Kisah Yoenmi Park, Jadi Pembelot Korea Utara Diusia 13 Tahun, Pernah Diperkosa Bersama Sang Ibu Hingga Bertahan Hidup Makan Serangga

Rabu, 21 Oktober 2020 | 19:30
(INSTAGRAM @yeonmi_park via DAILY MAIL)

Yeonmi Park gadis pembelot Korea Utara, kini menjadi aktivis HAM dan penulis buku In Order to Live, A North Korean Girls Journey to Freedom.

Gridhype.id-Bukan jalan hidup yang mudah yang harus ditempuh seorang gadis pembelot Korea Utara ini.

Yoenmi Park, sejak usianya masih 13 tahun ia sudah harus menderita dan mengalami hal yang tak seharusnya dialami oleh gadis seusianya.

Yoenmi kecil saat itu terpaksa harus menjadi seorang pembelot agar bisa kebur dari negara asalnya yakni Korea Utara.

Baca Juga: 70 Tahun Bersitegang, Korsel Siap Berbesar Hati Untuk Berdamai dengan Korut Meski Masih Ada Tragedi yang Menyisakan Luka

Ia pun mengungkapkan kisah masa kecilnya yang kelam di sana.

Banyak mayat bergelimpangan di jalan, lalu dia sempat terpaksa makan serangga untuk bertahan hidup karena kelaparan massal, dan pernah diperkosa bersama ibunya menjadi kenangan pahit yang harus dialami Yoenmi.

Kedinginan, kegelapan, dan kelaparan adalah bagian kehidupan sehari-hari di negara berideologi Juche itu, kata Yeonmi.

Ia menyalahkan ambisi nuklir Korut yang merusak tatanan ekonomi negara.

Baca Juga: Sudah Ganteng Sejak Kecil, Begini Pesona Transformasi Song Joong Ki yang Baru Memasuki Usia 35 Tahun

Baca juga: Pembelot Korea Utara Ini Sebut Negaranya sebagai Holocaust di Era Modern

Menurut pemberitaan Daily Mail pada Juamt (4/9/2020) lalu, setelah kabur dari Korut dan menyeberangi Sungai Yalu yang membeku ke China, Yeonmi dan ibunya diculik dan kemudian dijual serta diperkosa penculiknya sebelum melarikan diri lagi ke Mongolia.

Usianya saat itu 13 tahun. Yeonmi yang sekarang berusia 26 tahun dan menjadi aktivis HAM menuturkan ke New York Post, "tidak ada teman, hanya kamerad" di Korea Utara dan orang-orang sangat memuja dinasti Kim yang berkuasa selama lebih dari 70 tahun.

Baca Juga: 3 Aktor Korea Selatan Positif Terinfeksi Virus Covid-19 Setelah Ketiganya Saling Kontak, Sejumlah Produksi Drama Dihentikan

"Anda akan melihat begitu banyak orang sekarat. Sudah biasa bagi kami melihat mayat bergelimpangan di jalan," kata penulis buku In Order to Live, A North Korean Girl's Journey to Freedom itu dikutip dari Daily Mail.

"Saya pernah ke permukiman kumuh di Mumbai (India), di negara-negara lain, tetapi tidak ada yang seperti Korea Utara karena kelaparan warganya, kelaparan sistematis oleh negara yang memilih untuk membuat kami kelaparan."

Nenek dan paman Yeonmi meninggal karena kekurangan gizi, dan sebagai seorang anak dia dipaksa makan serangga untuk bertahan hidup, kenangnya.

"Kalau mereka menyisihkan hanya 20 persen saja dari semua yang mereka habiskan untuk membuat senjata nuklir, tak seorang pun harus mati di Korea Utara karena kelaparan, tetapi rezom memilih membuat kami lapar," ungkap gadis yang masuk daftar BBC 100 Women pada 2014 tersebut.

Baca Juga: Beruntunganya Driver Ojol ini Dapat Orderan dari Sang Diva Hingga Diajak Duet Bareng

Dia juga menggambarkan bagaimana anak-anak sekolah diajari menghormati keluarga Kim sebagai pemimpin layaknya dewa dengan kekuatan supernatural. Ketika Yeonmi masih kecil Korut masih dipimpin Kim Jong Il, yang kemudian meninggal pada 2011 dan digantikan putranya, Kim Jong Un.

Yeonmi mengungkapkan, "tidak ada konsep pertemanan" di sekolah karena murid-murid dipaksa melawan satu sama lain dalam "sesi kritik".

Sangat sedikit orang yang menyeberangi Zona Demiliterisasi (DMZ) ke Korea Selatan, sedangkan pembelot seperti Yeonmi dan ibunya kabur dari Korut melalui China.

Yeonmi juga menceritakan geng spesialis perdagangan orang Korea Utara di China, yang kekurangan wanita akibat kebijakan satu anak.

Baca Juga: 6 Tahun Dinikahi Mualaf Asal Korea Selatan, Artis Cantik ini Kini Tinggal di Apartemen Mewah, Dapurnya Curi Perhatian

Beberapa wanita bekerja jadi pelacur untuk menghasilkan pendapatan agar bisa pulang, sedangkan rumah bordil di Shanghai dan Beijing diduga membius mereka untuk mencegahnya pergi.

Setelah hampir 2 tahun bersama para penculiknya, Yeonmi dan ibunya mempertaruhkan hidup untuk melarikan diri ke Mongolia dengan menyeberangi Gurun Gobi yang sedang membeku.

Yeonmi lalu pindah ke Seoul, New York City, kemudian Chicago, dan mengatakan beberapa kerabatnya di Korut telah menghilang.

Baca Juga: 6 Tahun Dinikahi Mualaf Asal Korea Selatan, Artis Cantik ini Kini Tinggal di Apartemen Mewah, Dapurnya Curi Perhatian

Dia khawatir, jangan-jangan sanak familinya dieksekusi mati atau dikirim ke kamp penjara Korut.

Para tahanan politik mengalami "penyiksaan, kekerasan seksual, kerja paksa, dan perlakuan tidak manusiawi lainnya," menurut Human Rights Watch.

Mereka juga melakoni "kerja paksa yang merusak punggung dalam kondisi berbahaya, terkadang dalam cuaca musim dingin tanpa pakaian yang layak," kata kelompok itu.

Warga Korut juga bisa dikirim ke kamp penjara karena coba membelot ke Korsel atau untuk bekerja atau menetap di China.

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Diperkosa bareng Ibunya dan Makan Serangga, Gadis Pembelot Korut Ungkap Masa Kecilnya"

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya