Punya Tradisi Unik, Suku Dani di Papua Memasak Mayat Leluhurnya Setiap Hari Selama 6 Jam, Ternyata Untuk Hal ini

Kamis, 12 Desember 2019 | 14:05
Tangkap layar Mediadrumimages/GianlucaChiodini via Daily Mirror

Cara suku Dani dalam mengawetkan mumi leluhur

Gridhype.id- Indonesia dikenal sebagai negara dengan beragam suku dan bangsa. Berbeda suku berbeda juga tradisi dan budayanya.

Seperti masyarakat Suku Dani, tradisi unik yang mereka miliki sampai menarik perhatian banyak orang.

Banyak orang dari mancanegara bahkan tertarik untuk mempelajari tradisi dari Suku Dani.

Baca Juga: Tak Hanya Heteroseksual, Kenali 9 Ciri Orang Demiseksual yang Perlu Kita Tahu

Suku Dani, di Lembah Baliem di Papua Barat, Indonesia, baru ditemukan oleh ilmuwan Barat 80 tahun yang lalu.

Orang-orang Dani ditemukan oleh ahli zoologi Amerika pada tahun 1938, pertama kali keberadaan mereka dicatat oleh orang luar.

Tradisi mereka dalam melestarikan jenazah leluhur rupanya menarik perhatian seorang fotografer perjalanan bernama Gianluca Chiodini, seperti melansir Daily Mirrror, Kamis(12/12/2019).

Sebelum sampai di tempat Suku Dani yang terisolasi, pria berusia 41 tahun itu harus menempuh berjalanan selama berhari-hari.

Chiodini mengatakan bahwa ia disambut baik.

Segera setelahnya, ia terpesona oleh penduduk asli suku Dani.

Ia mengatakan, "Suku Dani adalah suku terindah di kawasan ini."

Baca Juga: Sulit Tidur dan Punya Kepekaan Sosial, ini 5 Tanda Anak Memiliki IQ Tinggi

Chiodini sebelumnya telah mempelajari tentang mumifiksai.

Namun, tetap saja ia merasa begitu beruntung karena ia memiliki kesempatan untuk melihat Suku Dani mengawetkan salah satu mayat.

Chiodini mengatakan, "Saya telah mempelajari mumifikasi sebelum saya tiba, tetapi saya tahu itu hanya keberuntungan yang memungkinkan saya untuk benar-benar melihat salah satu mayat yang diawetkan."

"Suku Dani dikatakan menyimpan tujuh mumi, tetapi hanya dua (mumi) yang bisa dilihat oleh orang asing," tambahnya.

Kemudian ia pun menceritakan cara Suku Dani dalam mengawetkan mayat leluhurnya.

Dan pengawetan mayat leluhur Suku Dani pun terbilang cukup unik.

Baca Juga: Kisah Kelam Dunia Penerbangan, Pramugari ini Mengaku Layani Penumpang Berhubungan Intim Selama 2 Tahun Hingga Kantongi Rp 14 Miliar

Orang-orang suku Dani bahkan memasak jasad leluhur mereka setiap hari untuk membantu melestarikan tubuh mumi leluhur mereka.

"Untuk melestarikan tubuh, itu (mayat) diminyaki setiap hari dengan balsem yang dibuat dengan lemak babi dan api menyala yang membakar hingga enam jam. Semua ini telah terjadi setiap hari selama 250 tahun."

Chiodini menambahkan, "Mumi itu dilindungi di sebuah gubuk di mana akses (masuk) dilarang keras dan hanya sedikit yang diizinkan menyentuh orang mati.

"Mumi yang saya lihat adalah kepala desa, namanya Wimontok Mabel dan dia adalah pejuang yang mulia. Dia hidup lebih dari 250 tahun yang lalu dan memiliki 25 istri. (Semoga) damai sejahtera bagi jiwanya."

Menurut Chiodini, tampaknya telah terjadi perubahan besar pada suku Dani dalam 80 tahun terakhir.

Baca Juga: Mochtar Tamaela Pria Asal Lampung yang Disewa Jadi Pengantin Sehari Untuk Nikahi Anak Bos

Tetapi beberapa tradisi utama masih dipertahankan.

"Kontak pertama oleh orang Barat kurang dari satu abad yang lalu dan suku Dani ditemukan hidup dalam kondisi Zaman Batu, bahkan mempraktikkan kanibalisme menurut beberapa sumber," katanya.

"Selama beberapa dekade terakhir, pihak berwenang Indonesia telah menegakkan hukum yang menyebabkan suku Dani meninggalkan tradisi dan budaya mereka, tetapi bahkan hari ini beberapa orang masih memakai 'Koteka'.

Bercerita mengenai koteka, Chiodini, "Kepala desa bahkan menjelaskan kepada saya bagaimana membuat Koteka untuk saya dengan labu memanjang."

Baca Juga: Kisah Mihir Jain, Jadi Anak Terberat di Dunia dengan Bobot Mencapai 200 Kg Lebih Hingga Sulit Membuka Kelopak Matanya Sendiri

Ada beberapa tradisi yang masih dipertahankan, namun ada tradisi yang benar-benar harus mereka tinggalkan, misalnya kanibalisme.

"Kanibalisme telah ditinggalkan di masa lalu dan sekarang mereka lebih suka mengadakan festival babi. Laki-laki membunuh babi dengan busur dan anak panah sementara perempuan menyiapkan 'oven uap' udara terbuka dengan menggunakan daun dan pada akhirnya semua orang memakan babi. Para wanita menunggu giliran mereka."

Lalu, Chiodini melihat ada sesuatu yang aneh dengan tangan seorang wanita.

"Aku melihat seorang wanita dengan tangan yang aneh dan aku tidak bisa mengerti apa yang salah.

Rupanya itu adalah bagian dari tradisi memotong jari bagi wanita yang telah kehilangan orang yang dicintai.

Orang-orang suku Dani mengatakan bahwa ritual itu membantu dalam mengatasi kesedihan dan kebahagiaan.

Baca Juga: Kisah Mihir Jain, Jadi Anak Terberat di Dunia dengan Bobot Mencapai 200 Kg Lebih Hingga Sulit Membuka Kelopak Matanya Sendiri

Tangkap layar Mediadrumimages/GianlucaChiodini via Daily Mirror

Tradisi pemotongan jari pada wanita yang kehilangan orang yang disayangi

Chiodini mengatakan, "Ketika saya semakin dekat, saya menyadari bahwa beberapa jari hilang. Mereka mengatakan kepada saya bahwa tradisi suku Dani menyatakan bahwa ketika seorang kerabat dekat meninggal, wanita itu dibuat untuk memotong jari-jarinya dengan kapak batu untuk menekankan rasa sakit kehilangan dan untuk menenangkan roh orang mati. Hari ini dilarang tetapi Anda masih bisa melihat tangan wanita yang lebih tua yang sudah diamputasi."

Meskipun apa yang ditemukan oleh Chiodini begitu mengejutkan dunia Barat, ia senang berhasil menangkap kehidupan orang Dani yang selalu berubah.

Baca Juga: Kisah Mihir Jain, Jadi Anak Terberat di Dunia dengan Bobot Mencapai 200 Kg Lebih Hingga Sulit Membuka Kelopak Matanya Sendiri

"Anda dapat melihat tradisi yang akan segera menghilang, serta keindahan orang-orang Dani di foto saya," katanya.

"Terlepas dari penampilan agresif dan isolasi yang mereka jalani, mereka ramah. Mungkin butuh sedikit waktu bagi mereka untuk memercayai orang luar. Itulah sebabnya saya memutuskan untuk meluangkan waktu dan menghabiskan beberapa hari bersama mereka.

"'Fotografi lambat' selalu menjadi strategi yang unggul dan mudah-mudahan orang dapat melihat bahwa ada keindahan di mana-mana." (*)

Artikel ini telah tayang di Intisari online dengan judul,Hidup Terisolasi, Suku Dani 'Masak' Jasad Leluhur Selama 6 Jam Setiap Harinya, Untuk Apa?

Editor : Ngesti Sekar Dewi

Sumber : intisari online

Baca Lainnya