Tragedi Susur Sungai SMPN 1 Turi Sudah Diperingatkan Warga, Kakak Pembina: Enggak Apa-Apa, Kalau Mati di Tangan Tuhan

Senin, 24 Februari 2020 | 14:02
tribunnews.com

korban susur sungai

GridHype.ID - Berita duka tengah menyelimuti SMPN 1 Turi, Sleman, DIY pada Jumat (21/2/2020) kemarin.

Pasalnya, telah terjadi korban jiwa saat melakukan kegiatan rutin pramuka yakni susur sungai.

Arus sungai yang deras membuat para siswa SMP N 1 Turi hanyut terbawa arus sungai.

Dalam kejadian tersebut, sebanyak 10 siswa ditemukan tewas, sementara yang lainnya mengalami luka-luka.

Baca Juga: Bercermin dari Kegiatan Susur Sungai SMPN 1 Turi, Begini Pertolongan Pertama pada Korban Tenggelam

Salah seorang korban selamat dalam tragedi susur sungai SMPN 1 Turi Sleman, Jumat (21/2/2020) lalu, Tita Farza Pradita, bercerita tentang peringatan warga setempat terkait kegiatan mereka.

Tita, demikian sapaan gadis itu, mengaku mendengar warga memperingatkan pembina Pramuka sebelum susur Sungai Sempor berlangsung.

"Sama warga sudah diingetin. Saya mendengar ada warga yang memperingatkan," kata Tita, seperti dilansir Kompas TV.

Baca Juga: Tragedi Susur Sungai Siswa SMPN 1 Turi, Saksi Mata Awalnya Melihat Sepatu di Bawah Jembatan

Namun, lanjut Tita, peringatan tersebut disambut kata-kata tak enak dari pembinanya.

"Katanya, 'Enggak apa-apa, kalau mati di tangan Tuhan', kata kakak pembinanya," ujar Tita yang mengaku mendengar langsung jawaban pembinanya tersebut.

Tolong tiga orang

Tita tak menyangka akan mengalami kejadian mengerikan saat menyusuri Sungai Sempor bersama rekan-rekan sekolahnya dan adik-adik kelasnya.

Baca Juga: Siswa SMPN 1 Turi Sleman Hanyut saat Kegiatan Susur Sungai, Sejumlah Siswa Dinyatakan Meninggal

Pada Jumat (21/2/2020) sore itu, mereka dibagi menjadi beberapa regu untuk masuk ke sungai.

"Satu regu ada yang tujuh dan delapan orang," katanya. Setelah beberapa saat berjalan, arus besar dari arah atas tiba-tiba menerjang.

Salah seorang rekan bernama Via yang saat itu bersamanya mengeluh tidak kuat menahan arus. "Via bilang, 'Ta, aku udah enggak kuat'. Tak suruh dia pegangan di pundak," katanya.

Baca Juga: Siswa SMPN 1 Turi Hanyut saat Susur Sungai, Ini Data Sementara Korban yang Meninggal Dunia

Belum selesai bertahan dari arus yang kian deras, Tita mendengar teriakan lain dari adik-adik kelasnya.

"Adik kelas bilang, 'Mbak, Mbak, kae tulungi ana sing wes keli soko nduwur' (Mbak, Mbak, tolongi, ada yang sudah hanyut dari atas). Ya udah saya tolong," papar Tita.

Tita menuturkan berusaha menggapai dua orang yang hanyut dari atas.

Baca Juga: Kesaksian Salma Siswi SMPN 1 Turi Sleman: Mau Pegang Batu Tapi Tidak Bisa Karena Arus Besar

Terlepas

Di tengah derasnya arus, Tita mengerahkan tenaganya.

Tangan kanannya memegang seorang adik kelas perempuan, sedangkan tangan kirinya menggapai seorang anak laki-laki.

Keduanya hanyut terbawa arus dari atas.

"Adik kelas ada dua, (tangan) yang kanan megangin cewek, yang kiri megangin cowok, Via pegang pundak," katanya.

Baca Juga: Retas Sebuah Perusahaan di Amerika Serikat, Hacker Asal Sleman Kantongi Rp31,5 Miliar

Merasa lelah, pertahanan keempat remaja itu pun runtuh.

Mereka terseret arus hingga beberapa meter. Tita mengaku terpisah dari ketiga orang yang sempat ditolongnya.

"Terus aku kesangkut di batu, nangis minta tolong, ada warga yang nolongin," ucap dia.

Baca Juga: Curiga Jumlah Susu yang Diminum Bayinya Habis dalam Jumlah Tak Wajar, Ibu ini Naik Pitam Saat Tau Apa yang Dilakukan Sang Babysitter Saat Memberi Makan Anaknya

Tita mengaku tak tahu-menahu mengapa kegiatan susur sungai diadakan.

Yang ia tahu, susur sungai menjadi kegiatan rutin Pramuka di SMPN 1 Turi.

"Enggak tahu (tujuannya). Soalnya, setiap tahun kalau mau kemah pasti ada itu (susur sungai)," katanya.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Sempat Diperingatkan Warga Tak Susur Sungai, Pembina Jawab 'Kalau Mati di Tangan Tuhan'

Tag

Editor : Nailul Iffah

Sumber Kompas.com