Pemulung Asal Madiun ini Jadi Miliarder Berkat Tanaman Liar yang Kerap Diremehkan ini, Punya Segudang Manfaat Kesehatan

Rabu, 12 Februari 2020 | 13:05
KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi

Gridhype.id- Umbi porangatau yang dikenal juga dnegan nama iles-iles merupakan tanaman umbi-umbian dari spesis amorphophallus muelleri.

Siapa sangka tanaman liar yang sering tumbuh di pekarangan rumahdan kerap diremehkan ini memiliki harga jual yang tinggi.

Umbi porang memilikisegudang manfaat lain hingga jadi buruan pasar luar negeri.

Baca Juga: Ingin Hapus Tato Sebelum Hari Pernikahannya, Tangan Pria ini Justru Berubah Jadi Mengerikan Hingga Bolong

Umbi dari porang, banyak dicari di pasaran luar negeri seperti Jepang, China, Taiwan, dan Korea.

Tepung umbinya dipakai sebagai bahan baku kosmetik, obat, hingga bahan baku ramen.

Diberitakan Harian Kompas, 17 Juni 2011, porang awalnya tidak lebih dari tumbuhan liar yang lazim ditemukan di sela-sela pepohonan hutan di Madiun, Jawa Timur.

Terinspirasi sifat tumbuh dan nilai ekonominya, warga setempat membudidayakan tanaman ini di balik rimbunnya tegakan pohon di hutan.

Baca Juga: Panik dan Mencoba Tutupi Kasus Corona di Korea Utara, Pemerintah Korut Lakukan Hal ini Pada Mayat yang Terjangkit Virus

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, warga tak perlu lagi menebang pohon di area hutan.

Di Madiun, porang banyak ditanam petani di lahan-lahan Perhutani yang dikerjasamakan.

Rupanya, peningkatan kesejahteraan petani di kawasan hutan, sampai membuat angka pencurian kayu hutan milik Perhutani menurun drastis.

Ide untuk menanam porang tak lepas dari pertimbangan ekologis.

Baca Juga: Kisah Potongan-Potongan Tubuh Orang Penting di Dunia, Terpisah Ratusan Tahun Hingga Jadi Pajangan yang Diperjualbelikan

Tumbuhan ini cocok untuk tumbuh kembang di bawah tanaman tegakan hutan.

Di samping itu, porang juga memiliki nilai ekonomi dan sosial dalam rangka pengembangan dan pelestarian hutan.

Umbi porang laku dijual.

Saat ini harganya menembus Rp 2.500 per kg basah atau baru petik.

Umbi porang kering atau chips porang dihargai lebih mahal lagi, Rp 20.000 per kg.

Masih ada yang lebih mahal yakni tepung porang.

Namun, kemampuan masyarakat belum sampai ke sana sehingga teknologi pembuatan tepung masih dikuasai pabrik besar.

Bagi warga Desa Sumberbendo, salah satu desa di Kabupaten Madiun, porang adalah primadona yang diibaratkan sebagai emas hitam karena hasil panen porang bisa langsung dikirim ke Jepang.

Produktivitasnya juga terbilang tinggi.

Baca Juga: Kisah Potongan-Potongan Tubuh Orang Penting di Dunia, Terpisah Ratusan Tahun Hingga Jadi Pajangan yang Diperjualbelikan

Setiap hektar lahan mampu menghasilkan 5 ton umbi basah sehingga petani bisa membukukan pendapatan minimal Rp 12,5 juta per hektar.

Panen porang berlangsung sekali dalam setahun.

Akan tetapi, porang tidak memerlukan biaya pemeliharaan.

Bahkan, penanaman cukup dilakukan sekali dan hasilnya bisa dinikmati setiap tahun.

Baca Juga: Intip 6 Foto Artis dengan Gaun Terbaik di Red Carpet Piala Oscar 2020, Salah Satunya Bertabur 168 Ribu Kristal Swarovski

Kisah Paidi

KOMPAS.com/Muhlis Al Alawi

Paidi

Paidi, warga Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun menunjukkan umbi porang yang mengubah nasibnya dari pemulung menjadi milyader.

Beberapa petani bahkan kaya raya berkat tanaman ini.

Paidi contohnya, petani porang asal Madiun yang sebelumnya berprofesi sebagai pemulung ini jadi miliader berkat porang.

Suksesnya tak dibawa sendiri, dia juga mengajak petani-petani di kampung halamannya menanam porang.

Awal mula perkenalannya dengan porang saat dirinya bertemu temannya di Desa Klangon, Kecamatan Seradan, Kabupaten Madiun.

Di daerah itu, banyak petani membudidayakan porang.

Baca Juga: Dulu Rajai Pasar Ponsel di Indonesia, Kini 2 Merk Ponsel ini Harus Gulung Tikar Karena Kalah Saing dengan Ponsel China

Dari informasi di internet, porang banyak dicari perusahaan-perusahaan besar dunia.

"Setelah saya cek, ternyata porang menjadi bahan makanan dan kosmetik yang dibutuhkan perusahaan besar di dunia," ungkap Paidi dikutip dari Kompas.com (12/2/2020).

Melihat peluang yang besar, dirinya pun berinisiatif menanam porang di kampung halamannya.

Porang rupanya tumbuh subur di lahan perbukitan di desanya meski ditanam di bawah pohon jati.

Dalam satu hektar, Paidi bisa memanen umbi porang hingga 70 ton.

Selain itu, di Jawa Timur, mulai banyak bermunculan pabrik pengolahan porang untuk diekspor.

Ditanya omzet yang ia dapatkan dari pengembangan porang di Desa Kepel, Paidi mengatakan sudah mencapai miliaran rupiah.

"Sudah di atas satu miliar," kata Paidi. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunstyle.com dengan judul "Berkat Tanaman Liar yang Sering Diremehkan Ini, Seorang Pemulung Asal Madiun Berubah Jadi Miliarder"

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber : TribunStyle

Baca Lainnya