Pasca Kecelakaan Sriwijaya Air, Kapsul Penyelamat Ini Kembali Jadi Perbincangan Hangat, Disebut-sebut Bisa Selamatkan Para Penumpang

Minggu, 10 Januari 2021 | 08:45
YouTube

Teknologi keamanan pesawat rancangan insinyur Rusia Gamil Halidov.

GridHype.ID - Sempat hilang kontak pada Sabtu (9/1/2021), Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 rute Jakarta -Pontianak diduga jatuh di perairan Kepulauan Seribu.

Dikatahui jika peswat tersebut sempat mengalami keterlambatan 49 menit dari jadwal semula.

Pesawat yang berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten itu dijadwalkan tiba di Bandara Supadio, Pontianak, Kalimantan Barat, pada pukul 16.04 WIB.

Baca Juga: Diduga Serpihan Daging Manusia Ditemukan di Sekitar Titik Lokasi Jatuhnya Pesawat Sriwijaya Air SJ182

Pesawat dilaporkan hilang setelah 4 menit lepas landas dengan ketinggian terakhir pada 250 kaki.

Berdasarkan manifes yang beredar, pesawat tersebut mengangkut 56 penumpang yang terdiri dari 46 orang dewasa, 7 anak-anak, 3 bayi, dan 6 kru.

Tragedi kecelakaan pesawat sudah beberapa kali terjadi di Indonesia.

Perbincangan soal keamanan penerbangan pun mencuat lagi, termasuk soal inovasi teknologi keamanan pesawat terbang.

Di media sosial Facebook dan YouTube, Wartakotalive menemukan sebuah video tentang teknologi keamananan penerbangan yang diciptakan oleh ilmuwan asal Rusia.

Dalam video itu ditampilkan simulasi pesawat terbang komersil yang mengalami kecelakaan saat mengudara.

Namun, desain kabin pesawat itu berbeda dari pesawat pada umumnya.

Baca Juga: Bibir Kering dan Pecah-pecah? 4 Produk Ini Mampu Mengatasinya

Semua penumpang dimasukkan dalam sebuah kapsul yang terbuat dari bahan polimer.

Kapsul itu seperti selubung yang terpisah dari badan pesawat.

Saat pesawat itu mulai terbakar di bagian sayap kanan dan mengeluarkan asap hitam tebal, kapsul polimer tadi otomatis langsung terlepas keluar dari badan pesawat, dilengkapi parasut yang langsung mengembang.

Saat badan pesawat tersebut, yang sudah tak lagi berisi penumpang, terus jatuh dan akhirnya meledak dan hancur.

Kapsul yang berisi penumpang tadi mendarat aman di darat maupun di laut, karena sudah diterbangkan oleh dua parasut besar di atasnya.

Bila jatuh di laut, kapsul itu langsung mengeluarkan sirip yang berfungsi sebagai pelampung.

Baca Juga: Lipstik Bold Diprediksi Bakal Jadi Tren Makeup Tahun 2021, Begini Tips Agar Dandanan Kamu Tak Terlihat Menor

Sehingga, kapsul itu langsung mengapung di air, sampai tim SAR dan pertolongan pertama tiba di lokasi.

Lantas, bagaimana nasib pilot dan kopilot di dalam ruang pengendali pesawat? Video itu tak menjelaskannya.

Namun, kemungkinan teknologi ini mengadaptasi pesawat militer, di mana pilot dan kopilot bisa langsung mengaktifkan tombol pelontar di kursi mereka, bila pesawat mengalami masalah dan akan jatuh.

Penelusuran Wartakotalive, inovasi pesawat di dalam video ini ditemukan oleh Gamil Halidov, ilmuwan asal Rusia.

Dikutip dari express.co.uk pada artikel berjudul 'Life-saving PLANE CRASH escape system is being IGNORED, says inventored' yang dipublikasikan pada 11 November 2015.

Gamil Halidov mengaku pernah menawarkan teknologi hasil rancangannya tersebut kepada produsen pesawat besar yang tidak ia sebutkan namanya, namun ditolak mentah-mentah.

Baca Juga: Nekat Tinggal di Kamar Bangsal Rumah Sakit Selama 6 Tahun, Keluarga Ini Akhirnya Mau Angkat Kaki Asalkan...

Gamil Halidov merancang teknologi ini karena terinspirasi kecelakaan pesawat Metrojet dengan nomor penerbangan 9268, yang dioperasikan oleh maskapai penerbangan Kogalymavia asal Rusia.

Pesawat itu jatuh di Semenanjung Sinai pada 31 Oktober 2015, setelah lepas landas dari Bandara Sharm el-Sheikh di Mesir, menuju Bandara Pulkovo, St Petersburg, Rusia.

Pesawat berjenis Airbus A321 itu mengangkut 217 penumpang dan tujuh kru pesawat, dan semuanya tewas ketika pesawat tersebut patah dan hancur di udara.

Jauh sebelum kecelakaan itu terjadi, Gamil Halidov bahkan mengaku sudah merancang ide kapsul dalam pesawat itu sejak tahun 2000.

Kapsul yang dirancangnya terbuat dari bahan polimer, yang tidak hanya tahan tekanan udara, tetapi juga tidak bisa tenggelam atau terbakar.

Dia memperkirakan, kapsul itu beratnya tidak akan lebih dari 2-4 ton, sehingga tidak akan signifikan mempengaruhi kinerja pesawat atau menambah konsumsi bahan bakar.

Baca Juga: Aksi Risma Blusukan Temui Tunawisma dan Gelandangan Disorot, Budayawan Betawi Sebut Ada Kesalahan Informasi yang Sampai ke Mensos

"Para desainer pesawat selalu meningkatkan konstruksi."

"Tetapi mereka tidak melakukan apa pun untuk membantu menyelamatkan nyawa penumpang, ketika semuanya berjalan salah," ujar Gamil Halidov.

Ia mengatakan, kapsul tambahan rancangannya itu bakal menambah biaya ongkos pembuatan pesawat sebesar lima hingga tujuh persen.

(*)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Pesawat Sriwijaya Air Jatuh, Kapsul Ini Diperbincangkan Lagi, Bisa Selamatkan Nyawa Penumpang

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Wartakota