Laporan Wartawan GridHype.ID, Ruhil I. Yumna
GridHype.ID- Masalah kesehatan mental masih menjai topik yang belakangan ini menjadi sorotan.
World Health Organization (WHO) pada 9 September lalu menyatakan setiap 40 detik, satu orang meninggal karena bunuh diri.
Mengetahui hal tersebut organisasi kesehatan tingkat dunia itu mengimbau agar semua pihak mampu bekerja sama untuk menyusun strategi pencegahan bunuh diri.
Selain melalui program kesehatan, agar lebih efektif pencegahan bunuh diri juga diinternalisasi lewat pendidikan berkelanjutan.
Dikutip dari Kompas.com yang melansir Medical News Today, penyebab bunuh diri bisa disebabkan oleh berbagai banyak faktor.
Diantaranya kesehatan fisik dan mental terganggu, kesepian, menjadi korban kekerasan, atau punya pengalaman traumatis.
Kenaikan gaji belasan ribu rupiah berdampak besar
Tak hanya karena faktor fisik dan mental, dalam beberapa kasus ditemui jika kasus bunuh diri bisa dipicu karena faktor ekonomi.
Berdasarkan pada penyebab tersebut tim riset dari Emory University, di Atlanta, Georgia, AS, melakukan sebuah penelitian terkait pengaruh kenaikan gaji dan angka bunuh diri.
Penelitian sendiri dipubilikasikan di Journal of Epidemiology & Community Health.
Dalam riset itu ditemukan bahwa gaji 1 dollar AS atau setara Rp 13.845 dapat mencegah bunuh diri belasan ribu orang per tahun.
Untuk penelitian itu peneliti menggunakan teknik observasi dengan mengamati gaji orang Amerika Serikat yang berusia 18-64 tahun, dalam kurun waktu 1990-2015.
Selama penelitian berlangsung , tim menghitung ada 399.206 orang berpendidikan maksimal sekolah menengah atas yang meninggal dunia karena bunuh diri.
Sebagai perbandingan pada periode yang sama orang berpendidikan minimal sarjana yang meninggal dunia karena bunuh diri sebanyak 140.176 orang.
Dari jumlah itu peneliti memperkirakan kenaikan upah setidaknya Rp13.845 atau 1 dollar AS bisa menurunkan angka bunuh diri 3,5-6 persen di kalangan orang berpendidikan maksimal sekolah menengah atas.
Meskipun hasil yang di dapat cukup signifikan, namun hasil tersebut hanya perdampak besar pada kalangan orang yang berpendidikan akhir sekolah menengah atas.
Sedangkan untuk kelompok orang berpendidikan akhir sarjana dampak itu tak akan terasa.
Setelah resesi
Usai mendapat hasil tersebut, tim peneliti mencoba memproyeksikan dampak kenaikan gaji, enam tahun setelah resesi besar melanda AS pada tahun 2009 lalu.
Diperolah hasil kira-kira sekitar 13.800 kasus bunuh diri di kalangan orang berpendidikan akhir sekolah menengah atas bisa dicegah apabila upah minimal warganya naik 1 dollar AS.
Dampak itu berbanding lurus dan lebih terasa jika upah naik menjadi 2 dollar AS.
Dimana sekitar 25.900 kasus bunuh diri bisa dicegah.
Kendati penelitian itu berfokus pada kenaikan gaji dan tingkat bunuh diri, peneliti meyakini kenaikan gaji sekecil apa pun memengaruhi kesejahteraan seseorang.
"Orang kurang berpendidikan cenderung digaji dengan upah kecil. Mereka juga lebih berisiko mengidap gangguan kesehatan mental," jelas perwakilan peneliti John Kaufman.
Menurut Kaufman, para pembuat kebijakan perlu memberi perhatian pada kesejahteraan karyawan dari golongan ini.
Hal ini semata-mata agar angka bunuh diri bisa ditekan.
"Kebijakan makro yang dibuat pemerintah dapat memengaruhi kesehatan warganya, termasuk kesehatan mental," ujar Kaufman, seperti dikutip dari Fast Company.
Ia juga menyoroti penanganan kesehatan mental dan upaya pencegahan bunuh diri hanya fokus pada terapi obat antidepresan atau dengan bimbingan konseling.
"Intervensi kesehatan masyarakat bisa lewat kebijakan seperti kenaikan gaji," kata kandidat doktor epidemiologi itu.
(*)