Dielu-elukan di Masa Kolonial Belanda, Kisah PSK Primadona yang Berakhir Mengenaskan Lantaran Tolak Jadi Gundik Petinggi Kompeni

Sabtu, 08 Oktober 2022 | 13:45
Kompasiana

Fientje de Feniks

GridHype.ID - Melansir dari Intisari praktik memiliki selir di luar istri sah atau pergundikan rupanya telah lazim dilakukan telah lama.

Bahkan disebutkan jika praktik pergundikan telah dilakukan sejak peradaban Yunani kuno dan Romawi.

Dalam sejarah Tiongkok kuno, pergundikan adalah praktik kompleks.

Di peradaban tersebut para selir diberi peringkat sesuai dengan tingkat kaisar dengan mereka.

Praktik pergundikan juga terjadi di era kolonial Hindia Belanda.

Sulitnya kehidupan di zaman kolonial Belanda juga membuat masyarakat Indonesia menempuh berbagai macam upaya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hal inilah yang menyebabkan munculnya berbagai macam pekerjaan, salah satunya sebagai pramuria bagi para wanita.

Tersebutlah seorang pramuria 'nyai penghibur' kelas atas zaman kolonial bernama Fientje de Feniks.

Fientje de Feniks lahir di Batavia tahun 1893, namun tak ada silsilah keluarga yang jelas dari mana ia berasal.

Baca Juga: Dapat Bayaran Fantastis, TKW Ini Ngaku Kerjanya Cuma Mengawasi Anak Majikannya Agar Tidak Selingkuh

Fientje yang saat itu masih menginjak usia remaja (19 tahun) sudah harus terjun ke dunia malam menjadi pramuria karena kesusahan cari makan di zaman penjajahan.

Ia lantas bekerja di rumah bordil milik seseorang bernama Umar.

Parasnya yang cantik membuat Fientje sangat dikenal sebagai wanita penghibur kelas atas di Batavia.

Pelanggannya siapa lagi kalau bukan para petinggi 'Kompeni' yang berkocek tebal, salah satunya Kompeni Tuan Besar Belanda bernama Gemser Brinkman.

Benih-benih cinta kemudian tumbuh antara keduanya.

Namun saat Brinkman ingin menjadikan Fientje sebagai istri simpanannya (gundik), wanita itu menolaknya mentah-mentah.

Fientje bahkan mengatakan lebih baik dirinya jadi pramuria daripada harus jadi istri simpanan orang lain.

Mendapat penolakan, Brinkman geram dan berniat untuk menghabisi nyawa Fientje.

Hari Jumat 17 Mei 1912, Brinkman kemudian mendatangi rumah bordil dimana Fientje bekerja.

Baca Juga: Decekik hingga Dikapak Lalu Dibuang ke Septic Tank, Berikut Kronologi Pembunuhan di Lampung Tengah yang Tewaskan Satu Keluarga

Brinkman masih ngotot untuk menjadikan Fientje sebagai istri simpanannya.

Kemudian, terjadilah cekcok di antara keduanya.

Hingga akhirnya Brinkman mencekik leher Fientje sampai wanita itu mati.

Brinkman pun menyuruh seorang lelaki bernama Pak Silun beserta dua anak buahnya untuk mengarungi mayat Fientje dan membuangnya di Kali Baru.

Temuan mayat Fientje di pintu air Kali Baru sontak membuat geger masyarakat Batavia.

Pihak berwajib saat itu, Komisaris Reumpol bersama stafnya kemudian melakukan penyelidikan atas kematian Fientje.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, diketahui bahwa Fientje menjadi langganan tetap Meneer Brinkman.

Baca Juga: Bakal Jadi Geopark Tingkat Dunia, Begini Potensi Alam Dataran Tinggi Dieng yang Tak Bisa Dipandang Sebelah Mata

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : intisari

Baca Lainnya