GridHype.ID - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya menerima vaksin Covid-19 kedua, pada Rabu (21/1/2021).
Di vaksinasi kedua ini Jokowi mengaku tak merasakan efek yang bisa menganggunya beraktivitas.
Ia menyebut jika vaksin kedua ini tak jauh beda dengan vaksin pertama.
Orang nomor satu di Indonesia ini tetap bisa melakukan berbagai aktivitas hariannya.
"Sama dengan dua minggu lalu, tidak terasa. Dulu dua jam pegal-pegal.
Saya kira sama saja. Saya aktivitas ke mana-mana juga," kata Presiden dikutip dari Tribunnews.com.
Kendati demikian, Jokowipun sadar akan adanya perbedaan antara vaksinasi Covid-19 dosis pertama dan dosis ke dua ini.
Hal itu diakuinya usai melantik anggota Dewan Pengawas Lembaga Investasi Indoensia (LPI) di Istana Negara, Rabu, (27/1/2021).
Perbedaan itu ada pada reaksi tubuh yang ia rasakan.
Saat ia mendapat suntikan dosis pertama pada 13 Januari lalu, beberapa jam setelah mendapat vaksin ia merasa pegal-pegal.
"Setelah divaksin seperti vaksinasi yang pertama, dulu hanya sedikit pegal sekarang nggak," kata Presiden.
Tak hanya itu, Jokowi merasa jika vaksinasi kedua ini ia merasakan sedikit sakit.
Di vaksinasi yang pertama Jokowi justru tak merasakan apapun, namun di kali ke dua ini ia merasakan sakit.
"Waktu disuntik yang vaksinasi pertama nggak terasa tadi terasa dikit. Itu aja bedanya," pungkasnya.
Sebagai informasi pemberian vaksin Covid-19 sendiri memang dilakukan bertahap.
Setiap penerima vaksin Covid-19 akan mendapat 2 kali suntikan.
Tiap penerima akan mendapat jadwal kapan saja ia akan mendapat suntikan.
Baca Juga: Jadi Negara Produsen Vaksin Skala Besar, Intip Perbedaan Vaksin Buatan AS dan China Berikut!
Pelaksaan vaksinasi bertahap ini semata berkaitan dengan pembentukan antibodi dan mutasi virus corona.
Jika dosis kedua tak segera diberikan atau lebih lambat maka dikhawatirkan akan memicu munculnya mutasi virus.
"Terdapat kemungkinan, perubahan skema pemberian dosis kedua vaksin virus corona semacam itu akan mempertinggi laju mutasi virus," demikian peringatan Florian Krammer, peneliti vaksin dari Icahn School of Medicine di New York dalam sebuah konferensi pers Science Media Center (SMC), dikutip Kompas.com dari DW Indonesia.
Hal itu lantaran pada penyuntikan pertama, jumlah antibodi yang menetralkan virus tergolong masih rendah.
Apabila suntikan kedua tak dilakukan maka bisa menimbulkan infeksi tanpa gejala atau Asimptomatik.
Jika itu terjadi dikhawatirkan akan muncul varian Covid-19 yang telah bermutasi dan lebih resistan terhadap antibodi yang terbentuk.
Baca Juga: Pemerintah Gelontorkan Bantuan UMKM Sebesar Rp 2,4 Juta, Begini Cara Cek Terima atau Tidak
"Sebesar apa risikonya, sangat sulit diprediksi, tapi kemungkinannya relatif tinggi.
Terutama jika pada kasus tingginya infeksi pada masyarakat, seperti yang terjadi di Inggris saat ini," kata pakar vaksin Kramer lebih lanjut.
"Varian virus baru ini akan jadi masalah global. Juga akan jadi masalah pada banyak kandidat vaksin yang saat ini sedang diteliti," demikian peringatan Krammer.
(*)