GridHype.ID- Virus Corona varian Delta kini mulai masuk ke Indonesia dan telah ditemui di beberapa wilayah.
Menanggapi hal tersebut, Katua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng Muhammad Faqih mengatakan bahwa varian tersebut lebih berbahaya dan lebih cepat menular.
Dikutip dari Kompas.com Senin(21/6/2021), hal tersebut diutarakan oleh Daeng dalam diskusi virtual bertajuk Covid-19 Meradang Setelah Libur Panjang.
“Untuk varian delta, selain lebih cepat menular, juga lebih berbahaya. Mulanya menimbulkan gejala ringan, rapi perburukannya menjadi cepat. Jadi sesak napas, pegal-pegal, dan sebagainya lalu lebih cepat memburuk,” ujarnya.
Baca Juga:Corona Varian Baru Ditemukan di Kudus, Kemkes Singgung Kepulangan Pekerja Migran Lewat Jalur Laut
Selain itu, Daeng juga menjelaskan bahwa varian ini justru banyak menginfeksi individu berusia muda.
“Varian delta ini justru sekarang banyak menularkan ke yang masih muda-muda. Lalu langsung datang (ke fasilitas kesehatan) dalam kondisi yang berat,” tuturnya.
Daeng mengatakan bahwa hal tersebut dipicu oleh sikap individu yang cenderung mengesampingkan gejala yang bersifat ringan.
Dengan demikian masyarakat usia muda lebih banyak datang ke fasilitas kesehatan saat mereka telah mengalami gejala yang cukup berat.
“Sehingga masyarakat usia muda yang datang banyak yang langsung dengan gejala berat. Ini yang kita khawatirkan. Jika demikian kondisinya, potensi kesembuhan makin kecil,” tambahnya.
Virus Corona varian Delta B.1.617.2 atau varian mutasi ganda dari India menjadi perhatian khusus bagi pemerintah.
Hal tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Satuan Tugas Penangangan Covid-19 Wiku Adisasmito.
Menurut Menkes, varian tersebut telah banyak ditemukan di DKI Jakarta, Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Bangkalan.
Viru corona varian tersebut diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih cepat dibandingkan dengan varian sebelumnya.
Hingga saat ini, penelusuran terhadap asal kedatangan virus corona varian delta tersebut masih terus dilakukan.
Wiku mengatakan bahwa pemetaan terhadap persebaran viru tersebut dapat dilakukan dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS) atau surveilans.
Namun demikian, metode tersebut diketahui belum mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
(*)