GridHype.ID- Kanker payudara adalah penyakit kronis yang harus kita sadari sejak usia muda.
Pasalnya, kanker payudara bisa mengancam jiwa si penderitanya.
Karena itulah, dengan mengetahui soal kanker payudara, kita bisa mencegah dan menyadari sejak dini.
Sebagai informasi, kanker yang paling banyak menyerang perempuan ini merupakan jenis kanker dengan angka kejadian terbanyak di Indonesia dan dunia.
Ada beberapa jenis kanker payudara dan sejumlah faktor yang ditengarai menjadi penyebab risiko terkena kanker payudara meningkat, salah satunya gaya hidup yang buruk.
Dengan meningkatkan kesadaran terhadap risiko kanker payudara, kita juga bisa sekaligus menerapkan gaya hidup yang lebih baik dan sehat untuk menghindarinya.
Melansir dari CewekBanget.ID, kanker payudara adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terjadinya pertumbuhan sel-sel abnormal secara enggak terkontrol pada kelenjar dan jaringan payudara.
Sel-sel tersebut membelah diri lebih cepat dan di luar kendali, sehingga kelebihan jumlahnya dapat menyebar ke organ tubuh lainnya.
Kanker payudara juga adalah jenis kanker dengan insidensi terbanyak di Indonesia.
Berdasarkan data Global Cancer Observatory 2020 dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization atau WHO), terdapat 65.858 kasus kanker payudara di Indonesia atau setara dengan 16.6% dari total 396.914 kasus kanker di Indonesia.
Kanker payudara juga diketahui banyak menyerang perempuan, dengan 30.9% perempuan yang terkena kanker merupakan pasien kanker payudara dan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.
Baca Juga: Tak Hanya di Area Payudara, Kanker Payudara Bisa Menyebar ke Beberapa Bagian Ini
Sementara itu, melansir dari TribunJateng.com, orang dengan kanker payudara mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi SARS-CoV-2.
Penderita kanker payudara yang terkena Covid-19 kemungkinan akan mengalami gejala yang lebih parah daripada orang pada umumnya.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS (CDC), menjalani pengobatan kanker bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Hal ini dapat meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi, termasuk infeksi SARS-CoV-2, virus penyebab Covid-19.
Secara khusus, kemoterapi, terapi bertarget, imunoterapi, dan radiasi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Namun, pada kebanyakan orang, sistem kekebalan pulih beberapa bulan setelah akhir perawatan ini.
Dengan demikian, peningkatan risiko infeksi hanya mempengaruhi orang-orang yang sedang menjalani pengobatan kanker dan orang-orang yang baru saja menyelesaikan pengobatan tersebut.
Selain itu, seperti dilansir dari Medical News Today, orang dengan kanker payudara yang mencari perawatan di rumah sakit menghadapi risiko lebih tinggi terkena infeksi Covid-19.
Hal ini karena kemungkinan peningkatan kontak dengan orang-orang yang terinfeksi.
Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan tingkat kematian di antara orang-orang dengan jenis kanker apa pun sebagai 7,6 persen.
Para peneliti juga mencatat bahwa orang yang berusia di atas 60 tahun memiliki risiko terbesar.
Namun, penelitian tersebut masih mencakup penelitian secara luas, belum spesifik terhadap kanker payudara.
Penderita kanker yang menderita Covid-19 akan memiliki kemungkinan terkena risiko lebih parah.
Hal ini disebabkan oleh beberapa penyebab berikut.
Gejala Covid-19 yang memburuk
Seseorang dengan sistem kekebalan yang lemah karena pengobatan kanker, misalnya lebih mungkin mengalami gejala Covid-19 yang parah.
Menurut badan amal breastcancer.org, risiko ini mungkin lebih tinggi pada orang dengan kanker payudara yang telah menyebar ke paru-paru karena Covid-19 adalah penyakit pernapasan.
Banyak rumah sakit dan pusat kesehatan lainnya telah merekomendasikan untuk menunda operasi elektif, termasuk beberapa operasi kanker.
Dokter dan penyedia layanan kesehatan lainnya menghadapi paparan yang sangat tinggi terhadap SARS-CoV-2.
Pergi ke kantor dokter, klinik, atau rumah sakit bisa berbahaya, terutama bagi orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
Untuk alasan yang sama, beberapa ahli onkologi dan penyedia layanan kesehatan lainnya mungkin menunda pemeriksaan kanker.
Kekhawatiran obat resep
Beberapa orang mungkin mengalami kesulitan untuk mendapatkan resep paliatif.
Mengutip dari wawancara Medical News Today, Angela Rasmussen, Ph.D., seorang ahli virologi di Universitas Columbia, mengatakan bahwa tampaknya ada gangguan dalam rantai pasokan obat dan bahan bakunya.
Secara keseluruhan, penting untuk merencanakan ke depan dan bertanya tentang kemungkinan mendapatkan lebih banyak obat untuk persediaan.
Baca Juga: Jadi Penyakit Mematikan, Begini Penyebaran Kanker Payudara dalam Tubuh, Wanita Harus Tahu
(*)