GridHype.ID - Vladimir Putin resmi menjabat sebagai Presiden Rusia sampai tahun 2036 mendatang.
Sebagian pihak bingung mengapa Vladimir Putin sangat menginginkan tampuk kekuasaan berada di tangannya.
Rupanya kini sudah semakin jelas mengenai apayang tengah ia rencanakan.
Ia mulai membangun militer angkatan laut Rusia, dan juga membuat senjata kiamat Rusia.
Baca Juga: Tak Sadar Direkam, Rizki DA Bongkar Perangai Istrinya yang Bikin Gelak Tawa Saat di Rumah
Senjata tersebut adalah hulu ledak nuklir yang disebut AS sebagai 'Chernobyl terbang'.
Lalu untuk apa ia tingkatkan kehebatan militer Rusia?
Rupanya, Putin berupaya menulis ulang sejarah.
Ia katakan negara-negara Baltik telah menyetujui aneksasi mereka oleh Uni Soviet pada 1940.
Aneksasi adalah penggabungan suatu wilayah tertentu ke dalam unit politik negara lain.
Artinya, Putin ingin negara-negara Baltik untuk bergabung lagi dengan Rusia menjadi Uni Soviet.
Hal itu mendapatkan protes keras dari negara yang terlibat, yaitu Lithuania, Latvia dan Estonia.
Mengetahui hal tersebut, AS pun mendukung mereka untuk menentang Rusia melakukan hal itu.
"Kami menentang keras segala upaya Rusia untuk menulis ulang sejarah guna membenarkan pendudukan dan pencaplokan negara-negara Baltik pada 1940 oleh Uni Soviet," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam pernyataan bersama dengan menteri luar negeri Lithuania, Latvia, dan Estonia, Kamis (23/7), seperti dikutip Reuters.
Pernyataan itu menandai peringatan ke-80 deklarasi 1940 oleh Menteri Luar Negeri AS Sumner Welles saat itu yang mengecam pencaplokan Soviet atas Lithuania, Latvia, dan Estonia.
Kementerian Luar Negeri Estonia mengatakan, pihaknya telah memanggil duta besar Rusia untuk memprotes "pernyataan Putin baru-baru ini yang berusaha menggambarkan pendudukan Estonia dan pencaplokannya oleh Uni Soviet adalah sah."
"Rusia berusaha memberi kesan bahwa legitimasi dapat lahir dengan ancaman senjata, penindasan dengan kesepakatan bersama. Ini sangat sinis," kata Menteri Luar Negeri Estonia Urmas Reinsalu dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Reuters.
Bulan lalu, Putin menulis bahwa memasukkan Lithuania, Latvia, dan Estonia ke dalam Uni Soviet "dilaksanakan berdasarkan kontrak, dengan persetujuan dari otoritas terpilih".
Kebohongan historis
"Ini sejalan dengan hukum internasional dan negara pada waktu itu," sebut Putin dalam artikel untuk majalah The National Interest terbitan AS.
Uni Eropa dan NATO menuduh Rusia melakukan kampanye disinformasi untuk mencoba menggoyahkan Barat dengan mengeksploitasi perpecahan di masyarakat.
Tapi, Rusia membantah taktik semacam itu.
Komisi Eropa mengatakan pada Januari lalu, mereka tidak akan mentolerir distorsi fakta-fakta bersejarah, setelah Putin menyarankan Polandia berbagi tanggungjawab memulai Perang Dunia II karena berkomplot dalam rencana Nazi Jerman pada 1938 untuk mengoyak-ngoyakan Cekoslowakia.
Presiden Polandia Andrzej Duda menuduh Putin melakukan "kebohongan historis".
Baca Juga: Tak Ingin Kecolongan, Jepang Sulap Kapal Perang Jadi Kapal Induk Guna Melawan Tiongkok!
Pada 1989, selama periode glasnost atau keterbukaan Uni Soviet di bawah pimpinan Mikhail Gorbachev, Moskow mengecam pakta rahasia Soviet-Nazi tahun 1939 atas Polandia dan negara-negara Baltik yang memungkinkan Uni Soviet mencaplok wilayah tersebut.
Lithuania, Estonia, dan Latvia, semuanya meraih kemerdekaan dari Uni Soviet saat negara itu runtuh dan sekarang adalah anggota Uni Eropa dan NATO.
Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul Mengapa Putin Getol Ingin Jadi Presiden Rusia Seumur Hidup? Agenda Besarnya Rupanya Baru Terkuak: Mengulang Sejarah dan Membangun Poros Timur Lagi, Bikin Negara-negara Baltik Protes Keras
(*)