GridHype.ID - Serangan Rusia ke Ukraina masih menyedot perhatian publik di dunia.
Sebagaimana yang diketahui, Rusia melakukan serangan ke Ukraina sejak 24 Februari 2022 lalu.
Sejumlah negara sudah menjatuhkan sanksi ekonomi pada Rusia.
Namun, diam-diam ada hal menarik dari serangan Rusia ke Ukraina.
Pasalnya, dengan adanya serangan ini membuka mata dunia dengan adanya laborotorium senjata biologis yang didanai oleh Amerika Serikat.
Dilansir dari Intisari Online, menurut radio RT, pemerintah Rusia pada 11 Maret meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB).
Untuk membahas program senjata biologis yang didanai AS di Ukraina.
Wakil Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Dmitry Polyanskiy melakukan panggilan itu pada 11 Maret.
Mengutip informasi dari konferensi pers Kementerian Pertahanan Rusia yang menyatakan bahwa Amerika Serikat dan sekutu NATO-nya (Organisasi Perjanjian Atlantik Utara) mendanai "senjata biologis" di Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa Pentagon mendukung secara finansial dan melakukan penelitian tentang senjata biologis di wilayah Ukraina.
Mengutip dokumen yang diperolehnya di sejumlah laboratorium penelitian yang diselidiki selama operasi militer di Ukraina.
Menurut pejabat pertahanan Rusia, Amerika Serikat telah melakukan studi tentang kemungkinan penyebaran infeksi yang sangat berbahaya melalui burung yang bermigrasi di laboratorium di kota Kiev, Kharkov dan Odessa.
Sebelumnya, pada 7 Maret, militer Rusia menuduh bahwa segera setelah negara itu mengumumkan peluncuran operasi militer.
Pihak berwenang Ukraina menghancurkan sampel patogen, milik program senjata biologis yang didanai AS, di laboratorium, termasuk bakteri yang berpotensi patogen dan virus.
Pihak Rusia juga mengatakan bahwa AS mensponsori total hampir 30 laboratorium biologi di Ukraina, dan fasilitas ini secara aktif bekerja sama dengan militer AS.
Namun, Moskow mengatakan masih dapat memperoleh beberapa dokumen terkait dengan studi rahasia antara Kiev dan Washington ini.
Tanggapan dari AS dan Ukraina
Sebelumnya, selama dengar pendapat Senat pada 10 Maret, Direktur Intelijen Nasional AS Anril Haine membantah tuduhan Rusia bahwa Washington mendanai penelitian dan pengembangan untuk studi senjata biologis di Ukraina.
Haines mengakui bahwa AS telah "mendukung" laboratorium penelitian di Ukraina di masa lalu, tetapi menegaskan bahwa itu hanya "mendukung dalam konteks biosekuriti" dan "sesuatu yang telah dilakukan AS dengan banyak negara lain".
"Kami tidak percaya bahwa Ukraina sedang mengejar senjata biologis atau nuklir," kata Haines, menyebut tuduhan baru oleh Moskow.
Ia konsisten dengan upaya lama Rusia yang menuduh AS mendanai program senjata biologis.
Membuat pernyataan serupa, direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) Willam Burns dengan blak-blakan menuduh Rusia memiliki senjata kimia dan biologi dan mengatakan bahwa Moskow sedang melakukan kampanye "bukti palsu".
"Tidak seperti Rusia, yang memiliki senjata kimia dan telah menggunakannya, dan telah meneliti senjata biologis selama bertahun-tahun, Ukraina tidak meneliti senjata semacam itu," Burns menekankan, menambahkan bahwa "propaganda Rusia" membuat mata-mata Amerika sangat gugup.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dan Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki juga membantah semua tuduhan tersebut.
Dia mengatakan bahwa "kita semua harus waspada terhadap kemungkinan penggunaan senjata kimia atau biologi Rusia di Ukraina atau melakukan kampanye untuk menciptakan bukti palsu untuk menyembunyikan ini."
Price menegaskan bahwa Amerika Serikat "sepenuhnya mematuhi kewajibannya di bawah Konvensi Senjata Kimia Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Konvensi Senjata Biologis Perserikatan Bangsa-Bangsa,"
Mencatat bahwa Amerika Serikat belum mengembangkan atau memiliki senjata semacam itu di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersikeras bahwa di negaranya tidak ada laboratorium senjata biologis dan bahwa semua kegiatan "difokuskan pada ilmu sipil".
"Kami tidak mengembangkan senjata kimia atau senjata pemusnah massal di negara kami," Zelensky menekankan, menambahkan bahwa sebagian besar laboratorium penelitian yang disebutkan Rusia berasal dari bekas Uni Soviet.
Sementara itu dikutip dari KompasTV, Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menyatakan bahwa semua pihak harus memastikan keamanan lab biologis di Ukraina.
“Khususnya, Amerika Serikat, sebagai pihak yang paling tahu mengenai laboratorium itu, harus merilis informasi spesifik yang relevan secepat mungkin, termasuk virus apa yang disimpan dan riset apa yang telah dilakukan,” kata Zhao dikutip Xinhua.
Zhao Lijian menuduh aktivitas “biologis-militer” AS di Ukraina hanyalah “puncak gunung es”. Ia mengklaim Kementerian Pertahanan AS mengontrol 336 lab biologis di 30 negara.
“Apakah tujuan sebenarnya dari Amerika Serikat? Apakah yang telah mereka perbuat? Hal-hal ini selalu menjadi sumber kekhawatiran bagi komunitas internasional,” kata Zhao.
Ia mengklaim AS selama 20 tahun belakangan melarang protokol verifikasi Konvensi Senjata Biologis di laboratorium yang didukung.
“Sekali lagi kami mendorong AS untuk mengklarifikasi sepenuhnya aktivitas biologis militer mereka di dalam dan luar negeri, dan menerima verifikasi multilateral,” ujar Zhao.
Beijing mendukung teori Moskow bahwa kemungkinan ada aktivitas biologis militer yang disponsori AS di Ukraina.
Namun, Barat menuduhnya semata hanyalah disinformasi Rusia.
(*)