GridHype.ID - Mungkin senjata ini terdengar begitu asing bagi kita.
Namun tidak bagi warga India, dimana vajra erat kaitannya dengan legenda para dewa di sana.
Dilansir dari Intisari, vajra dalam bahasa Sansekerta didefinisikan sebagai sesuatu yang keras atau kuat, seperti sifat yang ada pada berlian.
Ini dapat diartikan sebagai perlambangan keadaan pengetahuan dan pencerahan yang tak dapat ditembus, tak tergoyahkan dan tak bisa dihancurkan.
Dilansir pada Ancient Origins, teks kuno menunjukkan bahwa vajra tidak selalu berarti simbol kedamaian, namun sebaliknya: menjadi penghancur.
Baca Juga: Longsoran Gletser Himalaya Sebabkan Banjir di India, Benarkah karena Ledakan Perangkat Nuklir?
Senjata perang ini pertama kali muncul di India kuno sebagai senjata utama milik para Dewa.
Cerita berawal bahwa suatu ketika Asura, Namuchi dan Vritra, para iblis yang jahat menghilangkan segala cahaya dan kelembaban dari Bumi.
Hal itu menjadi petaka serius karena menjadikan Bumi tempat yang tak ramah bagi makhluk hidup.
Dewa Indra yang melawan iblis tak dapat mencapai kemenangan dan akhirnya meminta bantuan Wisnu.
Wishnu memberitahunya bahwa hanya senjata yang tidak padat atau cair yang bisa membunuh para iblis.
Senjata itu adalah vajra yang konon mampu memancarkan petir.
Dengan bantuan senjata ini, akhirnya Indra dapat memusnahkan Namuchi dan Vritra serta mengembalikan cahaya ke bumi.
Sebagai senjata yang cara memakainya dengan dilempar, petir yang muncul tidak bisa dihancurkan.
Ia menyala seperti bola api yang melesat di langit, dalam pusaran halilintar, api, dan kilat.
Vajra digambarkan sebagai poros logam dengan tiga, lima atau sembilan cabang yang berasal dari bunga teratai di kedua ujungnya.
Legenda Buddha menunjukkan bahwa Shakyamuni, Sang Buddha sendiri, mengambil vajra dari Indra dan memaksanya untuk menutupnya.
Hal itu dilakukan untuk mengubah vajra yang awalnya senjata merusak menjadi tongkat yang damai.
Sementara itu, simbol guntur atau halilintar sebagai alat penghancur dapat ditemukan pada banyak wacana peradaban kuno.
Mitologi tak putus-putusnya menghubungkan petir dengan dewa langit, dewa guntur, yang menggunakannya sebagai senjata.
Ada dewa baru di India
Pandemi virus corona memunculkan dewi baru di India. Dewi tersebut adalah Dewi Corona atau Corona Mai.
Sekelompok warga di West Bengal, India, dilaporkan memuja Corona Mai atau " Dewi Corona", salah satu cara supaya wabah Covid-19 berakhir.
Sekelompok perempuan itu disebut mendirikan sebuah kuil kecil yang berlokasi di tepi kolam Chinnamasta, dekat kota Asansol.
Dalam laporan media India, mereka mulai bernyanyi, berdoa, membakar dupa, dan menawarkan sajian mulai dari buah hingga ghee (sejenis mentega dari susu kerbau).
Para perempuan itu menyatakan, mereka akan terus menyembah dan memanjatkan doa ke "Dewi Corona" hingga wabah Covid-19 terangkat.
"Nyanyian dan doa akan memberi kelegaan hingga sang dewi mencabut virus ini selamanya," jelas salah satu pengikut kepada The Hindu.
Dilansir Oddity Central Rabu (22/7/2020), para pemuja sang dewi adalah wanita yang berusia antara awal 20 hingga hampir mendekati 80 tahun.
Dalam pandangan mereka, salah satu cara untuk menyudahi virus corona ini adalah terus memanjatkan doa kepada sang dewi hingga dia puas.
"Kami sudah memutuskan untuk memuja sang dewi mulai dari Senin hingga Jumat hingga beliau merasa puas," kata pengikut berusia 56 tahun.
Selain di dekat Asansol, penyembahan terhadap dewi itu juga dilakukan seorang pria di Negara Bagian Kerala juga mendirikan kuil untuk Corona Mai.
Berbeda dengan perempuan di Asansol, Anilan Muhoortham, nama pria itu, mendirikan kuil yang lebih bagus untuk "dewi coronavirus".
"Saya sudah membangun tempat ini untuk Dewi Virus Corona berdasarkan kebebasan beragama saya yang dijamin konstitusi," ujar Muhoortham.
Baca Juga: Unik dan Nyeleneh, 5 Tradisi ini Hanya Akan Kita Temui di India
Tak hanya bagi sang dewi, lelaki asal Kadakkal tersebut juga menyebut kuil itu untuk mendoakan bagi tenaga kesehatan hingga juirnalis yang terus bertarung di tengah pandemi.
Memuja sang dewi, Muhoortham mengaku masih memperhatikan protokol kesehatan seperti social distancing.
Jadi, dia tak membiarkan sembarang orang masuk. Jika ada orang yang hendak bersembahyang kepada sang dewi, mereka bisa melakukannya lewat pos, atau menelepon Muhoortham agar melakukan prasad (pemanjatan doa).
(*)