Tradisi Puasa dan Lebaran: Jadi Tradisi Masyarakat Indonesia Jelang Lebaran, Berikut Sejarah Berbagi Bingkisan

Rabu, 02 Maret 2022 | 05:45

Parcel Lebaran

GridHype.ID - Ada banyak tradisi Indonesia untuk menyambut Lebaran.

Satu tradisi yang hampir selalu dilakukan adalah dengan berkirimbingkisan yang pada sanak saudara dan kerabat.

Tradisi mengirimkan bingkisan atau sering juga disebut hampers dan parcel sekarang ini, ternyata bisa dirunut jauh hingga masa Jawa Kuno melalui istilah ‘ater-ater’. “Dalam Jawa Kuno ada istilah ‘ater-ater’.

Paling tidak, istilah ‘ater’ telah dikenal abad ke-IX, terbukti oleh penyebutannya dalam kakawin Ramayana, Sutasoma,” kata Travelling Chef Wira Hardiansyah pada Kompas.com, Kamis (7/5/2021).

Istilah ‘ater-ater’ ini seringkali dikombinasikan dengan kata ‘panganan (pasugatan,bojana)’ sehingga menjadi ‘ater-ater panganan’.

Istilah tersebut merujuk pada aktivitas mengantarkan atau membawa makanan dari seseorang atau suatu keluarga ke orang atau keluarga lainnnya pada waktu tertentu, dengan maksud tertentu.

Menurut Wira, ‘ater-ater panganan’ ini telah lama dilakukan di lingkungan masyarakat Jawa lintas generasi dan akhirnya menjadi sebuah tradisi.

Tradisi berbagi saat Islam masuk

Tradisi ‘ater-ater panganan’ ini kemudian terus dipraktikkan masyarakat Nusantara termasuk ketika Islam masuk.

Masyarakat pemeluk agama Islam mengadopsi tradisi ini dengan mengaitkannya pada imbauan Nabi Muhammad melalui beberapa hadits.

tradisi

Baca Juga: Tradisi Puasa dan Lebaran: Mempererat Kebersamaan Lewat Daging Sapi, Mengenal Tradisi Masyarakat Aceh Meugang

Dalam salah satu hadits yang dijelaskan Wira, Nabi Muhammad SWT berpesan kepada sang istri, Aisyah, bahwa “yang habis adalah apa yang kita makan ini dan yang kekal adalah apa yang kita sedekahkan.” (HR. At-Tirmidzi)

“Dari sepenggal kisah ini, Rasulullah mengajarkan untuk memperbanyak sedekah, bahkan lewat makanan sekali pun,” jelas Wira.

Tidak dibenarkan menimbun makanan dalam jumlah banyak, apalagi melahapnya secara berlebihan.

Dalam Islam bahkan diajarkan untuk berhenti makan sebelum kenyang,” pungkasnya.

Pada awalnya, masyarakat Nusantara biasanya mengirimkan makanan-makanan yang sudah masak dan siap makan pada sanak saudara serta kerabat.

Namun, perlahan-lahan mereka mulai bergeser dengan mengirimkan makanan kemasan. Seperti yang sering ditemukan sekarang ini, parsel dan hampers yang terdiri dari kemasan kue kering, biskuit, camilan, dan lain-lain.

Menurut Wira, hal ini diperkirakan terjadi karena masyarakat ingin mengirimkan bingkisan dengan cara yang lebih praktis.

Baca Juga: Tradisi Puasa dan Lebaran: Semarakkan Bulan Ramadan yang Tiba, Warga Semarang Adakan Tradisi Dugderan

(*)

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Kompas