Mengejutkan! Peneliti Ini Ungkap Virus Corona Gerogoti Sel Inang dan Bermutasi ke Berbagai Tahap Secara Mengerikan Sampai Pengaruhi Pengembangan Vaksin

Kamis, 23 April 2020 | 14:50
Xinhua

Ilustrasi petugas medis tangani pasien infeksi virus corona

GridHype.ID - Virus corona memang merebak lebih dari 200 negara di dunia.

Selain itu, virus corona ini ternyata telah bermutasi lebih cepat semenjak awal kemunculannya.

Virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan peyakit Covid-19 menunjukkan kemampuan mutasi baru yang tak boleh dianggap remeh.

Studi yang ditemukan ilmuan China mengungkapkan, strain bervariasi dari virus corona jenis baru di seluruh negara di dunia telah memberi dampak yang juga berbeda-beda.

Mutasi agresif ini ditemukan oleh Profesor Li Lanjuan dan rekan-rekannya di Zhejiang University.

Baca Juga: Diduga Jadi Tempat Asal Penyebaran Virus Corona, Berikut Foto Laboratorium Misterius di Wuhan yang Simpan 1.500 Jenis Virus

Mengutip dari SCMP via Kompas.com, para ilmuan mengkonfirmasi untuk pertama kalinya terkait mutasi sangat langka yang bahkan tak pernah diperkirakan sebelumnya.

Sebuah bukti di laboratorium China menunjukkan SARS-Cov-2 dapat menciptakan jenis virus yang lebih mematikan ketimbang lainnya.

"SARS-CoV-2 telah memperoleh mutasi yang mampu secara substansial mengubah patogenisitasnya," kata Prof Li dan timnya dalam makalah yang dirilis pracetak di medRxiv.org pada Minggu (19/4/2020), dikutip dari Kompas.com.

Mutasi ini dapat mempengaruhi seberapa besar para virus merusak sel inangnya.

Prof Li menggunakan pendekatan dengan cara menganalisa strain virus yang diisolasi dari 11 pasien Covid-19.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Menu Buka Puasa di Bulan Ramadan yang Menyegarkan Dahaga!

Pasien tersebut dipilih secara acak dari Hangzhou di provinsi timur Zhejiang.

Mereka menguji seberapa efisien virus di dalamnya mampu menginfeksi dan membunuh sel.

SCMP melaporkan, mutasi paling mematikan pada pasien Zhejiang juga telah ditemukan pada sebagian besar pasien di seluruh Eropa.

Sedangkan strain yang lebih ringan adalah varietas dominan yang ditemukan di Amerika Serikat, seperti di negara bagian Washington.

Prof Li mengingatkan mutasi lebih lemah tidak menjamin adanya risiko infeksi lebih rendah.

Baca Juga: Bukannya Berjuang Lawan Corona, Presiden Trump Perintahkan Untuk Tembak Kapal Iran di Laut Arab Utara

Lebih dari 30 mutasi virus corona dideteksi menciptakan 19 mutasi atau sekitar 60 persennya adalah mutasi virus baru.

Mutasi baru ini menyebabkan perubahan fungsional pada spike protein virus, memungkinkan struktur unik di atas selubung virus mampu mengikat sel manusia.

Tim Li memverifikasi teorinya dengan menginfeksi sel menggunakan strain virus corona yang membawa mutasi berbeda.

Parahnya, strain paling agresif dari SARS-CoV-2 mampu menghasilkan viral load 270 kali lebih banyak dibanding jenis virus paling lemah.

"Itu adalah hasil tak terduga dari sedikitnya selusinan pasien yang menunjukkan perbedaan dari strain virus yang sebagian besar masih diremehkan," jelas Prof Li, dikutip dari Kompas.com.

Baca Juga: Ashanty Menyesal Sudah Larang Pengasuh Anaknya ke Rumah Sakit Saat Mengeluh Sakit Perut, Ternyata Idal Tumor Rahim 12 Cm

Li dan timnya juga menemukan mutasi langka tri-nukleotida pada pasien berusia 60 tahun.

Yakni mutasi langka dengan tiga perubahan yang terjadi secara berturut-turut.

Ilmuan mengklaim hal itu tak biasa sebab umumnya sebuah gen bermutasi hanya pada satu situs di satu waktu.

Mutasi yang ditemukan pada pasien itu mengakibatkan feses pasien menjadi sangat menular dengan strain virus tetap hidup.

"Menyelidiki dampak fungsional dari mutasi tri-nukleotida ini akan sangat menarik," kata Prof Li.

Gen virus corona yang bermutasi saat ini juga sangat berbeda dengan gen yang ditemukan kali pertama di Wuhan.

Baca Juga: Dua Sahabatnya Bunuh Diri karena Komentar Jahat, Heechul Super Junior Naik Pitam Ketika Netizen Saling Menyalahkan

Ilmuan menyebutkan virus corona umumnya berubah dengan kecepatan rata-rata satu mutasi per bulan.

Namun hingga hari Senin (21/4/2020), lebih dari 10.000 strain yang diurutkan, mengandung sebanyak 4.300 mutasi, lapor China National Centre for Bioinformation.

Temuan studi tersebut menjelaskan adanya perbedaan mortalitas regional.

Virus corona memberikan ketidakpastian dimana tingkat kematian antar negara diketahui sangat bervariasi.

Hal ini akan mempengaruhi upaya pengembangan vaksin, sehingga Prof Li dan rekannya menyarankan agar kemungkinan mutasi virus corona di suatu wilayah dipertegas demi menentukan tindakan yang tepat.

Baca Juga: Seorang Balita Tewas Setelah Meminum Cairan Disinfektan dalam Botol Kemasan!

"Pengembangan obat-obatan dan vaksin, walaupun mendesak, perlu memperhitungkan dampak akumulasi mutasi virus corona ini. Untuk menghindari potensi yang lebih buruk," jelas Prof Li.

Sekedar informasi, Prof Li adalah orang pertama yang mengusulkan agar Wuhan melakukan lockdown, melihat virus yang mereka hadapi adalah jenis baru yang belum diketahui penanganannya.

Artikel ini telah tayang di GridHot.ID dengan judul Temuan Vaksin Makin Jauh Tak Terlihat, Peneliti Temukan Virus Corona Mampu Bermutasi di Berbagai Tahap Secara Mengerikan, Gerogoti Sel Inangnya Hingga Rusak, Ilmuwan: Sudah Berbeda dari yang di Wuhan!

(*)

Tag

Editor : Nailul Iffah

Sumber GridHot.ID