Bukan Isapan Jempol, Vaksin Booster untuk Masyarakat Umum Disebut akan Mulai Tahun Depan, Segini Kisaran Harga Menurut Menkes

Kamis, 26 Agustus 2021 | 10:00
Freepik

Ilustrasi vaksin virus corona

GridHype.ID- Saat ini, pandemi virus corona atau Covid-19 masih menjadi momok mengerikan bagi seluruh warga di dunia, termasuk di Indonesia.

Karena pandemi masih mengintai, pemerintah pun akhirnya melaksanakan program vaksinasi Covid-19 di Indonesia.

Program vaksinasi Covid-19 di Indonesia ini sudah berjalan sejak 13 Januari 2021 lalu, dan masih berlanjut sampai detik ini.

Dalam program ini, masyarakat akan mendapatkan 2 dosis vaksin Covid-19.

Namun, belum lama ini, muncul kabar yang mengatakan bahwa akan ada vaksin dosis ketiga atau bisa juga disebut sebagai vaksin booster.

Benarkah demikian? Mari kita simak ulasan lengkap berikut ini.

Dilansir Medical News Today via Kompas.com, vaksin booster atau penguat vaksin merupakan dosis vaksin tambahan yang bertujuan memberikan perlindungan ekstra terhadap penyakit karena efek dari beberapa vaksin yang dapat menurun seiring waktu.

Vaksin booster umum diberikan pada infeksi virus, seperti tetanus, difteri, dan pertusis (DTaP) yang membutuhkan booster setiap 10 tahun.

Pemberian vaksin booster akan membantu sistem kekebalan mengingat virus penyebab penyakit.

Jika tubuh kembali terpapar virus tersebut, antibodi dapat mengenali dan membunuhnya sebelum menyebabkan kerusakan.

Dilansir dari WebMD, penelitian telah menunjukkan bahwa vaksin booster dapat melatih tubuh untuk mengenali bakteri atau virus dan mempertahankan diri.

Bergantung pada jenis vaksin dan produsennya, beberapa vaksin memerlukan booster berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau bertahun-tahun setelah suntikan pertamanya.

Jessica Justman, Profesor Kedokteran di Columbia Mailman School of Public Health mengatakan, vaksin booster mungkin paling bermanfaat bagi orang dengan kondisi medis tertentu.

“Suntikan (booster) mungkin paling bermanfaat bagi mereka yang memiliki kondisi media seperti penerima transplantasi organ padat dan orang dengan penyakit autoimun yang mencegah mereka memiliki respons imun yang efektif,” jelas Justman.

Baca Juga: Efek Samping Tiap Vaksin Covid Berbeda, Terungkap Penyebab Vaksin Moderna yang Disebut Lebih 'Terasa' Ketimbang Vaksin Lain

Di Indonesia, vaksin booster saat ini baru diperuntukkan bagi tenaga kesehatan dan tenaga pendukung kesehatan yang telah mendapatkan vaksinasi lengkap.

Pasalnya, peningkatan kasus berat dan kritis di Indonesia mengakibatkan angka kematian meningkat, termasuk dokter dan tenaga kesehatan.

Dilansir dari Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Prof. Dr. dr. Sri Rejeki mengatakan bahwa kematian para dokter dan tenaga kesehatan sejak Maret 2020 hingga Juli 2021 mencapai 1.141 jiwa.

Model booster dianggap sebagai model yang paling baik untuk meningkatkan imun para tenaga kesehatan.

Sementara itu, menambahkan dari GridHealth.ID, vaksin booster dibutuhkan untuk memperkuat antibodi terhadap varian baru.

Rencana pemberian vaksin booster atau dosis ketiga untuk masyarakat umum akhirnya diungkap Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Dalam Rapat Kerja dengan Komisi IX DPR yang disiarkan di chanel Youtube DPR RI, Rabu (25/8/2021), Budi mengatakan rencana tersebut kemungkinan bisa mulai dilakukan pada awal tahun depan.

"Di Januari (2022) sudah selesai semua, di awal tahun depan kita sudah mulai suntikan ketiga (booster)," ujarnya.

Menurut Budi, rencana pemberian vaksin booster untuk masyarakat ini sudah didiskusikan dengan presiden Joko Widodo (Jokowi).

Namun yang perlu dicatat, bahwa ada kemungkinan jika vaksin booster untuk masyarakat umum di tahun depan tersebut berbayar.

Baca Juga: Beberapa Negara Kaya di Dunia Berniat Lakukan Booster Vaksin, WHO Minta Ditunda, Ini Alasannya

Hanya penerima bantuan iuran (PBI) BPJS Kesehatan yang dibayarkan oleh negara.

Sehingga nantinya akan ada dua skema umum pemberian vaksin booster untuk masyarakat umum, yakni bisa beli sendiri atau dalam mekanisme BPJS Kesehatan.

"Akan terbuka dengan vaksin yang masuk sehingga rakyat mendapatkan booster bisa memilih, yang PBI kita bisa lakukan subsidinya melalui BPJS (Kesehatan)," ungkapnya.

Untuk harganya sendiri, Budi mengatakan tidak akan jauh dari Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu.

"Sehingga demikian harga suntikan bisa 7-8 dolar per 1 suntik atau enggak sampai Rp 100 ribu atau Rp 100 ribuan itu bisa dilakukan.

Pendapat saya kita akan buka secara terbuka vaksin-vaksin yang masuk sehingga rakyat yang ingin mendapat booster bisa memilih," jelas Menkes.

"Yang memiliki uang, mau menyuntik Rp 100 ribu atau 150 ribu, bisa pilih, sedangkan PBI bisa subsidi BPJS," tambahnya.

Terkait uji klinis vaksin booster yang dipermaslahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa waktu lalu, Budi mengaku tak memungkirinya.

Menurutnya yang dipermaslahkan WHO tidak secara klinis, akan tetapi masalah etis.

Dalam kesempatan itu juga Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Slamet Budiarto mengatakan efikasi vaksin memang akan menurun setelah beberapa bulan penyuntikan.

Menurut analisanya perlu dilakukan booster setelah 6 hingga 12 bulan setelah penyuntikan.

"Perlu kami sampaikan sesuai analisa 6-12 bulan sudah harus dilakukan booster harus diantisipasi kecepatan vaksin tidak tercapai," ucap Slamet.

Baca Juga: Sudah Heboh soal Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga, WHO Justru Minta Seluruh Negara untuk Hentikan Suntikan Booster

(*)

Tag

Editor : Helna Estalansa

Sumber Kompas.com, GridHealth.ID