Padahal Buat Nafsu Makan Bertambah, Siapa Sangka Nikmatnya Sambal Ulek yang Disiram Minyak Sisa Goreng Ayam Bisa Bikin Mati Muda

Kamis, 11 November 2021 | 15:00
SHUTTERSTOCK/ODUA IMAGES

Ilustrasi sambal matah

GridHype.ID - Makan tanpa ditemani sambal yang pedas nampaknya terasa ada yang kurang.

Apalagi sambal di Indonesia terdiri dari beragam variasi yang dijamin tidak membuat bosan.

Nafsu makan juga akan bertambah jika tersedia sambal di meja makan.

Di Indonesia,sambal terasi, sambal matah, hingga sambal bawang menjadi pendamping makan paling favorit.

Namun, ada kebiasaan dalam membuat sambal ulek di rumah yang justru bisa bikin bahaya, nih.

Salah satunya yaitu kebiasaaan menambahkan minyak bekas menggoreng ayam ke sambal.

Menambahkan minyak bekas menggoreng ayam ke sambal disebut bisa buat sambal ulek lebih enak.

Padahal, melansir SajianSedap.com, ada bahaya mengancam kalau Anda menggunakan minyak sisa menggoreng untuk membuat sambal, loh!

Bahaya Membuat Sambal dengan Minyak Goreng Sisa

Sambal memang tak bisa dipisahkan dari minyak.

Untuk sambal terasi, biasanya kita menggoreng dulu bawang, cabai, tomat hingga terasinya dalam minyak panas, lalu baru kemudian diulek.

Baca Juga: Salah Kaprah, Luka Bakar Jangan Diobati dengan Pasta Gigi, Tapi Pakai 4 Bahan yang Ada di Dapur ini

Sambal bawang yang tenar belakangan juga dibuat mentah lalu hanya disiramkan minyak goreng panas di atasnya.

Hasilnya, sambal terasa segar karena aroma bawang dan cabai yang khas tapi juga nikmat di lidah.

Nah, minyak ini juga memainkan peranan penting untuk membuat sambal lebih enak, lo.

Karena itu, banyak orang sengaja menggunakan minyak sisa goreng ayam untuk membuat sambal.

Tujuannya, aroma dan rasa ayam goreng yang tertinggal dalam minyak memberikan cita rasa nikmat pada sambal.

Tapi ternyata, hal tersebut bisa jadi langkah yang salah, nih!

Soalnya, minyak yang digunakan untuk menggoreng ayam biasanya sudah berubah menjadi minyak trans.

Pasalnya, untuk menggoreng ayam, biasanya kita menggunakan temperatur tinggii.

Nah, di atas penggorengan, temperatur tinggi mempercepat perubahan minyak yang tadinya bersifat cis (tidak berbahaya), menjadi trans (berbahaya).

Minyak pun menjadi berisiko jika digunakan lagi.

Jadi, kebiasaan menggunakan minyak jelantah (minyak bekas menggoreng) untuk sambal, atau campuran makanan lainnya, sebaiknya dihindari.

Kenapa?

Baca Juga: Ya Ampun Selama Ini Salah, Ternyata Begini Cara Mudah Obati Luka Akibat Terkena Minyak Goreng Panas, Dijamin Nggak Berbekas

Bahaya Minyak Trans atau Minyak Jelantah

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minyak trans akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan.

Seperti meningkatkan kolesterol LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolesterol HDL (high density lipoprotein), dan meningkatkan rasio total kolesterol.

Mengutip Alodokter.com, meningkatnya kolesterol LDL rupanya bisa meningkatkan risiko Anda mengalami penyumbtaan pembuluh darah.

Oleh sebab itu, kolesterol jenis ini juga disebut sebagai kolesterol jahat.

Kadar kolesterol LDL yang aman adalah di bawah 100 mg/dL.

Ketika jumlah LDL ini sudah terlalu banyak beredar akan mengakibatkan penumpukkan LDL di dinding bagian dalam arteri yang memberi nutrisi ke jantung dan otak.

Bersama dengan zat lainnya, LDL dapat membentuk plak yang dapat mempersempit arteri.

Kondisi ini dikenal sebgai aterosklerosis. Jika gumpalan darah terbentuk dan menyumbat arteri yang menyempit, serangan jantung atau stroke dapat terjadi.

Dengan berbagai dampak yang dapat ditimbulkan, maka sebaiknya penggunaan minyak goreng secara berulang-ulang harus dihindari.

Pemakaian minyak goreng sampai tiga kali, masih dapat ditoleransi dan dianggap baik atau tidak membahayakan bagi kesehatan manusia.

Akan tetapi, jika pemakaian minyak goreng dilakukan lebih dari tiga kali serta sudah terjadi perubahan fisik pada minyak, maka hal tersebut tidak baik dan harus dihindari penggunaannya.

Baca Juga: Jangan Coba-coba Simpan Minyak di Kulkas Jika Tak Ingin Membahayakan Orang Seisi Rumah

(*)

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber : sajiansedap.com, Alodokter.com

Baca Lainnya