GridHype.ID - Sambal merupakan salah satu masakan yang paling digemari masyarakat Indonesia.
Rasanya tidak afdol jika makanan tidak didampingi dengan sambal.
Bagaimana memiliki rasa yang sedap dan nikmat serta menggugah selera menjadi alasan khusus banyak orang menikmati sambal.
Meski memiliki rasa yang pedas, namun kita tetap waspada.
Pasalnya, membuat sambal dengan campuran 2 bahan tambahan ini justru dapat menimbulkan efek negatif bagi tubuh.
Alih-alih membawa kenikmatan, justru membuat kita berada dalam ancaman.
Dilansir dari Sajian Sedap, salah satu bahan campuran dalam membuat sambal yang sebenarnya tidak baik adalah minyak bekas menggoreng.
1. Minyak Goreng Bekas
Sudah bukan rahasia lagi mencampurkan minyak goreng dalam sambal.
Tapi tahukah kamu ketika membuat sambal terasi misalnya kita lebih dulu menggoreng bawang hingga cabai.
Barulah setelah itu diulek bersama terasi dan disiram minyak bekas menggoreng.
Hasilnya, aroma sambal memang lebih menggugah selera.
Selain itu cita rasa bawang dan cabai juga semakin kuat.
Namun ternyata minyak bekas menggoreng ini menyimpan bahaya bagi kesehatan karena telah berubah menjadi minyak trans.
Pasalnya, di atas penggorengan, temperatur tinggi mempercepat perubahan minyak yang tadinya bersifat cis (tidak berbahaya), menjadi trans (berbahaya).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi minyak trans akan mengakibatkan bahaya bagi kesehatan.
Seperti meningkatkan kolesterol LDL (low density lipoprotein), menurunkan kolesterol HDL (high density lipoprotein), dan meningkatkan rasio total kolesterol.
Kolesterol LDL ini merupakan kolesterol jahat.
Sebagaimana yang diketahui, kolesterol jahat ini menyebbabkan peningkatan serangan jantung.
2. Terasi Oplosan
Tak banyak yang tahu, ada terasi oplosan yang tersebar di pasaran dan begitu berbahaya bagi tubuh.
Pada tahun 2017 lalu, Kepala UPT Pasar Sungailiat, Ahmad Suherman menemukan peredaran terasi berbahaya di pasar-pasar tradisional.
Seperti terasi yang mengandung zat pewarna berbahaya Rhodamin B yang mereka temukan dari hasil pemeriksaan sampel, Selasa (29/8/2017) di UPT Pasar Sungailiat.
Bertujuan untuk memberikan warna yang menarik, Rhodamin B yang dikenal sebagai pewarna makanan sangat berbahaya jika dikonsumsi tubuh.
Oleh sebab itulah, kita perlu cermat dan jeli dalam membeli barang.
Kamu perlu memperhatikan terasi-terasi yang dibeli di pasar dan teliti melihat perbedaannya yang cenderung lebih keras daripada terasi alami.
"Kalau dari udang kan lembut tidak keras seperti ini. Ini ada sisik-sisik ikan di produk terasinya. Diragukanlah dia menggunakan bahan udang," ungkap Suherman.
"Produknya juga menggunakan zat pewarna. Kalau aslinya mungkin berwarna hitam, pucat tapi karena ini pakai zat pewarna menjadi merah, warnanya biar menarik," imbuhnya kepada bangkapos.com.
Akan lebih aman lagi jika kamu memilih produk-produk terasi yang sudah bermerek dan terkenal agar lebih terjamin keamananya.
Lebih lanjut melansir dari GridPop.Id dari mengutip laman Sajian Sedap, terlebih terasi udang bakal menguarkan aroma udangnya dan harus terasa.
Dari sudut penampilan, warnanya terlihat alami, agak kusam dan tidak warna merah cerah.
Warna terasi yang terlalu cerah bisa merupakan tanda bahwa warnanya tidak alami.
Warna masakan pun terkadang menjadi tidak cerah atau kusam karena pemakaian terasi yang tidak baik.
Pertimbangan lain dalam memilih terasi, terasi harus kering, tidak basah.
Terasi yang basah akan mudah tercemar jamur dan aman untuk dimakan.
(*)