Kota Diisolasi Hingga Harus Konsumsi Makanan Basi Demi Bisa Bertahan Hidup, Begini Kondisi Warga Wuhan Pasca Wabah Virus Corona Menyerang, Warga: Kenyataan Benar-benar Mengerikan

Kamis, 05 Maret 2020 | 17:55
The Sun

Wuhan menjadi kota mati

GridHype.ID - Wabah coorna yang menyerang Negeri Tirai Bambu membuat rakyatnya benar-benar hidup dalam keterbatasan.

Penutupan wilayah atau pengisolasian dilakukan di beberapa wilayah sematra-mata agar menutup kemungkinan tersebarnya virus itu.

Pengisolasian inipun menyebabkan sulitnya bahan makanan yang tersedia.

Harga yang ditawarkan pun meroket tinggi dan banyak makanan yang sudah basi.

Baca Juga: Dipercaya Sebagai Penangkal Virus Corona Hingga Harganya Melonjak, Jahe Merah Juga Punya Khasiat Luar Biasa ini Untuk Tubuh

Banyak warga Wuhan harus berebut juga agar mendapatkan pasokkan makanan.

Padahal risiko yang bisa didapatkan dari mengonsumsi makanan basi tersebut tentunya tak bisa dianggap sepele juga.

Lalu apa dampak terburuk bagi kesehatan tubuh?

yuk kita simak.

Mengandung Bakteri Akibatkan Keracunan

Seperti dilansir dari NHS bahwa makanan basi mengandung bakteri yang berbahaya bagi tubuh, salah satunya adalah Bacillus cereus yang dapat menyebabkan sakit, mengalami muntah bahkan diare sekitar 1 hingga 5 jam sesudahnya.

Meski gejalanya relatif ringan dan biasanya berlangsung sekitar 24 jam, namun tetap saja hal ini tidak baik bagi kesehatan tubuh.

Terlebih makanan basi yang di simpan dalam suhu ruangan, di mana itu lebih berisiko membahayakan tubuh.

Baca Juga: Salah Kaprah, Ini5 Mitos Virus Corona yang Ternyata KeliruPadahal Banyak Dipercaya Orang

Walaupun makanan basi tersebut dimasak ulang atau dipanaskan kembali tidak ada dampak positifnya.

Sebab makanan sudah terkontaminasi dengan bakteri dan kotoran lainnya yang terbang bersama udara ruangan di sekitar.

Selain dapat menyebabkan diare, keracunan makanan basi juga dapat menyebabkan kram perut, merasa lemah tidak bertenaga, merasa kedinginan, bahkan demam hingga melebihi 38° Celsius.

Kenestapaan warga Wuhan pun diungkap dengan baik oleh laporan yang diberitakan AFP (28/2/2020).

Dimana seorang warga bernama David Dai yang berdomisili mengaku keadaan kota Wuhan saat ini sangat mengerikan.

"Di lingkungan tempat saya tinggal, kenyataannya benar-benar mengerikan," katanya.

Lebih lanjut, keluarga dari perempuan berusia 49 tahun ini harus benar-benar bergantung pada diri mereka sendiri.

Untuk stok bahan makanan, mereka telah mengeringkan dan menyimpan kulit lobak sebagai tambahan nutrisi di makanan.

Baca Juga: Tak Seperti Keluarga Coronavirus Sebelumnya yang Menyebabkan SARS, ini yang Terjadi Pada Tubuh Saat Virus Corona Menyerang

Meski kompleks apartemennya sudah memiliki kelompok pembelian, Dai mengatakan penduduk setempat tidak puas dengan harga dan kualitas makanan yang beredar.

"Banyak tomat, banyak bawang, mereka sudah busuk," katanya pada AFP.

Dai juga mengatakan lebih dari sepertiga makanan harus dibuang karena tidak layak dikonsumsi.

Kelompok pembelian merupakan grup obrolan yang dibentuk untuk membeli makanan dan keperluan sehari-hari di Wuhan.

Mereka melakukannya via aplikasi WeChat.

tribunnews.com

virus corona warga wuhan harus makan makanan basi

Di Wuhan, diberlakukan pembatasan untuk pengiriman barang-barang belanjaan dari supermarket, termasuk makanan.

Masing-masing supermarket memiliki harga dan ketentuan masing-masing, untuk paket pembelian barang dalam jumlah besar.

Biasanya yang dibeli adalah daging, sayuran, susu, dan "mie kering panas" hidangan khas Wuhan.

Deretan supermarket itu juga ada yang punya aplikasi sendiri di WeChat, sehingga pengguna bisa memilih paket dengan harga berdasarkan berat, yang akan dikirim dalam jumlah besar.

Baca Juga: Awal Tahun Disambut dengan Bencana dan Wabah Corona yang Melanda Indonesia, Naomi Anak Indigo Coba Terawang Masa Depan: Tahun 2020 Ini Aku Agak Khawatir Sebenernya

Di daerah tempat tinggal Guo Jing misalnya, lima macam sayuran termasuk kentang dan bayi kol seberat 5,5 kilogram (kg), dibanderol 50 yuan (sekitar Rp102 ribu).

"Kamu tidak punya pilihan makanan. Kamu tidak punya keinginan pribadi lagi," keluh Guo dikutip dari AFP.

Selain minim pilihan, model pembelian kelompok seperti ini juga kurang mengakomodasi kelompok-kelompok kecil.

Sebab, supermarket punya persyaratan minimum pesanan di setiap pengiriman.

"Sejujurnya, tidak ada yang bisa kita lakukan," kata Yang Nan, manajer supermarket Lao Cun Zhang, yang butuh minimal 30 pesanan di satu pengiriman.

"Kami cuma punya empat mobil," imbuhnya.

Yang menerangkan, tokonya tidak punya karyawan untuk melayani pesanan porsi kecil.

Sementara supermarket lain yang ditelusuri AFP menyebutkan, mereka membatasi pengiriman maksimal 1.000 pesanan per hari.

"Sulit mempekerjakan karyawan baru," ujar Wang Xiuwen, yang bekerja di divisi logistik toko.

Baca Juga: Dirawat di Ruang Isolasi RSPI, Pasien Positif Corona Ini Beri Pengakuan Jika Tak Diberi Obat Minum, RSPI Beri Keterangan Ini

Dia menuturkan, mempekerjakan terlalu banyak orang bisa meningkatkan risiko terkena infeksi virus corona Covid-19.

Tak hanya sulit mendapat makanan dan barang-barang kebutuhan harian, derita warga Wuhan juga bertambah karena lingkungan tempat tinggal mereka bisa tiba-tiba ditutup aksesnya tanpa peringatan lebih dulu.

Diakui Guo Jing, wanita berusia 29 tahun warga setempat, mengatakan dia masih punya simpanan sayur, acar, dan telur asin untuk sebulan ke depan. Tapi yang membuatnya takut adalah penutupan dan pembatasan akses.

Di Wuhan, diberlakukan aturan pembatasan keluar dari kompleks.

Warga hanya diizinkan keluar kompleks setiap tiga hari sekali.

Guo adalah salah satu dari 11 juta penduduk di Wuhan, kota di Provinsi Hubei Tengah yang telah dikarantina sejak 23 Januari sebagai upaya pemerintah menahan penyebaran virus epidemik Covid-19.

Sejak karantina diterapkan, kehidupan warga Wuhan dikontrol sangat ketat oleh pemerintah setempat.

AFP bahkan melaporkan, bulan ini ada peraturan baru yang melarang penduduk meninggalkan lingkungan mereka.

Baca Juga: Mulai Diobservasi Terkait Corona, Satu Keluarga di Singkawang Mengaku Baru Pulang dari Korea Selatan

Bagi sebagian orang, ini mengancam mata pencaharian mereka.

"Saya masih tidak tahu di mana harus membeli barang, dan setelah selesai makan apa yang masih kita miliki di rumah," ucap Pan Hongseng, yang tinggal bersama istri dan dua anaknya.

Nahasnya, Pan kesulitan membeli bahan makanan dan barang kebutuhan sehari-hari karena komunitas di tempat tinggalnya "tidak ada yang peduli" pada layanan pembelian kelompok.

"Anak saya yang berusia tiga tahun bahkan tidak memiliki susu bubuk tersisa," kata Pan kepada AFP.

Pan juga menceritakan dirinya tidak bisa mengirim obat ke dua mertuanya yang berusia 80-an tahun, karena mereka tinggal di tempat berbeda.

"Aku merasa seperti pengungsi," ucap Pan.

Sementara itu yang dialami Ma Chen, pria berusia 30 tahun yang hidup sendiri, sedikit berbeda.

"Aku tidak tahu berapa banyak (makanan) yang harus kubeli," ucapnya.

(*)

Artikel Telah Ditayangkan Di Nakita.grid.id Dengan Judul, Sampai Harus Makan Makanan Basi Demi Tetap Bertahan Hidup, Begini Kondisi Warga Wuhan Setelah Adanya Penyebaran Virus Corona

Tag

Editor : Ruhil Yumna

Sumber Nakita