Prediksi Pakar Tepat Sasaran Soal Puncak Wabah Virus Corona dan Sebut Masa Berakhirnya Covid-19 pada Bulan Ini

Sabtu, 27 Juni 2020 | 20:30

Juru Bicara Pemerintah untuk penanganan Covid-19, Achmad Yurianto

GridHype.ID - Angka infeksi virus corona di Indonesia sudah tembus lebih dari 40 ribu.

Di saat bersamaan, vaksin virus corona sendiri masih menjalani proses uji coba oleh para ilmuwan.

Meski belum ada penawarnya, pemerintah sudah menerapkan era new normal sejak beberapa waktu lalu.

Berdasarkan warta GridStar sebelumnya, prediksi wabah corona sebelumnya diduga terjadi pada bulan Mei lalu.

Baca Juga: Mulai Sekarang Jangan Lagi Taruh Ponsel di Bawah Bantal Saat Tidur, 6 Penyakit Berbahaya Ini Mengintaimu!

Salah satunya, Dosen Biostatistika dan Kependudukan Universitas Airlangga Surabaya, Hari Basuki Notobroto.

Hari memprediksi puncak wabah virus corona akan terjadi pada Mei 2020.

"Diperkirakan akhir bulan Juli atau permulaan Agustus mereda," ujar Hari dalam webinar dengan topik Covid-19: Prediction and Exit Strategi, Sabtu (09/05).

Dia mengatakan, dengan model penelitian komulatif probability prediksi tersebut memang dapat bergeser apabila terjadi perubahan walaupun cuma dua hari.

Baca Juga: Berat Badan Bisa Turun 10 Kg dalam Waktu Singkat, Begini Cara Diet Telur yang Perlu Kamu Coba!

"Awalnya justru sekitar September, menjadi akhir Juli atau awal Agustus," tuturnya.

Berbeda dengan penelitian dari statistika UGM, Hari memprediksi puncak kasus Covid-19 sebesar 40.000 pasien positif.

Selain memprediksi data nasional, Hari juga meneliti mengenai perkiraan puncak pandemi virus corona di Jawa Timur.

Kondisi di Jawa Timur menurutnya akan berbeda dengan nasional.

"Diperkirakan Jawa Timur pertengahan bulan Juni puncaknya, lebih lambat dibandingkan nasional. Karena memang data di Jawa Timur tidak beraturan. akhir September atau awal Oktober dapat mereda," papar dia.

Baca Juga: Kecanduan Minum Kopi Hingga 10 Gelas Perhari Selama 7 Tahun, Wanita ini Alami Hal Mengerikan yang Tak Terduga

Jawa Timur belum mencapai puncak transmisi. Dia menyebut jumlah kasus total 20.000 untuk Jawa Timur.

Seluruh prediksi tersebut menurut Hari menggunakan analisis model probabilistik.

Namun Hari juga menggarisbawahi model yang dibuat oleh sejumlah pakar bersifat dinamis dan bisa berubah.

Hanya berbeda waktu sehari-dua hari, hasilnya akan bergeser.

Dia menyebut perhitungan SUTD di awal yang memprediksi pandemi corona di Indonesia akan berakhir pada Juni.

Namun dengan update data terbaru, ada pergeseran sampai 4 Mei maka prediksi berubah dan disebutkan pandemi di Indonesia baru akan berakhir di bulan September.

Baca Juga: Tes Kepribadian : Binatang Pertama yang Terlihat Bisa Ungkap Sifat dan Watak Aslimu Selama Ini

Sementara Guru Besar Statistika UGM Dedi Rosadi sebelumnya menyebut, pandemi Covid-19 akan berakhir pada 29 Mei 2020 dengan minimum total penderita positif sekitar 6.174 kasus.

Belakangan dengan data hingga 23 April, diprediksi virus corona di indonesia mereda akhir Juli 2020, dengan total kasus positif 31.000.

Sedangkan Presiden Joko Widodo menyebut akhir 2020 masyarakat baru dapat beraktivitas hampir seperti semula.

Selain itu Hari juga menyebutkan yang membuat prediksi kasus berubah di antaranya adalah ketersediaan data dan kualitas data.

Selama ini pihaknya mengakses dari data yang diumumkan pemerintah.

Sehingga apabila ada keterlambatan data atau kualitas data yang kurang berkualitas hal itu dapat memengaruhi dalam model yang dihasilkan.

Baca Juga: 18 Situs Legal untuk Streaming dan Download Film Gratis Ini Bisa Jadi Alternatif Saat Kamu Bosan, Apa Saja?

Pihaknya juga menjelaskan bahwa model prediksi kasus bukan seperti bola kritas yang pasti terjadi. Sedangkan prediksi model bersifat dinamis dan tidak fixed.

"Hal itu untuk mengantisipasi efek yang tidak terduga. prediski jangka pendek bisa lebih akurat daripada jangka panjang. Model tidak diinterpretasi berlebihan," paparnya.

Hari menyebutkan, apabila melihat model probabilistik dia lebih condong menyebut bahwa kasus dapat mereda ketimbang berakhir.

"Apabila model deterministik angka kasus akan 0, namun dengan probalilitik tidak pernah mencapai nol, mendekati nol," ujar dia.

Baca Juga: Gelontorkan Rp500 Juta Setahun untuk Biasa Sekolah Anak, Nia Ramadhani Ngaku Kecewa pada Mikhayla Usai Mendengar Cita-citanya

Sedangkan pandemi dapat disebut mereka apabila indikator pandemi bisa dipantau.

Seperti jumlah kasusnya menurun dan kasus baru mendekati nol.

Selain itu, tingkat reproduksi kasus baru yang semakin kecil, bisa di bawah 1.

"Jika melihat di China, tingkat reproduksi kasus awalnya dari 3,8 menjadi 0,5 di Hubei dan menjadi 0,1 di seluruh China," paparnya.

Selanjutnya, yang dapat diamati juga adalah indikator perilaku masyarakat.

Menurutnya pandemi covid, memberikan pelajaran pada masyarakat untuk membentuk perilaku kesehatan yang baru.

Seperti kebiasaan mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.

Artikel ini telah tayang di GridStar.ID dengan judul Bak Tepat Sasaran, Dosen Universitas Airlangga Ini Sudah Prediksi Puncak Wabah Virus Corona Tembus Angka 40 Ribu Kasus dan Sebut Kemungkinan Masa Berakhirnya Pandemi: Sekitar September, Tapi...

(*)

Tag

Editor : Nailul Iffah

Sumber Grid Star