GridHype.id- Sebagai makanan pokok masyarakat Indonesia, tak heran jika beras menjadi kebutuhan yang selalu dicari-cari.
Keberadaan bahan makanan yang satu ini juga selalu bisa ditemukan di rumah.
Bahkan ada anggapan bahwa belum makan namanya jika belum menyantap nasi.
Memilih beras tentunya bukan masalah besar bagi kita yang sudah terbiasa membelinya.
Meski demikian, ternyata ada jenis beras yang tak layak untuk dikonsumsi.
Bahkan ada sejumlah pedagang nakal yang melakukan hal buruk demi meningkatkan pendapatannya.
Terkadang beras diberi campuran pemutih agar tampak bersih dan menarik perhatian.
Tak jarang memang yang memerhatikan tampilan fisik beras sebelum membelinya.
Jangan sampai kita salah membeli beras dan justru membahayakan tubuh, ya!
Dijelaskan pada laman Sajian Sedap¸bahan pemutih yang kerap digunakan pada beras dapat disebut dengan zat klorin.
Zat ini bisa membuat beras yang berwarna keruh menjadi tampak putih kembali.
Mengerikannya, zat ini ternyata adalah bahan kimia yang biasa ditemukan dalam pembalut.
Dapat dikatakan bahwa bahan tersebut tidak semestinya masuk ke dalam tubuh karena tidak food grade.
Baca Juga: Tak Terduga! Menyimpan Bawang Putih di Ricebox Datangkan Manfaat Mengejutkan, Dijamin Bakal Kaget
Prof. Djoko Damardjati dari Pusat Riset dan Pengembangan Tanaman Pangan Bidang Litbang Pertanian menjelaskan hal tersebut.
Pemakaian klosrin biasanya dilakukan oleh petani atau pedagang nakal untuk mengatasi beras yang apek dan jelek.
Pencampuran zat berbahaya itu dilakukan saat proses penggilingan.
“Mereka mencampurkan klorin saat beras digiling,” ujarnya.
Kualitas beras tentunya bisa dilihat dari ciri fisiknya, dengan kata lain bahwa membedakan warna beras adalah salah satu caranya.
Kualitas beras ditentukan oleh bentuk fisik beras, kadar air, panjang beras, dan kualitas gilingannya.
Beras yang bagus umumnya hanya memiliki sedikit beras patah dan juga kotoran seperti batu.
Beras yang berkualitas juga bisa dinilai dari mutu nasi alias rasanya setelah dimasak.
Beras yang pulen biasanya menjadi favorit orang di Pulau Jawa.
Berbeda dengan di Sumatera, mereka lebih menyukai beras yang sedikit keras alias pera.
Tapi tak jarang juga yang mendapatkan beras pulen tanpa memerhatikan kualitas.
Sebuah survey mengenai hal tersebut dibeberkan oleh Marketing Drector Beras Cap Ayam Jago, Chris Oey.
Ia mengatakan bahwa ibu-ibu kurang memikirkan kualitas beras saat membelinya, mereka lebih memerhatikan kualitas air yang dimasak.
Air yang biasa dipakai untuk memasak beras adalah air galon.
Padahal mutu beras adalah hal paling utama yang menjadi sumber rasa nasi yang dikonsumsi.
(*)