Tenerife pada tahun 1537 dengan nama asli Pedro Gonzalez.

Ia lalu diberikan sebagai hadiah kepada Raja Henry II dari Perancis pada tahun 1547.

Saat lahir, Petrus menderita kondisi yang tidak diketahui, yang sekarang dikenal sebagai hipertrikosis atau Werewolf Syndrome atau sindrom manusia serigala.

Kondisi ini menyebabkan wajah dan tubuhnya ditutupi rambut berlebih.

Hingga saat ini ada kurang dari 50 kasus orang yang mengidap sindrom manusia serigala yang didokumentasikan, banyak di antaranya merupakan bagian dari atraksi atau pertunjukan aneh.

Baca Juga: Dikenal dari Dongeng Semata, Mengapa Dinosaurus Tak Ada di Masa Kini?

Di istana Henry, Petrus dipandang memiliki keingintahuan terhadap hal-hal yang eksotis seperti kurcaci dan raksasa.

Setelah mengenali kecerdasannya, Raja Henry kemudian memutuskan untuk mengganti namanya menjadi Petrus Gonsalvus dan memberinya pendidikan.

Seiring waktu, ia belajar tiga bahasa, serta detail etiket pengadilan.

Meski hanya sedikit bukti arsip tentang kisah hidupnya, pada tahun 2021, Revista de Historia Canaria mengungkapkan dokumen yang baru ditemukan.

Di situ menunjukkan bahwa Petrus sebenarnya berhasil beradaptasi dengan kehidupan istana.

Saat berusia usia dua puluhan, ia telah menjadi pelayan di meja kerajaan.

Dia kemudian juga belajar hukum serta menjadi pendongeng bagi Charles IX muda.

Pada tahun 1582, ia bahkan mengajar hukum di Universitas Sorbonne.

Lalu pada tahun 1570 Petrus menikah dengan Catherine Raffelin, putri cantik seorang pedagang Perancis.

Selama pernikahan panjang mereka, empat dari tujuh anak mereka lahir dengan hipertrikosis.

Namun tak seindah dongeng Beauty and the Beast yang kemudian menjadi film yang cukup laris di masa kini, kisah Petrus selama hidupnya tetap dipandang sebagai keanehan yang langka.

Ia bahkan dikirim ke luar negeri, sehingga bangsawan Eropa dapat melihat mereka.

Hal menyedihkan lainnya, The Marvelous Hairy Girls: The Gonzales Sisters and Their Worlds menggambarkan bagaimana anak-anak Petrus diberikan kepada bangsawan lain dan diperlakukan seperti hewan peliharaan istana.

Pasangan Petrus dan Catherine kemudian menghabiskan hari-hari mereka di Italia.

Hingga akhir hayatnya, tak ada catatan kematian Petrus yang ditemukan.

Hal ini mungkin karena ia secara tragis, dengan kondisi sindrom manusia serigala, tak dianggap sepenuhnya manusia dan karenanya tidak cocok untuk penguburan Kristen.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Nyata yang Tragis di Balik Dongeng Beauty and the Beast"

Baca Juga: Bak di Negeri Dongeng! Desa Kurcaci Dihuni Penduduk Bertubuh Mini, Penyebabnya Masih Misteri: Berawal dari 1951

(*)

Tag

Editor : Helna Estalansa

Sumber Kompas.com