Munculkan Teka-teki, Tim Dokter Jiwa Periksa Gambar Horor dan Catatan Curahan Hati Siswi SMP Pembunuh Bocah 5 Tahun di Sawah Besar

Selasa, 10 Maret 2020 | 10:55
TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA

Kepala tim dokter jiwa forensik RS Polri Kramat Jati Henny Riana saat memberi keterangan, Senin (9/3/2020).

GridHype.ID - Pemeriksaan pelaku pembunuhan A (5) di Sawah Besar masih terus berlanjut.

Kini pelaku tengah menjalani pemeriksaan mental dari tim dokter psikiatri jiwa forensik RS Polri Kramat Jati.

Tim dokter bakal memeriksa gambar dan tulisan karya NF (15), gadis ABG pelaku pembunuhan A (5).

Kepala tim dokter jiwa forensik RS Polri Kramat Jati Henny Riana mengatakan pemeriksaan tersebut merupakan satu metode dalam observasi jiwa.

"Itu salah satu proses pemeriksaan, jadi analisa gambar, karangan, dan sebagainya," kata Henny di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Senin (9/3/2020).

Baca Juga: Anaknya yang Masih Berusia 5 Tahun Meninggal di Tangan Tetangganya Sendiri, Ayah Korban Pembunuhan Siswi SMP di Sawah Besar Sampaikan Bagaimana Keseharian Pelaku

Gambar dan karangan yang diperiksa tak hanya karya NF sebelum menghabisi A, tapi juga usai berstatus tersangka.

Dari pemeriksaan tersebut tim dokter psikiatri jiwa forensik menentukan bagaimana kondisi kejiwaan NF.

"Disesuaikan dengan kebutuhan. Kalau cuman kertas dan gambar kami sediakan, memang itu bagian dari pemeriksaan (jiwa)," ujarnya.

Untuk sekarang, Henny belum dapat memastikan kondisi kejiwaan NF karena baru satu hari pemeriksaan.

Tim dokter psikiatri jiwa forensik pun harus mengenalkan dirinya kepada NF agar saat pemeriksaan dia mau terbuka.

"Kita baru pemeriksaan tahap awal, mulai dari pendekatan sebagai dokter dan terperiksa, dalam hal ini pasien," tuturnya.

ABG Pembunuh Anak Kooperatif Saat Diperiksa

NF (15), pelaku pembunuhan A (5) yang merupakan temannya sendiri kooperatif saat menjalani pemeriksaan kejiwaan awal di RS Polri Kramat Jati.

Baca Juga: Terungkap Kronologi Siswi SMP Habisi Nyawa Bocah 6 Tahun, Mengaku Terinspirasi dari FIlm hingga Teka-teki Buku Catatannya

Kepala tim dokter jiwa forensik RS Polri Kramat Jati Henny Riana mengatakan hal ini didapati dari hasil pemeriksaan sejak tiba pada Minggu (8/3/2020).

"Awal ini tentu tidak semua kita tanyakan langsung. Pertanyaan secara bertubi-tubi buat orang tidak nyaman, sekarang sih kooperatif," kata Henny di RS Polri Kramat Jati, Senin (9/3/2020).

Dalam waktu maksimal 14 hari ke depan, NF bakal menjalani pemeriksaan kejiwaan di ruang isolasi RS Polri Kramat Jati.

Pemeriksaan jiwa NF dilakukan lewat prosedur medis secara bertahap, di antaranya lewat wawancara mendalam selama observasi.

Kolase Kompas TV

Deret curhatan pelaku NF, siswi SMP yang bunuh bocah 6 tahunm, gambarakan wanita menangis dan terikat

"Digali dalam kesimpulan orang ini alami gangguan jiwa atau tidak, berkaitan dengan masalah tindakannya. apakah memenuhi tanggung jawab terhadap kasus yang dialami," ujarnya.

Henny menuturkan status NF yang masih anak membuat selama pemeriksaan butuh pendampingan khusus.

Nantinya orang tua dan orang terdekat NF juga akan dilibatkan guna menelusuri alasan yang mendasari remaja tersebut berbuat nekat.

Baca Juga: Terinspirasi Film Pembunuhan, Siswi SMP Tega Habisi Nyawa Anak Tetangga, Jenazah Disembunyikan di Almari Kamar

"Kita akan cari dari sumber lainnya, apakah masa kecil anak ini seperti apa, ada yang kita tanyakan kepada yang bersangkutan, orang tua, atau orang di sekitarnya," tuturnya.

Kronologi kejadian

NF (15 tahun), remaja yang menewaskan korbannya bernisial APA (5 tahun).

Kejadian itu terjadi pada dua hari yang lalu.

Tepatnya pada Kamis sore (5/3/2020), NF dan APA sedang bermain di rumahnya NF.

APA sering bermain di rumah NF lantaran adiknya NF merupakan temannya APA.

Pada hari itu, hanya ada NF dan APA di dalam rumah tersebut.

Saat bermain, NF sengaja menenggelamkan mainan di bak mandi rumahnya.

Kemudian, NF meminta tolong APA untuk mengambilkan mainan tersebut.

"Pelaku (NF) minta tolong ambilkan satu mainan yang tenggelam di bak mandi," Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, saat konferensi pers, di kantor Polres Metro Jakarta Pusat, Sabtu siang (7/3/2020).

Baca Juga: Misteri Kematian Siswi SMPN 6 Tasikmalaya yang Membusuk di Gorong-gorong Terungkap, Pelaku Ayahnya Sendiri

"Kemudian si korban membantu. Karena takut basah, korban melepaskan pakaiannya. Korban pun menceburi dirinya ke dalam bak mandi tersebut," sambungnya.

Pada saat itu, sambungnya, NF memiliki hasrat untuk membunuh APA dengan cara menenggelamkan kepala korban.

Setelah tak bernapas, NF memasukkan jasad APA ke dalam ember dan ditutupi kain.

Tujuannya agar tak diketahui orang tuanya.

"Orang tua pelaku saat pulang ke rumahnya tidak mengetahui," tambah Yusri.

"Pelaku ada niatan untuk membuang mayatnya. Tetapi pelaku takut," sambungnya.

NF pun memasukkan korban ke dalam lemari kamarnya.

Pada Jumat pagi (6/3/2020), NF hendak melaporkan kasusnya ini ke kantor Polres Taman Sari, Jakarta Barat.

NF sengaja membawa pakaian lain selain seragam sekolah, untuk menuju kantor polisi tersebut.

Baca Juga: Kesaksian Salma Siswi SMPN 1 Turi Sleman: Mau Pegang Batu Tapi Tidak Bisa Karena Arus Besar

"Polisi saya sudah membunuh dan mayatnya saya taruh di dalam lemari," ujar Yusri, mencontohkan ucapan NF saat laporan di Polsek Taman Sari.

"Ini awalnya polisi tidak percaya, tapi setelah lihat ada mayat di kamar pelaku, mereka percaya," sambungnya.

Lantaran lokasi pembunuhan berada di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat, Polsek Metro Taman Sari menyerahkan kasus tersebut kepada Polsek Metro Sawah Besar.

Saat itu, NF mendatangi Polsek Metro Sawah Besar didampingi keluarga dan jajaran Polsek Taman Sari.

kolase
kolase

Gambar NF, remaja yang bunuh anak kecil

Kini, kata Yusri, NF akan menjalani proses hukum dengan asas praduga tak bersalah lantaran masih di bawah umur.

Sementara, APA telah dimakamkan pada pukul 11.30 WIB, di kawasan Karet, Jakarta Pusat.

"Tahanannya akan berbeda. Ia akan dipisahkan," pungkas Yusri.

Arist Merdeka Sirait Angkat Bicara

Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, angkat bicara soal NF (15), remaja penenggelaman perempuan berusia lima tahun.

Baca Juga: Muncul Pesan Aneh Beri Tahu Ada Mayat di Sebuah Rumah, Kisah Horor di Balik Tempat Itu pun Akhirnya Terungkap

Arist, sapaannya, turut berduka cita atas insiden tersebut.

Hal ini, menurut dia, menjadi pelajaran bagi seluruh orang tua.

"Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya. Karena peristiwa ini harus menjadi cambuk kepada semua orang tua," kata Arist, saat dihubungi TribunJakarta.com, Sabtu sore (7/3/2020).

"Lingkungan sosial anak, yang seharusnya memberikan perhatian kepada perkembangan anak-anak di sekitarnya," lanjut dia.

Arist menyatakan, hal ini terjadi lantaran adanya pembiaran terhadap perilaku anak di sekitar lingkungan tempat tinggal pelaku.

"Saya melihatnya, ini terjadi adanya pembiaran terhadap perilaku-perilaku anak di sekitar itu secara sosial," ujar Arist.

Arist melanjutkan, dirinya tak menyangka bahwa anak berusia 15 tahun mampu berpikir dan melakukan hal itu.

"Masih di bawah usia apalagi kan, baru 15 tahun, dia bisa melakukan tindakan-tindakan di luar akal sehat," kata Arist.Proses hukum NF sekarang sedang ditangani pihak kepolisian.

NF didampingi sejumlah pihak terkait.

Kata Arist Merdeka Sirait, proses hukum tersebut sebaiknya tetap berjalan meski status NF juga di bawah umur.

Baca Juga: Bisa Picu Gangguan Psikologi, Main Ponsel Lewat Jam 10 Malam Miliki Dampak Buruk, Ini Penjelasan Para Ahli

"Proses hukumnya tetap jalan meskipun pelakunya anak-anak. Karena dia melakukan penyiksaan," kata Arist, saat dihubungi TribunJakarta.com, Sabtu sore (7/3/2020).

Arist, sapaannya, mengatakan anak yang berusia 15 tahun seyogianya memiliki kasih sayang terhadap anak lima tahun.

"Kita sebagai orang dewasa, sebenarnya anak-anak 15 tahun seperti itu kan pasti dia menaruh kasih sayang kepada anak yang masih di lima tahun," jelas Arist.

"Tetapi ini justru tidak seperti yang diharapkan," lanjutnya.

Karena itu, kasus ini harus menjadi perhatian para penegak hukum.

"Juga untuk memilah-milah, anak 15 tahun kan sudah melakukan tindak pidana sampai di luar akal sehat," ujar Arist.

Kurang Perhatian Orang Tua

Ketua Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, angkat bicara soal NF (15) yang menenggelamkan anak lima tahun hingga tewas.

Kejadian itu terjadi pada Kamis (5/7/2020), di kawasan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Arist, sapannya, mengatakan ada indikasi bahwa NF kurang mendapat perhatian dari orang tuanya.

Baca Juga: Kerap Dilakukan Demi Menjadikan Anak Patuh dan Disiplin, Kebiasaan Membentak Bisa Berakibat Fatal pada Mentalnya Loh, Yuk Simak Penjelasan Berikut!

"Itu sangat dipastikan kurangnya perhatian kepada perkembangan psikologi anak," kata Arist, saat dihubungi TribunJakarta.com, Sabtu sore (7/3/2020).

Hal tersebut tentu menjadi bahan instropeksi diri bagi orang tua.

Peran orang tua harus lebih awas saat mengawasi anak-anaknya.

Begitu juga dengan peran di lingkungan sekitar.

"Itu jadi pelajaran dan momentum untuk mengintropeksi diri, sejauh mana kita sudah mengawasi anak kita masing-masing," kata Arist.

"Bahwa menjaga dan melindungi anak itu harus dilakukan oleh masyarakat sekampung. Saling memperhatikan," sambungnya.

Kini, polisi sedang memproses hukum bagi NF, menggunakan asas praduga tak bersalah.

Menurut Arist, proses hukum itu sebaiknya tetap berjalan.

Namun menggunakan pendekatan hukum yang berbeda dengan pendekatan hukum orang dewasa.

"Penegakkan hukum harus terus berjalan, tetapi pendekatan hukumnya berbeda dengan pendekatan hukum orang dewasa," pungkas Arist.

(*)

Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Dokter Jiwa Periksa Gambar dan Karangan Gadis ABG Pembunuh Anak

Editor : Ruhil Yumna

Sumber : Tribun Jakarta

Baca Lainnya