GridHype.ID - Tak dapat dipungkiri pandemi ini mengubah segala aspek kehidupan, tak terkecuali dalam aspek pendidikan.
Anak-anak sebagai kelompok yang rentan terjangkit, membuat pemerintah mengambil berbagai kebijakan.
Salah satu kebijakan terkait pendidikan adalah diubahnya pembelajaran ke sistem daring.
Masalahnya, belajar daring tak hanya membuat orangtua stres, karena merasa kewalahan mendampingi anak belajar, tapi juga membuat anak-anak jenuh dan stres.
Seperti data yang didapatkan dari Survei Persepsi Pelajar Jawa Timur tentang dampak Covid-19, menunjukkan mayoritas pelajar mengalami kejenuhan dan stres akibat belajar melalui virtual daring.
Data dari survei tersebut menyebutkan, 480 responden pelajar SMP dan SMA di Jawa Timur, ada 88,75 persen responden yang menganggap sistem kegiatan belajar mengajar (KBM) melalui daring saat ini menjenuhkan, membosankan, dan membuat stres.
Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia DR Indria L Gamayanti MSi Psikolog menyampaikan, persoalan belajar melalui vitual daring sebenarnya memang membutuhkan pendampingan orangtua.
Beberapa panduan daring dan hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa virtual daring terutama untuk anak-anak, tidak cukup diberikan pada anak-anak begitu saja.
"Perlu ada pendampingan atau pemantauan dari orangtuanya," kata Gama dalam diskusi daring bertajuk Peran Psikolog Klinis dan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dalam Mendukung Kesehatan Jiwa Masyarakat di Masa Pandemi Covid-19, Rabu (14/10/2020).
Hal ini memang menjadi persoalan yang pelik, apalagi jika orangtuanya juga bekerja melalui virtual daring.
"Mungkin karena orangtuanya sibuk kerja (daring),
anaknya juga harus belajar (daring), belum lagi kalau untuk keluarga -keluarga (kelas ekonomi) menengah ke bawah, mungkin ini menjadi lebih berat ya karena bisa jadi 1 perangkat (gadget) bisa dipakai rebutan untuk beberapa orang," jelasnya.
Bagaimana mencegah stres karena belajar daring? Gama menuturkan, sebenarnya risiko stres yang bisa timbul pada anak-anak ketika terlalu banyak belajar melalui virtual daring, bisa dicegah.
"Sebetulnya kita bia melakukan self-care, bisa melalukan perawatan kesehatan jiwa dini pada diri kita sendiri, termasuk untuk anak-anak," kata Gama.
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menghindari stres, akibat virtual daring atau belajar daring bagi anak-anak di rumah.
Di antaranya sebagai berikut.
- Jangan dipaksakan jika anak sudah terlalu capek (lelah)
- Lakukan relaksasi
- Ajak anak bermain
Baca Juga: Sering Dikira Limbah, Air Buangan AC Ternyata Miliki Banyak Manfaat, Cuci Piring Jadi Lebih Gampang
- Ajak anak berkebun, memasak, bernyanyi
- Lakukan kegiatan-kegiatan positif
- Belajar melakukan regulasi diri
"Saya kira ini adalah hal-hal yang bisa diajarkan kepada anak-anak," ujarnya.
Di samping itu, metode pembelajaran juga harus dikemas dengan menarik.
Materi edukasi bisa diselingi dengan permainan, untuk membantu menstimulus daya kognitif anak dalam menangkap pembelajaran dengan lebih baik.
Tentunya, kata Gama, metode pembelajaran ini harus dirancang oleh para pendidik.
Karena itu, sebaiknya para pendidik diberi pelatihan terkait metode pembelajaran daring yang menyenangkan dan tidak membuat anak stres.
Baca Juga: Tak Terduga, Bakar Daun Salam dalam Ruangan Bisa Beri Khasiat Ajaib untuk Tubuh, Ini Manfaatnya
"Dalam belajar kita juga membutuhkan selingan, tidak melulu terus-menerus menghadap laptop atau gadget-nya di buka selama belajar,
anak juga perlu punya kesempatan beraktivitas, bergerak, bermain, dan saya kira ini yang sangat penting," tuturnya.
Selain itu, media pembelajaran juga bisa dikemas dengan apa yang ada di sekitar anak-anak.
Gama mengingatkan, kondisi belajar yang cenderung membuat anak jenuh dan stres, juga akan berdampak pada kondisi psikologis orangtuanya.
Sebab itu, jika kondisi stres pada anak sudah memasuki tahap lanjut, jangan tunda untuk berkonsultasi kepada profesional.
Psikolog klinis bisa melakukan psikoterapi untuk mengatasi dorongan kemarahan yang meluap-luap atau kecenderungan menyakiti diri sendiri akibat stres,
serta bisa mendorong perilaku positif sebelumnya kembali lagi.
"Kalau memang perlu obat, bisa ke psikiater," jelasnya.
"Namun, sebelum ke psikiater, coba berdiskusi dahulu ke psikolog klinis supaya bisa dibantu kesehatan jiwanya tanpa obat-obatan jika memungkinkan," lanjut Gama.
Pada kasus tertentu, kerjasama antara psikoterapi dan obat-obatan memang bisa diberikan,
tetapi tentunya sesuai dengan arahan dan analisis dari dokter yang bertanggungjawab.
(*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Anak Stres Belajar Daring? Ini Saran Psikolog untuk Mencegahnya"