Sidang Majelis Umum PBB Digelar Virtual, Pengamat Komunikasi Politik Nilai Pidato Jokowi Retorik, Perkataan dan Perbuatan Tidak Sinkron Soal Penanganan Covid-19

Kamis, 24 September 2020 | 18:00
Tribun Palu

Pidato untuk Pertama Kalinya di Sidang PBB, Presiden Jokowi Gunakan Bahasa Indonesia

GridHype.ID - Presiden Jokowi memberikan pidatonya dalam Sidang Majelis Umum PBB yang diselenggarakan secara virtual.

Namun, pengamatkomunikasi politik Universitas Esa Unggul, memberikan komentar terkait pidato tersebut.

Dalam pidato tersebut, Presiden Jokowimendorong PBB lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan tantangan dunia.

Jamiluddin menilai keinginan Presiden tersebut sangat standar dan normatif.

Baca Juga: DituduhRebut Suami Orang, Meggy Wulandari Bantah Keras dan Bongkar Fakta Pernikahannya

Sebab, setiap lembaga memang harus responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai rantangan dunia yang datang silih berganti.

Lembaga yang tidak responsif akan dengan sendirinya larut dan terbenam oleh aneka permasalahan.

Oleh karena itu, Jamiluddin menilai prinsif responsif dan efektif seyogianya diterapkan di Indonesia, terutama dalam mengatasi pandemi Covid-19.

"Namun kita semua tahu, Indonesia dalam menangani pandemi covid-19 belumlah melaksanakan prinsif responsif dan efektif."

Baca Juga: Marak Penawaran Pinjaman Online Via SMS, Ketua AFPI Beberkan Fintech Ilegal Incar Masyarakat yang Kesulitan Ekonomi di Tengah Pandemi

"Justru di awal pemunculan Covid-19, Indonesia tampak lamban," ujar Jamiluddin kepada Tribunnews, Kamis (24/9/2020).

"Akibatnya, pandemi Covid-19 hingga sekarang belum juga melanda."

"Itu artinya, Indonesia belum melaksanakan prinsif responsif dan efektif dalam mengatasi pandemi Covid-19," ulasnya.

Selain itu, Jamiluddin juga menyinggung Jokowi yang mengajak dunia untuk mengatasi Covid-19 dalam kesetaraan.

Baca Juga: Presiden Jokowi Kirim Sekeranjang Bunga Untuk Kim Jong Un, Ada Apa?

Menurutnya, ajakan Jokowi itu memang menjadi salah satu prinsip dalam komunikasi yang efektif.

Karena, kata dia, komunikasi tidak akan efektif bila pihak-pihak yang terlibat dalam penanganan Covid-19 merasa dirinya lebih unggul dari pihak yang lain.

Hanya saja, Jamiluddin menilai prinsip tersebut juga belum optimal dilaksanakan di Indonesia.

"Kasus relasi pemerintah pusat dan Pemerintah DKI Jakarta misalnya, kerap terlihat dalam ketidaksetaraan."

Baca Juga: Belum Terlambat Kok, Pengusaha UMKM Masih Bisa Lakukan Pendaftaran untuk Terima BLT Sebesar Rp 2,4 Juta per Bulan!

"Hal ini membuat komunikasi antara pusat dan DKI Jakarta terganggu dalam mengatasi Covid-19."

"Jadi, ajakan Jokowi di PBB tersebut seyogianya diterapkan di Indonesia dengan sungguh-sungguh."

"Kebiasaan retorik sudah seharusnya ditanggalkan."

"Perkataan dan perbuatan harus sinkron agar persoalan Covid-19 dapat diatasi dengan efektif," paparnya.

Baca Juga: Tolak Mentah-mentah Giveaway Umroh, Nikita Mirzani Punya Alasan Menyentil: Pahalanya Buat Sponsor, Bukan Buat Gue

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan pidato perdana pada Sidang Majelis Umum (SMU) ke-75 PBB secara virtual. Rabu, (23/9/2020).

Berikut ini isi lengkap pidato Jokowi:

Yang Mulia Presiden Majelis Umum PBB,Yang Mulia Sekretaris Jenderal PBB,Yang Mulia para Pemimpin Negara-Negara Anggota PBB.

Tahun ini genap 75 tahun usia PBB. 75 tahun yang lalu, PBB dibentuk agar perang besar, Perang Dunia II tidak terulang kembali.

Baca Juga: Kerap Dilakukan Banyak Orang, Jangan Sekali-kali Makan Alpukat dengan Dua Bahan Ini! Efeknya Bisa Buruk

75 tahun yang lalu, PBB dibentuk agar dunia bisa lebih damai, stabil, dan sejahtera.

Karena perang tidak akan menguntungkan siapapun.

Tidak ada artinya sebuah kemenangan dirayakan di tengah kehancuran. Tidak ada artinya menjadi kekuatan ekonomi terbesar di tengah dunia yang tenggelam.

Pimpinan Sidang yang terhormat, Di usia PBB yang ke-75 ini, kita patut bertanya apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai?

Baca Juga: Vicky Prasetyo Ngaku Mantan Pacarnya hingga 623 Wanita, Nikita Mirzani Singgung Soal Ketampanan

Di usia PBB yang ke-75 ini, kita patut bertanya apakah dunia yang kita impikan tersebut sudah tercapai?

Saya kira jawaban kita sama, belum. Konflik masih terjadi di berbagai belahan dunia.Kemiskinan dan bahkan kelaparan masih terus dirasakan.

Prinsip-prinsip Piagam PBB dan hukum internasional kerap tidak diindahkan, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah.

Kita semua prihatin melihat situasi ini. Keprihatinan kita menjadi semakin besar di saat pandemi Covid-19 ini.

Baca Juga: Selamat, Gigi Hadid Lahirkan Anak Pertama, PesanHaru dari Zayn Malik Langsung Trending

Di saat seharusnya kita semuanya bersatu padu bekerja sama melawan pandemi, yang justru kita lihat adalah masih terjadinya perpecahan dan rivalitas yang semakin menajam.

Padahal kita seharusnya bersatu padu, selalu menggunakan pendekatan win-win pada hubungan antar-negara yang saling menguntungkan.

Kita tahu dampak pandemi ini sangat luar biasa, baik dari sisi kesehatan maupun sosial ekonomi.

Kita juga paham, virus ini tidak mengenal batas negara, no one is safe until everyone is.

Jika perpecahan dan rivalitas terus terjadi, maka saya khawatir pijakan bagi stabilitas dan perdamaian yang lestari akan goyah atau bahkan akan sirna.

Baca Juga: Dikabarkan Menikah Lagi, Meggy Wulandari Ungkap Perasaannya: Aku Cocok sama Dia

Dunia yang damai, stabil, dan sejahtera semakin sulit diwujudkan.

Yang Mulia,Tahun ini Indonesia juga merayakan kemerdekaan yang ke-75 tahun.

Dan sudah menjadi tekad kami, Indonesia terus berkontribusi bagi perdamaian dunia, sesuai amanat konstitusi.

Indonesia akan terus memainkan peran sebagai bridgebuilder, sebagai bagian dari solusi.

Secara konsisten komitmen ini terus dijalankan Indonesia, termasuk saat Indonesia duduk sebagai anggota Dewan Keamanan PBB.

Baca Juga: Terdengar Aneh! Coba Tempelkan Kubis di Payudara, Rasakan Efek yang Tak Terduga Ini

Spirit kerja sama akan selalu dikedepankan Indonesia, spirit yang menguntungkan semua pihak tanpa meninggalkan satu negarapun. No one, no country should be left behind.

Persamaan derajat inilah yang ditekankan oleh Bapak Bangsa Indonesia, Soekarno, Bung Karno, saat Konferensi Asia-Afrika di Bandung Tahun 1955 yang menghasilkan Dasasila Bandung.

Hingga kini, prinsip Dasasila Bandung masih sangat relevan, termasuk penyelesaian perselisihan secara damai, pemajuan kerja sama, dan penghormatan terhadap hukum internasional.

Palestina adalah satu-satunya negara yang hadir di Konferensi Bandung yang sampai sekarang belum menikmati kemerdekaannya.

Baca Juga: Rumah Tangganya dengan Rizki D'Academy Digoyang Isu Retak, Nadya Mustika Singgung Soal Cobaan Hidup dan Jadi Wanita Mandiri

Indonesia terus konsisten memberikan dukungan bagi Palestina untuk mendapatkan hak-haknya.

Di kawasan kami sendiri, bersama negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia terus menjaga Asia Tenggara sebagai kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera.

Pada hari jadinya yang ke-53, 8 Agustus 2020 yang lalu, ASEAN kembali menegaskan komitmennya untuk terus menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan.

Spirit kerja sama dan perdamaian inilah yang kemudian didorong Indonesia ke kawasan yang lebih luas, kawasan Indo-Pasifik, melalui ASEAN Outlook on the Indo-Pasific.

Yang Mulia,Melihat situasi dunia saat ini, izinkan saya menyampaikan beberapa pemikiran.

Baca Juga: Sukses Wara Wiri di Layar Kaca, Siapa Sangka Ruben Onsu Sempat Ingin Bunuh Diri Lantaran Ada Masalah

Yang pertama, PBB harus senantiasa berbenah diri, melakukan reformasi, revitalisasi, dan efisiensi.

PBB harus dapat membuktikan bahwa multilateralism delivers, termasuk pada saat terjadinya krisis.

PBB harus lebih responsif dan efektif dalam menyelesaikan berbagai tantangan global.

Dan kita semua memiliki tanggung jawab untuk terus memperkuat PBB, agar PBB tetap relevan dan semakin kontributif, sejalan dengan tantangan zaman.

PBB bukanlah sekadar sebuah gedung di Kota New York, tapi sebuah cita-cita dan komitmen bersama seluruh bangsa untuk mencapai perdamaian dunia dan kesejahteraan bagi generasi penerus.

Baca Juga: Rumah Tangganya dengan Rizki D'Academy Digoyang Isu Retak, Nadya Mustika Singgung Soal Cobaan Hidup dan Jadi Wanita Mandiri

Indonesia memiliki keyakinan yang tidak tergoyahkan terhadap PBB dan multilateralisme.

Multilateralisme adalah satu-satunya jalan yang dapat memberikan kesetaraan.

Kedua, collective global leadership harus diperkuat. Kita paham bahwa dalam hubungan antar-negara, dalam hubungan internasional, setiap negara selalu memperjuangkan kepentingan nasionalnya.

Namun, jangan lupa, kita semua memiliki tanggung jawab untuk berkontribusi menjadi bagian dari solusi bagi perdamaian, stabilitas, dan kesejahteraan dunia.

Di sinilah dituntut peran PBB untuk memperkokoh collective global leadership.

Baca Juga: Ganti Kebiasaan Pagimu dengan Minum Segelas Air Garam Hangat, Manfaatnya Tak Main-main untuk Kesehatan Tubuh!

Dunia membutuhkan spirit kolaborasi dan kepemimpinan global yang lebih kuat untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.

Ketiga, kerja sama dalam penanganan Covid-19 harus kita perkuat, baik dari sisi kesehatan maupun dampak sosial ekonominya.

Vaksin akan menjadi game changer dalam perang melawan pandemi.

Kita harus bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga terjangkau.

Baca Juga: 22 Tahun Tak Terekspos, Rupanya Aktor Laga Holywood ini Miliki Anak Angkat Asal Salatiga-Jawa Tengah

Untuk jangka panjang, tata kelola ketahanan kesehatan dunia harus lebih diperkuat.

Ketahanan kesehatan dunia yang berbasis pada ketahanan kesehatan nasional akan menjadi penentu masa depan dunia.

Dari sisi ekonomi, reaktivasi kegiatan ekonomi secara bertahap harus mulai dilakukan dengan melakukan koreksi terhadap kelemahan-kelemahan global supply chain yang ada saat ini.

Aktivasi ekonomi harus memprioritaskan kesehatan warga dunia. Dunia yang sehat, dunia yang produktif harus menjadi prioritas kita.

Semua itu dapat tercapai jika semua bekerja sama, bekerja sama, dan bekerja sama.

Mari kita memperkuat komitmen dan konsisten menjalankan komitmen untuk selalu bekerja sama. Demikian, terima kasih.

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Pidato Jokowi di Sidang Umum PBB Dinilai Tak Sesuai Kata dengan Perbuatan, Ini Contohnya

(*)

Tag

Editor : Nailul Iffah

Sumber Wartakota