Warga Tuban Dihebohkan Fenomena Lintang Kemukus, Benarkah Tanda Pegebluk Berakhir? Ini Penjelasan BMKG

Senin, 12 Oktober 2020 | 10:45
Twitter

Benda bercahaya di langit yang dipercaya masyarakat sebagai lintang kemukus tampak di Langit Kota Tuban.

GridHype.ID - Dikabarkan pada Sabtu (9/10/2020) terjadi fenomena lintang kemukus di atas langit Kota Tuban.

Fenomena lintang kemukus itu bahkan viral di media sosial.

Foto-foto terkait fenomena lintang kemukus itu diunggah di akun Facebook Grup Jaringan Informasi Tuban.

Tidak diketahui di mana benda itu berakhir tetapi masyarakat merespon benda langit tersebut.

Baca Juga: Beredar Voice Note di Lampung Akan Terjadi Gempa, BMKG: Masyarakat Tidak Perlu Panik, Gempa Tidak Bisa Diprediksi

"Itu lintang (bintang) jatuh, semoga kita dalam lindungan Allah," tulis akun FB Rifai di Grup Jaringan Informasi Tuban (Jitu).

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Tuban pun menjelaskan fenomena tak biasa tersebut.

"Benar, memang ada laporan lintang kemukus atau bintang jatuh, baik di masyarakat luar ataupun grup BMKG," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tuban, Rofiq Isa Mansyur dikonfirmasi, Minggu (11/10/2020).

Rofiq menjelaskan fenomena meteor tersebut tidak bisa tertangkap radar atau satelit BMKG.

Yang jelas pihaknya mendapatkan kabar bahwa lintang kemukus itu diketahui banyak orang.

"Laporannya ada, namun tidak tertangkap satelit atau radar BMKG. Malam kemarin terlihatnya," pungkasnya.

Disinggung apakah fenomena itu berdampak pada bumi atau lingkungan, Rofiq memperkirakan sejauh ini belum ada.

Baca Juga: Masuk Musim Hujan, BMKG Minta Masyarakat Waspada Terhadap Bencana Hidrometeorologi di Sepanjang Oktober

Sebab kalau meteor berhasil masuk atmosfer bumi, maka akan ada kerusakan yang terjadi.

"Kalau sementara ini belum ada kerusakan, tetapi bisa juga menyebabkan kerusakan jika meteor berhasil masuk ke atmosfer bumi," pungkasnya.

Apa sebenarnya lintang kemukus?

Peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (Lapan) Emanuel Sungging Mumpuni, menjelaskan lintang kemukus yang disebutkan para warganet itu merupakan jenis meteor yang agak besar.

"Itu fireball atau meteor yang agak besar, kebetulan memang dalam beberapa hari ini sedang musim hujan meteor," kata Sungging saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/10/2020) pagi.

Seperti diketahui, dalam beberapa waktu terakhir, juga terjadi hujan meteor Draconid, yaitu pada 6-10 Oktober 2020.

Sungging membenarkan kemungkinan bahwa fenomena yang terlihat tersebut juga termasuk hujan meteor tersebut.

"Bisa jadi (hujan meteor Draconid)," jawabnya.

Baca Juga: Hujan Es Disertai Angin dan Petir Sambar Kota Bogor Sampai Bikin Genting Rumah Warga Seolah Dilempar Batu, Begini Penjelasan BMKG

Namun demikian, ia mengungkapkan bahwa hujan meteor Draconid hanya berlangsung sekitar dua hari saja.

Adapun fenomena hujan meteor ini tidak berbahaya dan normal terjadi.

"Tidak berbahaya, normal terjadi," imbuhnya.

Di bagian lain, Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, membantah adanya Lintang Kemukus atau komet di Tuban.

"Tidak ada lintang kemukus yang terlihat terang saat ini," ujarnya saat dihubungi Tribunnews.com, Minggu (11/10/2020).

"Kalau ada, itu terlihat secara global di banyak tempat," lanjut Thomas.

Ia menambahkan, benda langit dalam foto yang beredar tersebut juga bukan sebuah meteor besar.

Baca Juga: Indonesia Masuki Periode Pancaroba, BMKG: Waspada Gelombang Tinggi hingga 4 Meter, Berikut Daftarnya

"Gambar-gambar yang beredar juga bukan meteor besar atau fireball," jelas dia.

"Itu tampaknya bukan fenomena astronomis. Saya tidak tahu objek itu," ungkapnya.

Thomas menegaskan, beredarnya foto benda langit di media sosial itu bukan sebuah komet.

Dirinya juga tak bisa mengatakan itu sebagai pertanda atas kondisi tertentu.

(Facebook/Info Pekalongan Raya)
(Facebook/Info Pekalongan Raya)

Tangkapan layar unggahan dokumentasi fenomena yang diduga lintang kemukus

"Yang jelas itu bukan komet. Saya tidak tahu hal yang sesungguhnya, itu bukan fenomena astronomis," terangnya.

Sementara, astronom amatir Indonesia Marufin Sudibyo belum dapat mengonfirmasi kepastian terkait fenomena yang ramai dibicarakan para warganet tersebut.

Pasalnya informasi yang tersedia masih terbatas.

Baca Juga: Musim Penghujan Bakal Segera Tiba, 3 Faktor Ini yang Jadi Pemicu Menurut BMKG

"Yang jelas, obyek yang difoto itu kemungkinan ada di atas horizon utara/selatan, bukan barat/timur," jawabnya saat dihubungi Kompas.com, Minggu (11/10/2020) pagi.

Menurut dia, untuk kawasan Lamongan-Tuban, pada jam 8 malam ke atas sudah tidak ada lintasan tampak dari satelit aktif/sampah antariksa yang lewat ataupun jejak kondensasi pesawat komersial.

"Di sekitar jam yang sama juga tidak ada jadwal jatuhnya sampah antariksa ke atmosfer Bumi seperti dulu pernah kejadian di Madura," jelasnya.

Marufin menilai bahwa fenomena tersebut bukan keduanya.

"Bukan meteor karena jejak lintasannya baur/fuzzy dan mengesankan sangat lambat untuk ukuran meteor," ungkapnya.

"Bukan komet karena saat ini tidak ada komet kasat mata di langit kita," lanjutnya.

Oleh karena itu, menurut Marufin, dari kemungkinan-kemungkinan yang ada, tinggal menyisakan sumber cahaya buatan manusia.

Baca Juga: Lagi! Muncul Fenomena Awan dengan Bentuk Unik dan Tak Biasa Gegerkan Warga Wonosobo, Begini Penjelasan BMKG

"Pertama, lampu pesawat. Meski kemungkinan kecil karena tidak kelihatan pola terang gelapnya," jelas Marufin.

Dugaan kedua adalah layang-layang berlampu dan ketiga adalah balon udara buatan sendiri.

Pengertian Lintang Kemukus

Dikutip dari Kompas.com, komet atau bintang berekor atau lintang kemukus adalah benda langit yang berupa kumpulan debu dan kerikil bercampur es membentuk gumpalan berpori mirip batu apung berkerapatan rendah.

Seringkali kerapatannya lebih kecil dari air, sehingga secara teknis bisa mengapung di lautan asal diletakkan dengan hati–hati.

Komet Atlas menghabiskan sebagian besar waktunya di tepian tata surya, sehingga suhu dingin membuatnya strukturnya tetap kaku.

Namun jika ia beringsut mendekati Matahari, panas menyebabkan komponen esnya mulai menyublim terutama yang berada di kerak dan subkeraknya.

Baca Juga: Beri Peringatan Dini, BMKG Umumkan Kemarau Panjang yang akan Datang, Berikut Daftar Daerahnya

Sublimasi membentuk cebakan–cebakan gas yang umumnya mengandung uap air, karbonmonoksida dan sianogen dengan tekanan terus meningkat.

Pada satu titik tekanannya melampaui kekuatan struktur penyungkupnya sehingga mulai terjadi perekahan.

Gas–gas itu pun lepas ke angkasa lewat rekahan–rekahan dalam kejadian mirip letusan gunung berapi.

Semburan gas menyeret partikel–partikel debu, pasir dan kerikil ke angkasa dan membentuk struktur ekor komet yang persis berimpit dengan lintasan komet. ****

(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ramai Fenomena Disebut Lintang Kemukus, Ini Penjelasan Lapan"

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Kompas