D6146G Strain Baru Virus Corona SARS-Cov-2 Menular 10 Kali Lebih Cepat, Ahli Epidemiologi Ungkap Cara Antisipasi

Sabtu, 26 September 2020 | 10:30
Freepik

Ilustrasi virus corona.

GridHype.ID - Indonesia mengalami situasi yang mengkhawatirkan terkait lonjakan kasus infeksi virus corona.

Pasalnya, kembali tercatat rekor tertinggi bertambahnya pasien Covid-19 dalam sehari.

Melansir dari kompas.com,data pada Jumat (25/9/2020) pukul 12.00 WIB, tercatat ada 4.823 kasus Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Penambahan pasien itu menyebabkan kasus Covid-19 di Indonesia kini mencapai 266.845 orang, terhitung sejak diumumkannya kasus pertama pada 2 Maret 2020.

Baca Juga: Ayu Ting Ting Mantap Ingin Segera Menikah Lagi, Usai Dengar Bilqis Ingin Punya Adik: Bunda, Mau Punya Dedek

Bahkan,Virus corona penyebab penyakit Covid-19 diketahui bisa mengalami mutasi dengan sifat dan karakteristik yang berbeda di sejumlah wilayah dunia.

Mutasi tersebut bisa menyebabkan Covid-19 menular jauh lebih cepat sebagaimana disebutkan dalam sebuah studi genetik di Amerika Serikat.

Melansir The Telegraph, salah satu varian dari virus hasil mutasi itu ditemukan mendominasi infeksi yang terjadi di satu area penelitian di AS.

Lebih dari 99,9 persen kasus yang diteliti menunjukkan infeksi berasal dari virus mutasi itu.

Baca Juga: Jarang Beri Perhatian Semasa Pacaran, Harvey Moeis Sempat Tak Direstui oleh Sang Mertua, Sandra Dewi: Belum Apa-apa Aja Lu Udah Susah Dulu

Terjadinya mutasi virus itu berarti terjadinya perubahan struktur protein permukaan virus yang mendorong mereka menyebarkan strain tertentu yang terlalu besar.

Perubahan struktur protein itu mengubah asam amino dari asam aspartat menjadi glisin.

Strain D614G

Sejak awal Maret 2020, para peneliti telah mengurutkan genom virus corona di salah satu rumah sakit terbesar di Texas, AS.

Hingga kini, telah terdokumentasi 5.058 urutan genom. Pada gelombang pertama wabah di Houston medio Maret lalu, 71 persen infeksi diketahui berasal dari virus mutasi yang berasal dari China (D614G).

Baca Juga: Usai Berhasil Gasak Emas Senilai Ratusan Juta, Pria Ini Suruh Istri Kembalikan sebagian Emas Curian pada Korban, Begini Nasibnya

Selanjutnya pada gelombang kedua di bulan Mei hingga saat ini, infeksi akibat virus mutasi D614G ini melonjak hingga 99,9 persen.

Para peneliti dari University of Chicago dan University of Texas di Austin, menemukan orang yang terinfeksi virus jenis ini memiliki gejala atau gangguan lebih tinggi di saluran pernapasan bagian atas, ini memungkinkan virus menyebar lebih efektif.

Ada yang menyebut D614G ini sebagai strain virus yang lebih mudah beradaptasi untuk menyebar dari satu manusia ke manusia lain.

Meskipun lebih mudah menular, namun virus itu tidak lebih mematikan dari jenis virus sebelumnya.

Baca Juga: Tak Hanya Baik untuk Mata, Siapa Sangka Wortel Ampuh Atasi Diare, Begini Caranya!

Menyikapi temuan itu, ahli virologi dari National Institute of Allergy and Infectious Disease (NAIDA), David Morens mengatakan keberadaan virus mutasi dengan karakteristknya ini bisa berimplikasi pada kemampuan manusia untuk mengendalikannya.

Semakin bayak keragaman genetik yang dimiliki sebuah virus, maka semakin besar kemampuannya untuk berevolusi dan menghindari obat dan vaksin yang ditemukan di masa depan.

10 kali lebih menular

Ahli epidemilogi Griffith University Australia Dicky Budiman menyebut, strain virus corona D614G memiliki karakter lebih cepat menular, bahkan sampai 10 kali cepat dibandingkan lainnya.

Baca Juga: Menengok Desa Pentingsari, Desa Wisata Indonesia yang Mendunia dan Raih Segudang Penghargaan, Sudah Pernah ke Sini Belum?

Meskipun tidak lebih mematikan, namun tetap bisa membahayakan apabila kecepatan penularan ini dihubungkan dengan infeksi pada pasien dengan komorbid.

"Artinya akan berkorelasi dengan potensi angka kesakitan yang juga lebih banyak angka kematian," kata Dicky saat dihubungi Kompas.com (25/9/2020).

Sebab apabila lebih cepat menular, di sisi lain juga tidak menutup kemungkinan akan lebih banyak orang dengan komorbid terinfeksi Covid-19.

Apalagi sejauh ini 40 persen kasus Covid-19 di Indonesia, pasien yang dirawat memiliki komorbid. Hal itu merujuk data Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia.

Baca Juga: Kekayaan Agnez Mo Mencapai Rp430 Miliar di usia 33 Tahun, Intip Rumah Mewahnya yang Miliki Dapur Hotel Bintang 5

Data ini lebih banyak didapatkan di Jawa, dan sumbangsih terbanyak data di Jakarta, yang mengarah risiko tinggi.

Karena itu Dicky menyebut, hal ini menjadi sinyal serius daerah lain di Jawa agar benar-benar meningkatkan kapasitas testing, tracing dan isolasi.

Antisipasi

Konsekuensi dari adanya strain virus corona yang cepat menular ini, Dicky mengatakan, hanya bisa diantisipasi dengan mempercepat dan memperbanyak jangkauan testing.

Karena dengan meningkatkan testing ada banyak manfaat yang didapat, di antaranya mengetahui peta situasi pandemi. Lokasi dan klaster mana yang dinilai rawan.

Baca Juga: Pria 54 Tahun ini Meregang Nyawa Setelah Kebanyakan Mengkonsumsi Akar Manis, Sehari Bisa Habiskan Satu Kantong Setengah

"Waktu jadi faktor yang sangat penting, faktor waktu luar biasa, begitu tidak siap maka akan ada ledakan kematian tidak terhindarkan. Bisa banyak sekali, apalagi virus ini kecepatannya 10 kali menularkan," kata dia, Strain virus D614G di Indonesia menurut Dicky memiliki kekuatan lebih cepat menular.

Sehingga pencegahan juga mesti diperkuat. Dengan cepat melakukan deteksi dini, cepat mendeteksi orang yang membawa virus, melakukan isolasi dan karantina maka akan dapat meredam penyebaran.

"Pesan saya tidak usah panik berlebihan, tapi intinya tetap harus perkuat strategi pencegahannya. Pakai masker SNI, jaga jarak sekarang 4 meter dan rajin mencuci tangan. Lakukan 3M itu," jelas Dicky.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Virus Corona Bermutasi Jadi Lebih Menular, Ini Cara Mengantisipasinya

(*)

Editor : Linda Fitria

Sumber : KOMPAS.com

Baca Lainnya