Kemunculannya Diliputi Banyak Kontroversi, Cerita di Balik Supersemar, Saat Soekarno Ditodong Pistol Dipaksa Tandatangani 'Surat Sakti'

Selasa, 02 Juni 2020 | 15:35
Arsip Kompas

Soekarno dan Soeharto

GridHype.ID - Sejarah Indonesia selalu menarik untuk dikulik.

Salah satu cerita sejarah yang begitu membekas adalah tentang jatuhnya Orde Lama yang dipimpin oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Berbicara tentang jatuhnya Orde Lama, maka tak akan lepas dari apa yang kita kenal sebagai Supersemar atau Surat perintah Sebelas Maret.

Kemudian juga berkaitan dengan naiknya Soeharto menjadi presiden Indonesia menggantikan Soekarno.

Baca Juga: Tewaskan Satu Orang Penambang Belerang, Ahli Pastikan Jika Gelombang Setinggi 3 Meter di Gunung Ijen Adalah Tsunami

Hingga saat ini, momen Supersemar tercatat sebagai salah satu sejarah penting di Indonesia karena kontroversial.

Dimulai dari Supersemar ini, Soeharto pun akhirnya melengserkan Soekarno hingga akhirnya menduduki kursi orang nomor satu di Indonesia.

Dalam Supersemar, tertulis jika Soekarno menyetujui Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu dilakukan untuk memulihkan keamanan negara lantaran G30S/PKI 1965.

Dengan 'Surat Sakti' ini, Soeharto langsung bertindak cepat dengan mengerahkan militer Indonesia untuk menggulung sisa-sisa kekuatan PKI di Tanah Air.

PKI juga langsung dicap sebagai organisasi terlarang di Indonesia.

Setali tiga uang, Supersemar juga digunakan Soeharto untuk mengikis kekuasaan Soekarno.

Sadar akan potensi dirinya terguling, Soekarno kemudian mengemukakan pidato Proklamasi HUT RI 17 Agustus 1966 tentang apa itu Supersemar.

Baca Juga: Sebaiknya Hindari 5 Warna ini Untuk Cat Kamar Tidur, Bikin Suasana Jadi Tidak Nyaman

"Dikiranya SP 11 Maret itu suatu transfer of authority, padahal tidak," kata Soekarno dalam pidato berjudul "Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah" seperti dikutip dari Kompas.

Namun nasi sudah menjadi bubur, Soeharto yang berhasil melaksanakan 'Kudeta Merangkak' ini sudah menggerogoti kekuasaan Soekarno.

Mengutip Kompas, terbitnya Supersemar pun amat kontroversial.

Saat itu 11 Maret 1966, Soekarno sedang memimpin rapat kabinet di Istana Merdeka.

IPPHOS/Dok.KOMPAS
IPPHOS/Dok.KOMPAS

Kisah Soekarno Ditodong Pistol untuk Memaksanya Tandatangani Supersemar

Rapat terasa mencekam lantaran Istana dikepung oleh mahasiswa yang menuntut Tri Tuntutan Rakyat (Tritura).

Semua menteri, kepala lembaga dan sejumlah perwira tinggi angkatan perang diwajibkan hadir untuk mengikuti rapat tersebut.

Mengutip buku Presiden (daripada) Soeharto, rapat sejatinya akan digelar pada pukul 09.00 WIB.

Baca Juga: Berniat Untuk Membantu Mengangkut Sampah Milik Pemulung, Pria ini Justru Terkejut Bukan Main Saat Melihat Rumah Pemulung Tersebut

Namun para menteri ada yang terlambat datang karena demo mahasiswa.

Walau demikian rapat tetap dilaksanakan. Akan tetapi tak lama setelah itu Komandan Tjakrabirawa Brigjen Dabur mengirim nota kepada Brigjen Amirmachmud dimana ada pasukan liar di luar istana.

Amirmachmud lantas memberitahukan ini kepada Soekarno.

Mengetahui adanya pasukan liar tersebut, Soekarno sempat panik.

KOMPAS
KOMPAS

Letjen TNI M.Jusuf (kiri) dan Letjen TNI Amir Machmud, keduanya saksi dimana Supersemar ditandatangani oleh Soekarno

Ia lantas meninggalkan rapat dan menyerahkan kepemimpinan rapat kepada Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan Johannes Leimena.

Bung Karno kemudian naik helikopter menuju Istana Bogor agar mendapat pengamanan yang lebih terjamin.

Sore harinya tiga orang jenderal menemui Soekarno di Istana Bogor.

Baca Juga: Bupati Wonogiri Umumkan Nol Kasus Virus Corona Sejak Empat Hari Lalu, Ternyata Ini Kuncinya

Ketiganya yakni Mayjen Basoeki Rachmat, Brigjen M Jusuf, dan Brigjen Amirmachmud.

Disinyalir ada juga kehadiran perwira tinggi lainnya yakni Maraden Panggabean.

Soekardjo Wilardjito, ajudan Soekarno mengatakan saat itu ditodong pistol FN 46 oleh Panggabean sehingga Bung Karno dalam keadaan tertekan saat menandatangani Supersemar.

Soekardjo juga lantas mencabut pistolnya karena keselamatan presiden terancam.

Menurut Soekardjo, Soekarno tetap bersedia menandatangani Supersemar karena tak ingin ada pertumpahan darah dan berharap mandat itu akan dikembalikan padanya.

Baca Juga: Miliki Penghasilan Fantastis Melebihi Manusia, Babi Ini Bahkan Dikrontrak Khusus oleh Perusahaan Jam Dunia Berkat Bakat Seni yang Dimiliki

Namun, pada 1998 Maraden membantah cerita itu dan menuduh Soekardjo bohong.

Bantahan juga disampaikan M Jusuf dan Soebandrio yang ada di lokasi.

Entah cerita itu benar atau tidaknya, yang pasti 'berkat' Supersemar, Soeharto berhasil menjadi rezim penguasa Indonesia selama 32 tahun lamanya. (Seto Aji/Sosok.ID)

(*)

Artikel ini telah tayang di Intisari dengan judul Kisah di Balik Supersemar, Ketika Soekarno Ditodong Pistol Agar Menandatangani Surat Perintah Itu, Sang Ajudan Langsung Sigap Ambil Senjata saat Nyawa Sang Presiden Terancam

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : Intisari

Baca Lainnya