Tradisi Puasa dan Lebaran: Menilik Budaya Mandi Cahaya Lilin Kemiri di Polewali Mandar Saat Bulan Suci Ramadan Tiba

Kamis, 07 April 2022 | 10:59
KOMPAS.COM/JUNAEDI

Tradisi Warga Bermandikan Cahaya Lilin Kemiri Sambut Ramadan

GridHype.ID - Ramadan disambut meriah di berbagai negara dengan mayoritas masyarakatnya beragama muslim.

Indonesia dengan mayoritas masyarakat bergama muslim memiliki beragam tradisi untuk menyambut Ramadan.

Salah satu tradisi unik dilakukan oleh warga Polewali Mandar, Sulawesi Barat untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan.

Misalnya, warga dusun Labasang, Desa Tonrolima, Kecamatan Matakli, Polewali Mandar, Sulawesi Barat yang menggelar tradisi atau ritual mandi cahaya lilin yang terbuat dari kapas dan biji kemiri.

Warga setempat percaya, mandi cahaya lilin dapat mendatangkan keselamatan dan berkah bagi keluarga dalam menjalani puasa Ramadhan.

Sejak petang atau menjelang sholat magrib, warga Polewali Mandar menyalakan puluhan lilin mulai dari dalam rumah, area tangga, kolong rumah, hinggga pekarangan rumah.

Lilin khusus yang terbuat dari biji kemiri dan kapas sebagai sumbu atau perekat tersebut mulai ditancapkan dan dinyatalakan sekitar pukul 17.30 Wita hingga sholat Isya atau tanda dimulainya Ramadhan tahun ini.

Lilin khusus dari kemiri tersebut dipasang secara berjejer di tangga, kolong rumah, dan pekarangan rumah, termasuk di pintu gerbang masuk rumah.

Dinyalakannya puluhan lilin menjadi simbol ungkapan suka cita datangnya bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan.

Baca Juga: Yuk Catat Tanggalnya! Pemerintah Akhirnya Resmi Tetapkan Cuti Bersama Lebaran 2022 Jatuh pada Tanggal Ini

Selain sebagai ungkapan suka cita, mandi cahaya menyambut Ramadhan juga bermakna sebagai motivasi agar tetap bersemangat dalam menjalankan ujian ibadah puasa selama Ramadhan.

Sejak petang atau menjelang sholat magrib, warga Polewali Mandar menyalakan puluhan lilin mulai dari dalam rumah, area tangga, kolong rumah, hinggga pekarangan rumah.

Lilin khusus yang terbuat dari biji kemiri dan kapas sebagai sumbu atau perekat tersebut mulai ditancapkan dan dinyatalakan sekitar pukul 17.30 Wita hingga sholat Isya atau tanda dimulainya Ramadhan tahun ini.

Lilin khusus dari kemiri tersebut dipasang secara berjejer di tangga, kolong rumah, dan pekarangan rumah, termasuk di pintu gerbang masuk rumah. Dinyalakannya puluhan lilin menjadi simbol ungkapan suka cita datangnya bulan suci Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan.

Selain sebagai ungkapan suka cita, mandi cahaya menyambut Ramadhan juga bermakna sebagai motivasi agar tetap bersemangat dalam menjalankan ujian ibadah puasa selama Ramadhan.

Icha, salah satu warga setempat mengatakan, tradisi mandi cahaya setiap kali mneyambut Ramadhan dan lebaran sudah dilakukan secara turun temurun oleh warga setempat.

“Ini tradisi tahunan yang terus dilestarikan warga setiap tahun menjelang Ramadhan dan Lebaran.

Tradisi in merupakan slaah satu bentuk ungkapan suka cita warga menyambut Ramadhan,” jelas Icha.

Untuk membuat setiap rumah bermandikan cahaya lilin dari biji kemiri, terutama saat malam hari tidak sulit.

Baca Juga: Dekatkan Diri dengan Allah SWT dengan Salat Tahajud di Bulan Ramadan, Berikut Keutamaan dan Tata Caranya

Kemiri yang melimpah di Polewali Mandar membuat warga bisa tetap melestarikan tradisi warga setempat tersebut.

Cara mebuatnya pun mudah. Biji kemiri tua yang telah dikupas kulitnya ditumbuk halus hingga menyatu dengan kapas kering.

Adonan biji kemiri dan kapas yang ditumbuk hingga menyatu, selanjutnya dibalutkan pada sebatang lidi yang terbuat dari pohon bambu tua.

Umumnya warga membuat lilin sebanyak-banyaknya atau disesuaikan kondisi luas rumah dna pekarangan.

Makin luas pekaranagn dan rumah warga, umumnya juga memasang banyak lilin, mulai dari dalam rumah, kolong rumah, tangga hingga pekarangan rumah.

Pemukiman warga mandi cahaya umumnya baru tampak terlihat cantik pada malam hari.

Baca Juga: Rezeki di Bulan Berkah! Pekerja dengan Gaji di Bawah Rp3,5 Juta Bakal Dapat Subsidi Upah Rp 1 Juta, Ini Syaratnya

(*)

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : kompas

Baca Lainnya