Vaksinasi Masih Gencar Dilakukan Pemerintah Demi Memutus Penularan Virus, Ternyata ini Alasan Tetap Menerima Vaksin Booster Meski Sudah Divaksin

Senin, 08 November 2021 | 14:30
Freepik.com

Syarat orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin Covid-19.

GridHype.ID - Vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih gencar dilakukan oleh pemerintah untuk masyarakat.

Pemberian vaksin Covid-19 dianggap paling tepat untuk mengurangi dan memutus penularan virus Covid-19 di Indonesia.

Selain itu, Vaksinasi bertujuan untuk memberikan kekebalan spesifik terhadap suatu penyakit tertentu sehingga jika suatu saat terpapar penyakit tersebut maka hanya akan mengalami gejala yang ringan.

Dikutip dari Kontan.co.id, Satgas Covid-19 mencatat jumlah penduduk Indonesia yang mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 dosis pertama mencapai 48.485.265 per 4 Agustus 2021.

Sedangkan penerima vaksin Covid-19 dosis kedua sebanyak 21.965.355.

Sebagian orang yang telah menerima vaksin Covid-19 mengaku merasakan efek samping tertentu pasca-disuntik vaksin Covid-19.

Efek samping vaksinasi Covid-19 yang dirasakan mulai dari merasa tidak enak badan, demam, nyeri di bekas suntikan, hingga mual.

Efek samping vaksinasi Covid-19 ini terasa 1-2 hari setelah penyuntikan.

Baca Juga: Kabar Gembira Paling Ditunggu Masyarakat Indonesia, Ibadah Umrah Akhirnya Sudah DIbuka, Jemaah yang Tertunda Jadi Prioritas

Lantas bagaimana dengan suntikan penguat Covid-19?

Dikutip dari GridHealth.ID, menurut penelitian, perlindungan terhadap virus corona 'hanya' berlangsung dari enam bulan hingga satu tahun setelah menerima dua dosis vaksin Covid-19.

Namun setelah itu orang mungkin memerlukan suntikan penguat lagi.

Jadi, apa sebenarnya suntikan booster itu dan apakah sama dengan vaksin aslinya?

Ternyata vaksin booster Covid-19 menggunakan resep yang sama dengan suntikan aslinya, meskipun muncul varian Delta yang lebih menular.

Vaksin tidak diubah agar lebih cocok dengan Delta karena masih berfungsi dengan baik melawan varian Delta.

Vaksin bekerja dengan melatih tubuh kita untuk mengenali dan melawan protein lonjakan yang melapisi virus corona dan membantunya menyerang sel-sel tubuh.

Mutasi Delta untungnya masih bisa terdeteksi oleh vaksin penguat.

Baca Juga: Pendarahan Otak yang di Alami Tukul Arwana Dikaitkan dengan Vaksin, Sang Putra Bantah Tegas dan Ungkap Kondisi Terkini Ayahnya, Sebut Ada Perkembangan

Peningkatan perlindungan yang mungkin kita dapatkan dari booster yang disesuaikan agar lebih cocok dengan delta atau varian lain akan menjadi kecil, kata Dr. Paul Goepfert, direktur Klinik Penelitian Vaksin Alabama di University of Alabama di Birmingham.

Contohnya, Moderna dan Pfizer telah menyiapkan booster untuk Delta dan varian lainnya agar siap jika diperlukan.

“Apa yang kami masih pelajari adalah apakah jika kita memiliki vaksin delta dibandingkan dengan vaksin biasa, apakah itu benar-benar bekerja lebih baik dalam mencegah penularan atau infeksi tanpa gejala?” kata Goepfert.

AS telah mengizinkan dosis booster vaksin Pfizer, Moderna dan Johnson & Johnson untuk orang-orang tertentu, dan beberapa negara lain juga menggunakan booster dari suntikan tersebut atau vaksin Covid-19 lainnya.

Baca Juga: Para Orang Tahu Wajib Tahu Soal Vaksinasi Usia 6-11 Tahun, Siapa Sangka Anak yang Alami Hal ini Tidak Akan Menerima Vaksinasi Covid-19

(*)

Tag

Editor : Nabila Nurul Chasanati

Sumber Kontan.co.id, Gridhealth