Digadang-gadang akan Bangun Tempat Peluncuran Roket SpaceX di Indonesia, Pemerintah Tawarkan Pulau Biak untuk Elon Musk

Sabtu, 13 Maret 2021 | 16:45
techcrunch.com

Roket SpaceX milik Elon Musk

GridHype.ID - Belum juga dilaksanakan, rencana pembangunan stasiun antariksa milik Elon Muck sudah membuat publik Indonesia Heboh.

Melansir dari Kompas.com, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan Pulau Biak, Papua, kepada CEO Tesla Elon Musk agar dimanfaatkan sebagai landasan peluncuran roket SpaceX.

Namun hal itu rupanya menuai pro-kontra dari masyarakat.

Baca Juga: Bukan Untuk Beli Properti atau Rekreasi, Elon Musk Justru Alihkan Hartanya Untuk Bangun Kota di Palanet Mars

Warga lokal dan ketua adat tegas menolak jika pembangunan stasiun antariksa itu dibangun.

Alasan penolakan terhadap rencana itu adalah permasalahan ekosistem dan lingkungan yang dikhawatirkan akan rusak, terlebih laut di kawasan pulau biak memiliki terumbu karang yang eksotis.

Tak hanya itu, penduduk lokal juga takut bila stasiun antariksa SpaceX dibangun akan mengancam tempat tinggal mereka.

Hal ini dianggap berdampak negatif dan bisa menghancurkan ekosistem di Pulau Biak, serta membuat warga setempat bakal meninggalkan kampung halaman.

Dikutip dari The Guardian via Kompas.com, seorang Kepala Suku Pulau Biak Manfun Sroyer mengaku khawatir orang Papua akan terusir dari rumah mereka.

“Pelabuhan antariksa ini akan merugikan tempat perburuan tradisional kami, merusak alam tempat hidup kami bergantung.

Tapi, jika kami protes, kami akan segera ditangkap," kata Manfun Sroyer, Kamis (11/3/2021).

Baca Juga: Jadi Orang Terkaya di Dunia, Segini Jumlah Harta Elon Musk yang Lampaui Jeff Bezos dan Bill Gates

Manfun menambahkan, sebelumnya, Badan Antariksa Rusia Roscosmos juga mempunyai tujuan yang sama untuk mengembangkan situs peluncuran roket di Pulau Biak pada tahun 2024.

"Pada 2002, Rusia menginginkan tanah kami untuk peluncuran satelit.

Kami memprotes dan banyak yang ditangkap dan diinterogasi. Sekarang mereka membawanya kembali, pelecehan serta intimidasi ini masih berlangsung," ungkap dia. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) pun turut bersuara memberikan dukungan penolakan adanya pembangunan "Pulau Antariksa" di sana.

Jatam berpendapat bahwa penambangan yang diperluas di sana akan meningkatkan deforestasi, mencemari situs warisan dunia laut UNESCO yang diusulkan, dan membahayakan kesehatan masyarakat setempat.

Dikutip dari Wartakota, meski baru sekadar rumor, rencana ini ditampik oleh LAPAN dan menyebut rencana membangun stasiun antariksa di Biak memang dalam tahap perencanaan matang.

LAPAN menyebut SpaceX berminat membangun bandar antariksa untuk lepas landas dan mendaratkan pesawat luar angkasa.

Baca Juga: Geser Posisi Jeff Bezof Jadi Orang Terkaya di Dunia, Nilai Saham Tesla Milik Elon Musk Meroket Tajam

LAPAN juga menyampaikan pembangunan bandar antariksa SpaceX masih sebatas pembahasan tahap awal. Pemerintah Indonesia sedang mempelajari proposal lokasi proyek SpaceX.

Melihat sejarah pulau Biak, pulau ini memiliki jejak historia terutama dalam penerbangan saat perang dunia ke II.

Saat itu komando pasukan sekutu dari Amerika Serikat, Douglas Macarthur menjadikan pulau ini sebagai target serangan pasukan udaranya terhadap pasukan Jepang.

Strategi perang Leap Frog atau Lompat Katak, digunakan Macarthur untuk memulai penyerangan sebagai balasan atas hancurnya Pearl Harbor oleh Jepang pada 7 Desember 1941.

Macarthur merencanakan penyerangan terhadap Jepang yang menjadikan Pulau Biak sebagai basis pertahanan militernya.

Bahkan, pasukan sekutu secara eksplosif membom sebuah gua di Biak yang diketahui sebagai benteng pertahanan pasukan Jepang sehingga menewaskan hampir 6 ribu pasukan yang terkubur hidup-hidup.

Pesawat-pesawat tempur kala itu juga bertempur di langit Biak hingga perairannya. Alhasil, banyak peninggalan sejarah perang dunia II yang ditinggal di pulau yang berada di Provinsi Papua Barat itu.

Baca Juga: Heboh Suara Dentuman dan Sinyal Misterius 20 Detik di Bali, ini Kata BMKG, LAPAN dan BPBD

Selain itu, pulau biak disebut-sebut memiliki posisi yang sangat strategis untuk dunia aviasi. Pulau ini berada di Samudera Pasifik dan berlokasi di ekuator menjadi alasan kuat Biak dipilih sebagai lokasi bandara antariksa SpaceX.

Saking strategisnya, dahulu pernah ada penerbangan ke benua Amerika melalui Pulau Biak. Biak diketahui memiliki bandara yang pernah melayani penerbangan internasional dengan rute Biak ke Australia, Tokyo, Papua Nugini, Amsterdam, Los Angeles, Seattle, dan Honolulu Hawaii.

Bahkan, Pemerintah Kerajaan Belanda pernah berinvestasi melalui maskapai KLM pada 14 Juli 1955 dan mendirikan maskapai penerbangan bernama Nederlands Niew Guinea Luchtvaart Maatschapij.

Maskapai yang dikenal juga sebagai Kroonduif atau De Kroonduif memiliki arti burung mambruk. Satwa asli Papua itu dikenal juga merpati bermahkota yang hanya dijumpai di bumi cendrawasih.

Sebagai informasi, maskapai Kroonduif ini merupakan cikal bakal maskapai swasta yang pernah berjaya di tahun 80-2000-an yaitu Merpati Nusantara. Karena krisis ekonomi dan minimnya pemdapatan, maskapai Merpati Nusantara kini tinggal kenangan.

Pulau Biak makin terkenal kala maskapai Kroonduif banyak membuka rute internasional seperti Sydney, Amsterdam, Honolulu hingga Seattle.

Untuk rute di wilayah Papua, Kroonduif menggunakan pesawat amfibi atau Sea Beaver yang mampu mendarat di pantai serta danau di pedalaman Papua.

Baca Juga: Warga Depok Geger Lihat Penampakan Bola Api Melayang di Langit, Netizen: Fiks Itu Mah Santet!

Pada tahun 1956, Kroonduif menambah lagi pesawat de Havilland DHC-2 Beaver, untuk melayani penerbangan Biak tujuan Sentani dan Sorong serta kota-kota di Papua Nugini.

Beberapa tahun kemudian pada 1960, maskapai KLM juga membuka rute dari Bandara Mokmer untuk melayani penerbangan Biak-Tokyo-Amsterdam.

Saat sengketa pembebasan Irian Barat selesai pada 1962, PBB memutuskan bahwa wilayah Irian Barat harus diserahkan Belanda kepada Indonesia.

Alhasil, Bandara Mokmer pun diubah namanya menjadi Bandara Frans Kaisiepo, pahlawan nasional Indonesia asli Biak Papua.

Kejayaan Bandara Frans Kaisiepo pun berlanjut hingga tahun 1990-an.

Bandara ini rutin melayani penerbangan internasional seperti Tokyo, Honolulu dan sejumlah kota di Australia.

Baca Juga: Coba Santai Sejenak dari Pandemi Corona yang Melanda, Catat Fenomena Langit di Bulan April, Salah Satunya Supermoon yang Hanya Terjadi 3 Kali di 2020

Bahkan, Maskapai Garuda Indonesia sempat melayani rute internasional Jakarta-Denpasar-Biak-Honolulu-Los Angeles pada 1996-1998.

Selain itu, Garuda Indonesia juga melayani rute Jakarta-Denpasar-Biak-Seattle.

Namun, krisis ekonomi yang melanda Indonesia saat itu membuat rute internasional ini berhenti dan sampai saat ini penerbangan di Biak hanya melayani rute domestik.

(*)

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Wartakota, Kompas