GridHype.ID - Pandemi Covid-19 sudah hampir 2 tahun, namun hingga kini penyelidikan terkait asal usul virus ini masih diselidiki.
Sebelumnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) sempat menyelidiki asal usul virus corona di China.
Mereka bahkan menemukan tanda-tanda bahwa wabah ini jauh lebih luas di Wuhan pada Desember 2019 daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Dikutip dari laman Kompas.com melansir dari dari CNN (15/2/2021), penyelidik utama untuk misi WHO, Peter Ben Embarek, mengatakan bahwa misi tersebut telah menemukan beberapa tanda penyebaran 2019 yang lebih luas, termasuk menetapkan untuk pertama kalinya ada lebih dari selusin strain virus.
Selain itu, tim penyelidik juga diberi kesempatan untuk berbicara dengan pasien Covid-19 pertama kali, yakni seorang pekerja kantoran berusia 40an tahun.
Dikutip dari Tribunnews.com, Dr Peter Embarek, yang memimpin penyelidikan WHO tentang asal mula pandemi virus corona di China, membuat klaim mengejutkan meskipun awalnya menolak anggapan bahwa virus itu lolos dari laboratorium sebagai hal yang sangat tidak mungkin.
Kini Embarek mengakui bahwa teori kebocoran laboratorium bisa saja terjadi.
Terbaru, seperti yang dilansir dari Intisari Online, Pada bulan Maret 2021 lalu, tim pakar internasional yang dipimpin Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan laporan awal yang menganggap "sangat tidak mungkin" bahwa asal-usul Covid-19 terkait dengan laboratorium.
Para ilmuwan berpikir bahwa kemungkinan besar virus itu melompat ke manusia dari hewan.
Namun dalam beberapa bulan terakhir, teori bahwa laboratorium terlibat kembali mendapat sorotan.
Hal itu karena tinjauan intelijen yang diperintahkan oleh Presiden AS Joe Biden untuk memeriksa kemungkinan tersebut.
Para kritikus mengecam penilaian awal WHO, dengan mengatakan itu adalah upaya yang cacat.
Terlebih semua anggota tim yang dikirim ke China membutuhkan persetujuan pemerintah China, seperti yang dilaporkan WHO.
Direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengakui bulan lalu bahwa "terlalu dini" untuk mengesampingkan teori kebocoran laboratorium, menggambarkan kecelakaan laboratorium sebagai "umum."
Dalam sebuah film dokumenter Denmark yang dirilis awal bulan ini, pemimpin tim WHO di Wuhan mengaku selama perjalanan ke China, dia khawatir tentang standar keselamatan di fasilitas yang dekat dengan tempat kasus Covid-19 manusia pertama terdeteksi di Wuhan, kekhawatiran yang sebelumnya tidak diungkapkan oleh WHO.
Banyak pakar kesehatan dan ilmuwan telah menyerukan penyelidikan independen untuk dilakukan di luar WHO, menyoroti ketidakmampuan badan tersebut memaksa negara-negara, termasuk China, untuk bekerja sama.
Untuk itu, WHO meluncurkan penyelidikan kedua tentang asal-usul Covid-19, kali ini dengan kelompok penasihat independen baru.
Panel tersebut akan fokus memberi nasihat kepada badan PBB tentang "asal usul patogen yang muncul dan muncul kembali dari potensi epidemi dan pandemi," seperti MERS-CoV, Ebola dan flu burung, menurut sebuah pernyataan yang dirilis Jumat (20/8/2021).
Baca Juga: 4 Cara Cegah Penyakit Musiman Flu Dijamin Ampuh Lindungi Diri di Tengah Pandemi Covid-19
Tim ini juga akan membantu menganalisis pekerjaan tim WHO sebelumnya yang menyelidiki asal-usul Covid-19 di Wuhan, dan memberi nasihat kepada organisasi saat memulai penyelidikan barunya.
"Ini sangat penting untuk membantu WHO, negara-negara anggota dan lembaga mitra untuk mempersiapkan ancaman limpahan di masa depan dan untuk meminimalkan risiko wabah penyakit yang berkembang menjadi pandemi," kata pernyataan itu.
Pernyataan itu mengumumkan panggilan terbuka untuk "berbagai ahli" untuk bergabung dengan panel, yang secara resmi disebut Kelompok Penasihat Ilmiah WHO untuk "Scientific Advisory Group for the Origins of Novel Pathogens" (SAGO).
Pembukaan lamaran akan jatuh tempo pada 10 September, dan hingga 25 ahli dapat dipilih untuk bergabung dalam SAGO, kata pernyataan itu.
Newsweek mewartakan, menurut kerangka acuan yang dirilis pada Jumat (20/8/2021), kelompok ahli baru WHO juga akan terikat oleh aturan kerahasiaan tertentu, serupa dengan yang berlaku untuk banyak kelompok ahli lainnya dari badan tersebut.
Pedoman tersebut menyatakan bahwa anggota tidak boleh berbicara atas nama WHO atau grup kepada pihak ketiga mana pun.
Pertimbangan internal harus diperlakukan sebagai "sangat rahasia".
Mereka juga tidak boleh mengutip atau menggunakan dokumen apa pun di luar kewenangan grup.
WHO akan memegang kendali penuh atas laporan apa pun, termasuk apakah laporan itu akan dipublikasikan atau tidak.
(*)