GridHype.ID - Selama 6 bulan terakhir ini, seluruh dunia dibuat kalang kabut dengan wabah virus corona.
Virus corona ini sendiritelah menginfeksi 11 juta orang.
Indonesia sendiri pasien baru yang terkonfirmasi positif covid-19 bahkan mencapai seribu orang dalam beberapa hari terakhir.
Para ilmuwan mulai menemukan bahwa virus corona mulai bermutasi dan lebih cepat untuk menyebar.
Baca Juga: Tak Ingin Kecolongan, Jepang Sulap Kapal Perang Jadi Kapal Induk Guna Melawan Tiongkok!
Sebuah studi global menemukan bukti tentang versi baru virus corona telah menyebar dari Eropa ke Amerika Serikat.
Mutasi baru virus corona ini lebih mungkin menginfeksi orang, tetapi disebut lebih tidak mematikan daripada variasi virus sebelumnya.
"Ini adalah bentuk dominan yang menginfeksi orang," kata peneliti Erica Ollmann Saphire dariLa Jolla Institute for Immunology dan Coronavirus Immunotherapy Consortiumkepada CNN.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Cell tersebut didasarkan pada beberapa hasil temuan tim peneliti sebelumnya yang dirilis pada server pracetak di awal tahun ini.
Informasi yang dibagikan tentang urutan genetik mengindikasikan versi virus corona baru ini mengambil alih.
Tim saat ini tidak hanya memeriksa lebih banyak urutan genetik, tetapi juga menjalankan eksperimen yang melibatkan orang, hewan, dan sel dalam cawan laboratorium.
Mereka menyebut, mutasi baru virus (G614) hampir sepenuhnya menggantikan versi pertama virus yang menyebar di Eropa dan AS (D614).
Profesor Onkologi Medis di Universitas Warwick di Inggris yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Lawrence Young, menganggap penelitian ini sebagai kabar baik.
"Penelitian sementara menunjukkan varian G614 mungkin lebih menular, tetapi tidak lebih patogenik (menimbulkan penyakit)," kata dia.
Tim menguji sampel yang diambil dari pasien di seluruh Eropa dan AS dan lalu mengurutkan genom.
Genom adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki suatu sel atau organisme.
Mereka lantas membandingkan urutan genom ini dengan apa yang sudah dikenali secara publik.
Pengurutan ini membantu mereka menggambar peta penyebaran kedua bentuk virus.
"Hingga 1 Maret 2020, varian G614 jarang ditemukan di luar Eropa, tetapi pada akhir Maret frekuensinya meningkat di seluruh dunia," catat mereka.
Meski begitu, ada pengecualian di beberapa lokasi, termasuk Santa Clara, California, dan Islandia, di mana bentuk lama virus corona tidak tergantikan dengan versi barunya.
Para peneliti mengungkapkan, virus versi baru itu tampaknya berkembang biak lebih cepat di saluran pernapasan bagian atas, yakni hidung, sinus, dan tenggorokan.
Itulah yang diduga menjadi penyebab mengapa virus ini menyebar lebih mudah.
Tes pada 1.000 orang pasien virus corona yang dirawat di rumah sakit di Inggris menunjukkan temuan baru.
Didapati, keadaan mereka yang terinfeksi dengan virus versi baru ini tidak lebih buruk daripada mereka yang tertular virus sebelumnya.
Bette Korber, Ahli Biologi Teoritis dari Laboratorium Nasional Los Alamos menilai, penelitian itu menyoroti nilai disiplin yang ada saat ini perlu terus dilanjutkan.
Hal ini menurut dia penting untuk menghadapi serangan virus versi baru tadi.
Disiplin itu bisa ditegakkan dengan tetap memakai masker dan menjaga jarak.
Menurut Erica Ollmann Saphire, mutasi virus versi baru dapat dinetralkan dengan serum pemulihan.
Serum pemulihan adalah produk darah yang diambil dari enam orang pasien di San Diego yang telah pulih dari infeksi virus corona.
"Kami ingin melihat apakah antibodi dalam darah mereka sama efektifnya dalam menetralkan virus baru dan virus lama. Dan hasilnya, iya. Itu melegakan," ungkap dia.
Kendati demikian, masih diperlukan lebih banyak penelitian untuk menguatkan temuan ini, serta melihat apa arti perubahan ini terhadap epidemi dan pasien.
"Ada konsekuensi potensial untuk vaksin. Kami secara aktif menyelidiki konsekuensi yang mungkin terjadi," kata David Montefiore dari Duke University.
Selain itu, mereka tentu juga mengawasi kemungkinan mutasi lainnya.
"Kita mungkin bisa menghindari mutasi khusus ini, namun itu tidak berarti mutasi lain tidak bisa muncul. Kita harus tetap waspada," kata Saphire.
Artikel ini telah tayang di GridStar.ID dengan judul Mutasi Virus Corona yang Baru Dinilai Menyebar Lebih Cepat dari Sebelumnya dan Disebut Telah Terjadi di Eropa dan AS, Peneliti Ungkap Temuannya
(*)