Dianggap Sebagai Virus Paling Mematikan, Guru Besar Universitas Padjadjaran Temukan Obat Corona

Jumat, 13 Maret 2020 | 10:55
freepik.com

Kina yang biasa di tanam di Jawa Barat disebut bisa menjadi obat virus corona.

GridHype.ID - Merebaknya virus corona yang meresahkan dunia akhir-akhir ini memang begitu menakutkan.

Namun, Keri Lestari selaku Guru Besar Bidang Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran tengah meneliti antivirus dari virus corona.

Menurut Keri Lestariada tanaman bernama kina yang biasa ditanam di Jawa Barat dinilai bisa dijadikan sebagai obat virus corona.

Baca Juga: Viral Makanan Diaduk Langsung Pakai Tangan Si Penjual, Netizen: Corona Takut Ngeliat Ini

Keri menjelaskan bahwa ekstrak kulit batang, cabang dan ranting pohon kina memiliki kandungan klorokuin fosfat.

Dimana klorokuin fosfat tersebut merupakan zat yang disebut dapat memblokir infeksi Covid-19 pada konsentrasi mikromolar rendah.

"Klorokuin biasanya digunakan untuk mencegah dan mengobati malaria dan berkhasiat sebagai agen anti-inflamasi untuk pengobatan rheumatoid arthritis dan lupus erythematosus,” tutur Keri dilansir dari Kompas.com (12/3/2020).

Baca Juga: Bukan karena Virus Corona! 4 Orang Ini Justru Tewas Setelah Konsumsi Jamur Enoki

Ia juga mengungkapkan bahwa China telah mengakui akan kegunaan kandungan kina ini.

Studi yang dilansir US National Library of Medicine National Institutes of Health menunjukkan setidaknya 100 pasien berhasil disembuhkan.

Klorokuin fosfat juga menunjukan aktivitas yang nyata dan memiliki tingkat keamanan yang dapat dimanfaatkan untuk mengobati pneumonia pasien Covid-19.

Hal ini dikarenakan telah dibuktikan melalui uji klinismultisenter yang dilakukan oleh Cina.

"Penelitian mengungkapkan bahwa klorokuin juga memiliki potensi aktivitas antivirus spektrum luas dengan meningkatkan pH endosom yang diperlukan untuk fusi virus atau sel, serta mengganggu glikosilasi reseptor seluler SARS-CoV," tutur Keri.

Baca Juga: 6 Pasien Positif Corona Tak Sengaja Donorkan Darahnya ke Orang Lain, Berbahayakah?

Lebih lanjut, Keri mengatakan bahwa Jawa Barat berpeluang sangat besar menjadi tempat produksi obat virus corona.

"Beruntunglah Jawa Barat, punya kebun kina di Bandung. Akan sangat mungkin jika produksi obat yang dinyatakan ampuh melawan virus corona ini, kembali diproduksi di Jawa Barat," katanya.

"Kalau mau dikembangkan kembali sangat bisa. Kami sudah berkomunikasi dengan Kimia Farma, mereka sudah pertimbangkan untuk produksi kembali," pungkasnya.

Diketahui sejak 2016, produksi ekstrak kina ini dipindah ke pabrik Kimia Farma di Banjaran, Kabupaten Bandung.

Baca Juga: Jadi Negara dengan Kematian Virus Corona Terbanyak Setelah China, Pemerintah Italia Umumkan Penutupan Seluruh Negara HIngga 3 April

Menanggapi kabar baik tersebut, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta para peneliti di daerahnya membuat studi lanjutan terkait temuan ini.

Pasalnya seperti kita ketahui, suatu produk dapat dikatakan sebagai obat jika telah melewati beberapa tahapan dimulai dari mengindentifikasi zat aktif yang terkandung, menemukan cara kerjanya, melakukan uji praklinik sampai uji klinik.

Serta waktu yang dibutuhkan pun tidak sedikit, bahkan bisa bertahun-tahun.

Dalam tahapan pra-klinik, produk yang teridentifikasi memiliki zat aktif dan cara kerjanya akan di uji coba pada hewan untuk melihat efek letal, toksik, terapi, dan margin of safety sehingga ditemukannya dosis (pada hewan) dari produk tersebut.

Baca Juga: Mirip Telur Kodok, Biji Selasih Ternyata Bermanfaat Bagi Tubuh! Salah Satunya Mengobati Asam Lambung

Setelah mendapatkan dosis, baru masuk pada uji klinis yaitu percobaan yang melibatkan manusia.

Dalam uji klinis ini terdapat empat fase yang harus dilalui suatu produk sebelum dinyatakan sebagai obat.

Pada fase I, dosis produk akan diuji pada manusia sehat (melibatkan sedikit subjek penelitian), untuk melihat bagaimana tubuh manusia memetabolisme obat tersebut.

Apakah hasilnya sama dengan apa yang terjadi pada hewan. Jika lolos uji klinik 1 maka produk boleh melanjutkan ke uji klinik fase 2.

Baca Juga: Terawang Peningkatan Jumlah Korban Virus Corona, Wirang Birawa: Firasatku Akan Selesai Tahun Ini

Fase II, dalam tahapan ini percobaan akan dilakukan secara spesifik pada manusia sakit, tergantung pada tujuan dan sesuai produk yang sedang diuji.

Misalnya kina ini, berarti manusia sakit yang di uji adalah pasien positif virus corona.

Namun, manusia sakit yang menjadi percobaan tidak sembarangan, mereka harus menandatangani perjanjian hukum yang diawasi oleh kode etik dan pemerintah, serta produknya pun masih belum boleh dipasarkan.

Pada fase ini akan dievaluasi pemberian dosis dan keamanannya. Jika lolos ujian fase dua maka akan lanjut ke fase tiga.

Baca Juga: 2 Pasien Virus Corona di Indonesia Dinyatakan Negatif, Kondisi Kesehatan Keduanya Bagus

Kemudian masuk fase III, meski produk sudah boleh diprosuksi tapi masih belum bisa dipasarkan. Pada fase ini juga banyak sekali syarat yang harus dipenuhi.

Dari jumlah populasinya yang besar (melibatkan ribuan pasien), harus diagnosis tertentu, dan tindak lanjut yang lama karena harus dinilai efek jangka pendek, menengah, hingga panjang.

Selain itu, ditahapan ini juga produk yang diteliti akan diuji stastistik bersama dengan plasebo atau 'obat kosong'.

Dimana beberapa orang secara acak (random) akan dipilih sebagai subjek penelitian.

Baca Juga: Diduga Meninggal Dunia Karena Virus Corona, 5 Pasien Ini Ternyata Negatif , Kok Bisa?

Setengah dari orang-orang tersebut diberi obat yang benar-benar mengandung zat obat, sementara setengahnya lagi diberi obat kosong.

Percobaan ini akan membantu peneliti mengetahui apakah obat tersebut benar-benar efektif atau hanya sugesti pasien yang merasa lebih baik karena tahu mereka telah mengonsumsi produk obat tersebut.

Apabila lolos ujia fase III (dinyatakan efektif dan aman) maka obat tersebut boleh didaftarkan ke BPOM dan boleh dijual di pasaran.

Fase terakhir alias fase IV adalah post marketing surveillance, yakni kegiatan pengawasan untuk melihat aspek keamanan, khasiat dibandingkan dengan obat standar sebelumnya, dan mutu produk tersebut di populasi.

Baca Juga: Pemerintah Korea Utara Lakukan Hal Ekstrem untuk Cegah Penyebaran Virus Corona, Warga Tiongkok Berisiko Ditembak oleh Penjaga Korut

Sebab produk telah dipasarkan di masyarakat dan dokter pun sudah boleh membuatkan resepnya.

Hal ini dilakukakan karena bisa saja ditemukan very long term effect (efek jangka sangat panjang) dari produk yang telah diedarkan.

Sehingga tak jarang pada beberapa kasus terjadi penarikan obat dari peredaran di masyarakat setelah fase 4 ini.

Pada dasarnya semua uji praklinik dan uji klinik dilakukan untuk menilai efektivitas dan keamanan produk. Apabila tidak melalui uji tersebut maka siapa pun tidak boleh melakukan klaim efektivitas dan keamanan.

Baca Juga: Segera Hentikan! Cegah Penyebaran Virus Corona dengan Hindari Kebiasaan Pegang Sana-sini

Hal ini penting dilakukan untuk mencegah risiko kesehatan atau efek samping yang dapat ditimbulkan, tak terkecuali produk dari kina yang belakangan ramai diperbincangkan dapat dijadikan sebagai obat virus corona.

Artikel ini telah tayang di GridHealth dengan judul Kina Asal Jawa Barat Bisa Mengobati Virus Corona, Ternyata Ini Rahasianya

(*)

Editor : Nailul Iffah

Sumber : GridHealth.ID

Baca Lainnya