GridHype.ID -Sampai detik ini virus corona atau Covid-19 masih mengintai di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Setiap harinya, angka kasus Covid-19 masih terus bertambah.
Mungkin banyak di antara kamu yang pernah terpapar Covid-19.
Mulai dari teman dekat, hingga keluarga kamu tak sedikit yang sempat terpapar Covid-19.
Meski demikian, tak sedikit pula yang belum atau bahkan tidak terpapar Covid-19 walaupun orang di sekitarnya terinfeksi virus corona.
Melansir dari GridHealth.ID, sebuah penelitian menunjukkan bahwa beberapa orang membawa versi gen yang berpotensi menahan virus yang menyebabkan Covid-19.
Temuan ini memberikan penjelasan mengapa beberapa orang memiliki pertahanan alami yang lebih baik terhadap infeksi Sars-CoV-2 yang serius, kata para ilmuwan.
Para ilmuwan mengatakan ada reaksi antivirus lebih baik pada orang yang memiliki versi gen OAS1 "prenilasi" yang lebih protektif, sementara yang lain memiliki versi yang gagal mendeteksi virus.
Baca Juga: Satu Pegawai KPK yang Usut Korupsi Bansos, Kembali Disingkirkan dengan Alasan Tak Lolos TWK
Tetapi jika varian baru belajar untuk menghindari perlindungan yang ditawarkan oleh gen terprenilasi, mereka bisa menjadi secara substansial lebih patogen dan menular pada populasi yang tidak divaksinasi, kata para ahli.
Studi yang disebut Sensor dsRNA terprenilasi melindungi terhadap Covid-19 yang parah, diterbitkan dalam jurnal Science dan merupakan hasil kerja yang dipimpin oleh Pusat Penelitian Virus MRC-University of Glasgow.
Prenilasi, perlekatan satu molekul lemak ke protein, memungkinkan OAS1 terprenilasi untuk "mencari" virus yang menyerang dan "membunyikan alarm," kata para peneliti.
Studi tersebut menunjukkan bahwa pasien di rumah sakit yang mengekspresikan versi gen terprenilasi dikaitkan dengan perlindungan dari Covid-19 yang parah.
Menunjukkan bahwa itu adalah komponen utama dari respons antivirus pelindung.
Kemungkinan besar telah memberi banyak orang perlindungan alami selama pandemi.
Para peneliti juga mencatat mereka yang memiliki bentuk "buruk" dari OAS1 mengalami tingkat penyakit parah yang lebih sering secara signifikan, dengan perawatan intensif atau kematian sekitar 1,6 kali lebih mungkin pada pasien ini.
Para ilmuwan juga mengatakan bahwa sekitar 55 juta tahun yang lalu kelelawar tapal kuda, yang diduga sebagai sumber Sars-CoV-2 atau virus corona, kehilangan gen pelindung ini, sehingga virus tidak harus beradaptasi untuk menghindari pertahanan.
Profesor Sam Wilson, dari Pusat Penelitian Virus Universitas Glasgow, mengatakan:
"Kami tahu virus beradaptasi, dan bahkan Sars-CoV-2 kemungkinan telah beradaptasi untuk bereplikasi di reservoir hewan tempat virus itu bersirkulasi."
Penularan lintas spesies ke manusia mengekspos virus Covid-19 ke bentuk baru pertahanan antivirus, beberapa di antaranya jenis infeksi yang mungkin tidak tahu cara menghindarinya.
"Apa yang ditunjukkan oleh penelitian kami adalah bahwa virus corona yang menyebabkan wabah Sars pada tahun 2003 belajar untuk menghindari OAS1 yang terprenilasi.
Jika varian Sars-CoV-2 mempelajari trik yang sama, mereka bisa jauh lebih patogen dan menular pada populasi yang tidak divaksinasi.
Ini memperkuat kebutuhan untuk terus memantau kemunculan varian baru Sars-CoV-2," ungkap Wilson.
Studi ini sebagian besar didanai oleh Medical Research Council, Wellcome, dan UK Research and Innovation.
Artikel ini telah tayang di GridHealth.ID dengan judul "Ada Orang yang Secara Genetik Kebal Terhadap Covid-19, Studi"
(*)